Anda di halaman 1dari 90

33

BAB IV
TUGAS KHUSUS
HIPERTENSI

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1. DEFINISI HIPERTENSI

Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah

manusia. Tekanan darah itu sendiri didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi di

dalam pembuluh arteri manusia ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh

anggota tubuh. Alat ukur tekanan darah disebut tensi darah. Angka yang

ditunjukan oleh alat ukur ini biasanya dua kategori yaitu angka(tekanan) sistolik

dan diastolic. Misalnya seorang yang memiliki tekanana darah 120/80

mmHg,bererti angka 120 menunjukan tekanan darah pada pembuluh darah arteri

ketika jantung berkontraksi (systolic). Sedangkan angka 80 menunjukan tekanan

darah ketika jantung sedang berelaksasi (diastolic).

Apabila seseorang memiliki tekanan darah mencapai 140mmHg (systole)

atau lebh yang diukur ketika ia sedang duduk dan tekanan darah diastolic 90

mmHg atau lebih, maka orang tersebut dikategorkan memiliki tekanan darah

tinggi atau diatas rata rata.

Hipertensi ini merupakan salah satu penyakit silent killer atau penyakit

yang membunuh manusia secara tidak terduga. Orang yang mengalami hipertensi

terkadang tidak menyadari apabila tekanan darah yang dimilikinya sudah tidak

normal atau melebilih ambang batas. Padahal pada nyatanya tekanan darah tinggi

dapat menimbulkan penyakit berat lainnya seperti serangan jantung dan stroke.
34

Pada tahun 200 penderita hipertensi di dunia mencapai jumlah 957 – 987

juta orang. Apabila usaha usaha pencegahan terhadap hipertensi tidak dilakukan

sedini mungkin maka diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat

menjadi 1.56 miliyar juta atau 60 % dari populasi jumlah penduduk dewasa

didunia. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sebuah hasil penelitian disajikan oleh

Armiliawati dkk (2007) yang mengungkapkan bahwa prevalensi

penderitavhipertensi terbanyak berkisar antara 6 % - 15% tetapi angka – angka

ekstrim rendah sepeti Ungaran, Jawa Tengah 1.8 %, lembah balim pegunungan

jaya wijaya, Irian Jaya. 0.6 % dan Talang, Sumatera Barat 17.8 %. Nyata nya

disin, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah

pedesaan di Sumatera Barat menunjukan angka yang tinggi.

Armiliawati dkk (2007) juga menyajikan hasil survei penyakit jantung pada

usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi

hipertensi’tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33.3 % (81

orang dari 243 orangtua 50 tahun keatas). Wanita mempunyai prevalensi lebih

tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus – kasus tadi ternyata 68,4 % termasuk

hipertensi ringan (diastolic 95104 mmHg),28,1 % hipertensi sedang ( diastolic

sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit

jantung iskemik ialah 16,1 % suatu presentase yang rendah bila dibandingkan

dengan prevalensi seluruh populasi (33,3 %), jadi merupakan faktor risiko yang

kurang penting.
35

4.1.2. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Para ahli membuat klasifikasi hipertensi unuk memudahkan mempelajari

dan mendiagnosis jenis hipertensi yang diderita oleh pasien. Hipertensi ditandai

dengan kenaikan tekanan darah diatas angka yang telah dipersayaratkan yang

diukur menggunakan tensi meter. Tekanan darah seseorang akan semakin

meningkat seiring pertambahan usia. Tekanan sistolik dapat terus meningkat

sampai usia 80 tahun sedangkan tekanan diastolic dapat terus meningkat sampai

usia 55 – 60 tahun, kemudian akan menurun kembali secara drastic. Orang yang

memiliki tekanan darah diatas 130/80 mmHg, diduga dimiliki oelh orang yang

mengidap diabetes melitus atau penyakit ginjal. Oleh karena itu, secara langsung

terdapat hubungan antara penyakit ginjal dengan hipertensi.

Tekanan darah dapat mengikat melalui beberapa mekanisme.

Pertama,jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir dengan kecepatan

tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar mengalami kehilangan kelenturannya

dan menjadi kaku. Hal ini mengakibatkan ketika jantung berdenyut darah harus

mengalir memalui pembuluh darah yang lebih sempit dari pada biasanya sehingga

menyebabkan naiknya tekanan darah. Kondisi ini terjadi pada lansia yang dinding

arterinya mengalami penebalan dan menjadi kaku akibat penumpukan kolesterol

dalam pembuluh darah. Ketiga, kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak dapat

membuang sejumlah garam dan cairan dari dalam tubuhnya sehingga

meningkatkan volume darah,hal ini dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi.

Kondisi sebaliknya akan terjadi penurunan tekanan darah( hipotensi)jika aktivitas

jantung berkurang,arteri mengalami pelebaran,serta banyaknya cairan yang keluar


36

dari sirkulasi darah dapat mengakibatkan kondisi sebaliknya. Aktivitas fungsi

ginjal dalam mengendalikan cairan tubuh di pengaruhi oleh sisitem saraf

otonom(bagian dari sisitem saraf).

Tubuh manusia memiliki suatu regulasi dalam mengendalikan tekanan

darah, yang dinamakan sistem rennin-angiostensin. Mekanisme ini terjadi pada

ginjal,yaitu melalui mekanisme pelepasan hormon rennin jika tekanan darah

didalam glomerulus ginjal menurun.Di dalam darah,rennin akan bergabung

dengan suatu protein membentuk angiotensin yang dapat meningkatkan tekanan

darah. Tekanan darah yang tinggi akan kembali di turunkan ketika rennin

dilepaskan kembali oleh ginjal sampai tekanan darah mencapai titik yang normal.

Dalam hubungannya dengan faktor penyebab munculnya penyakit tekanan

darah seseorang,hipertensi itu sendiri dibedakan menjadi hipertensi

esensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan suatu

kondisi tekanan darah tinngi yang tidak diketahui penyebab terjadinya hipertensi

atau tanda-tanda kelainan organ di dalam tubuh. Para ahli memperkirakan bahwa

munculnya hipertensi jenis ini ditandai dengan kacaunya mekanisme

pengendalian tekanan darah oleh sistem saraf, humoral dan hemodinamik.

Hipertensi jenis ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor keturunan, pola makan, dan minuman yang kurang tepat yang ditandai

dengan tinggi kadar natrium di dalam bahan makanan atau minuman tersebut

merupakan salah satu faktor yang turun meningkatkan prevalensi seseorang

terkena hipertensi. Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang terkena hipertensi


37

adalah stres dan tekanan kehidupan yang tinggi. Kondisi stres dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi fisiologis dan psikis seseorang.

Apabila hipertensi primer penyebabnya belum diketahui,maka pada

hipertensi sekunder penyebab munculnya hipertensi dapat diketahui. Penyakit

hipertensi dapat diakibatkan oleh kelainan korteks adrenalis,

feokromositoma,toksemia gravidarum,serta pemakaian obat-obatan sejenis dengan

kortikosteroid. Klasifikasi lainnya dari hipertensi dapat berupa klasifikasi ringan,

sedang, dan berat. Klasifikasi ini biasanya digunakan oleh WHO dalam kurun

waktu 1991 – 1999. Namun dewasa ini, klasifikasi ini jarang bahkan tidak pernah

digunakan kembali. Hal ini disebabkan baik hipertensi ringan, sedang,maupun

berat sama-sama memiliki andil yang besar terjadinya komplikasi. Oleh karna itu,

pada diagnosis awal, apabila di temukan gejala hupertensi,maka sebaiknya tidak

di klasifikasikan ringan atau tinggi, klasifikasi terbaru menggunakan klasifikasi

JNC 6 atau Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment On High Blood Pressure 6.

Tabel 2. Klasifikai JNC 6

Kategori Tekanan Darah(mmHg)


Optimal <120/80
Normal 120/80-129/84
Boderline 130/85-139/89
Hipertensi >140/90
Stadium 1 140/90-159/99
Stadium 2 160/100-179/109
Stadium 3 >180/110
38

Klasifikasi hipertensi lainnya dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3.Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Tekanan sistolik


Diastolik(mmHg) (mmHg)
Normal <85 <130
Normal Tinggi 85-89 130-139
Hipertensi
Kategori1 (Ringan) 90-99 140-159
Kategori2 (Sedang) 100-109 160-179
Kategori3 (Berat) 110-119 180-120
Kategori4(Sangat berat) >=120

Dalam klasifikasi hipertensi terbaru terdapat klsifikasi JNC 7.Pada

klasifikasi ini terdapat prehipertensi yang dikategorikan bukan sebagai penyakit.

Kategorisasi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi tingkat resiko seseorang

terhadap hipertensi . Hal ini sangat bermanfaat baik bagi pasien maupun dokter

untuk mencegah atau setidak-tidaknya memperlambar munculnya penyakit

hipertensi.

Tabel 4. Klasifikasi JNC 7


Klaifikasi Tekanan sistolik(mmHg) Tekanan
diastolik(mmHg)
Normal prehipertensi <120,120- <80 atau 80-
hipertensi
Stadium 1, hipertensi 139,140-159>160 89 atau 90-99 atau >100
stadium 2

Khusus untuk anak-anak, penentuan tekanan darah dilakukan ketika anak

dalam kondisi tenang dan tidak pada kondisi tidak tenang atau gelisah. Jika

pengukuran tensi darah dilakukan ketika anak sedang pada kondisi tidak kuat

yang ditandai dengan anak memberikan penolakan ketika anak diukur tekanan

darahnya maka akan berakibat tidak akuratnya pengukuran darah yang dilakukan.
39

Kondisi anak yang menolak untuk ditensi dapat mengakibatkan tekanan darahnya

menjadi tinggi. Hal ini tidak menunjukan tekanan darah yang sebenarnya, sebab

kondisi anak pada keadaan stres. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang

akurat sebaiknya anak ditenangkan terlebih dahulu, pendekatan yang lebih

bersahabat dapat membuat anak tidak ketakutan ketika peralatan tensi darah

dililitkan pada lengannya.

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan juga menjadi hipertensi sistolik

terisolasi dan hipertensi maligna. Orang yang mengalami hipertensi sistolik

terioslasi memiliki tekanan sistolik sampai 140 mmHg. Tekanan ini masih dalam

kisaran normal. Orang yang mengalami hipertensi jenis ini biasanya orang yang

berusia lanjut (lansia). Selain itu, terdapat juga hipertensi maligna yaitu hipertensi

yang sangat parah. Penanganan terhadap hipertensi ini perlu dilakukan secara

cepat dan tepat . Hal ini disebabkan dalam waktu 3-6 bulan orang yang menderita

penyakit hipertensi ini di prediksi meninggal dunia.

Hipertensi maligna jarang dialami oleh seseorang, diperkirakan penderita

hipertensi ini 1:200, Artinya setiap 200 orang terdapat 1 orang yang menderita

hipertensi maligna. Oleh karena itu pemantauan terhadap tekanan darah perlu

dilakukan sedini mungkin. Tekanan darah seseorang berada pada angka yang

paling tinggi ketika pagi hari. Sedangkan tekanan paling rendah terjadi pada

waktu malam hari ketika seseorang tidur di malam hari. Bayi dan anak anak

memiliki tekanan darah yang rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Itu,

biasanya akan aktif mencari tanda awal hipertasi untuk menentukan langkah-

langkah medis berikutnyabagi penyembuhan serta rehabilitasi penderita


40

hioertensi. Jika penderita hipertensi tidak didiagnosis segera mungkin maka

penyakit bawaan lainnya yang mengiringi munculnya penyakit hipertensi dapat

muncul secara sporadic yang ditunjukkan kelainan pada organ – organ vital

manusia seperti otak, jantung, ginjal, dan bagian tubuh lainnya.

Hipertensi ternyata tidak saja diakibatkan oleh tekanan darah yang

abnormal namun dapat juga dapat diakibatkan oleh komplikasi penyakit dan

kelainan pada organ target terutama pada organ vital, sebaimana telah disebutkan

diatas. Selain itu adanya syndrome X atau reaven pada orang yang mengalami

hipertensi yang diikuti dengan gangguan toleransi glukosa atau diabetes melitus,

dislipedimia, serta obesitas. Oleh karena itu, orang yang menderita hipertensi

biasanya akan diikuti dengan penyakit ikutan lainnya. Ketika menguraikan

tentang jenis hipertensi, terdapat hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi primer sekalipun tidak diketahui penyebabnya namun diduga

bahwa munculnya hipertensi ini berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dari

waktu ke wakt yang mempengaruhi perubahan pada jantung dan pembuluh darah

lainnya. Penderita hipertensi sekitar 90% merupakan hipertensi primer. Pada

hipertensi sekunder, diperkirakan sekitar 5% - 10% disebabkan oleh penyakit

ginjal, kemudian sekitar 1 % - 2% diakibatkan oleh kelainan hormonal atau dapat

juga diakibatkan oleh pemakaian obat tertentu seperti pil kb. Selain itu, tumor

pada kelenjar adrenalin yang menghasilkan hormon epinefrin atau nonepinefrin

(nonadrenalin) tabg sering disebut feokromositoma, juga memberikan andil

terhadap munculnya hipertensi sekunder.


41

Tabel 5. Beberapa penyebab hipertensi sekunder

Penyebab hipertensi Jenis


sekunder
Penyakit ginjal  Stenosis arteri renalis
 Pielonefritis
 Glomerulonefritis
 Tumor tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (dapat diturunkan)
 Trauma pada ginjal
 Terapi penyinaran

Kelainan hormonal  Hiperaldosteronisme



 Sindroma Cushing
 Feokromositoma

Obat-Obatan  Pil KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Penyalahgunaan alkohol
 Kayu manis dalam jumlah yang besar
Penyebab lainnya  Koartosio Aorta
 Preeklamsi pada kehamilan
 Porfiria Intermeiten Akut
 Keracunan Timbale Akut

Mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi juga dapat memicu

terjadinya hipertensi. Jika kadar garam dalam makanan diatas 5,8 gram setiap hari

sudah cukup meningkat tekanan darah seseorang. Di Amerika Serikat sekitar

75juta penduduk Amerika Serikat mengidap hipertensi. Selain itu, terdapat

kolerasi antara hipertensi dengan usia lanjut, obesitas, keturunan afrika - Amerika

merupakan orang yang memiliki prevalensi tinggi pengidap hipertensi dalam


42

konteks ini faktor genetik memiliki pengaruh signifikan terhadap penyakit

hipertensi

Secara genetik, penyakit hipertensi memiliki hubungan yang signifikan

dengan gen gen pemicu hipertensi yang terdapat pada kromoson manusia.

Sekalipun gen gen hipertensi belum bisa diidentifikasi secara akurat namun faktor

- faktor genetik yang terdapat pada gen manusia sangat mempengaruhi sistem

rennin-angiotensin-aldosterone mekanisme ini sangat membantu dalam

pengaturan tekanan darah melalui pengontrolan keseimbangan garam serta

kelenturan dari arteri

Penderita hipertensi biasanya memiliki kelainan pada arteri-arteri di dalam

pembuluh darahnya. Arteri yang dimilikinya ini kehilangan kelenturannya

sehingga menjadi kaku. Selain arteri,komponen pembuluh darah lainnya seperti

periperal ateries atau arteriol juga memalui kekakuan penyebabnya belum di

ketahui secara pasti,namun pada umumnya orang yang menderita hipertensi akan

ditandai dengan kodisi tersebut. Secara garis besar,orang yang menderita

hipertensi diakibatkan oleh volume pukulan jantung (cardiac Output) yaitu jumlah

volume darah yang terdapat pada setiap kontraksi ketika di pompa keluar jantung.

Semakin tinggi cardiac Output akan meningkatkan kemungkinan terkena

hipertensi.

Selain Cardiac Output yang semakin tinggi,penyebab terjadinya hipertensi

dapat diakibatkan oleh pengendapan kolesterol dan lemak (ArteriOsclerosis) yang

dapat menyebabkan tekanan darah semakin tinggi .Oleh karena itu,pola makan

yang kurang sehat dengan tidak memperhatikan menu sehat dengan gizi seimbang
43

cenderung memicu penumpukan lemak dan kolesterol di dalam pembuluh

darah .Kemudian faktor lainnya adalah terlepasnya neurohormon-neurohormon

yang mengakibatkan mengecilnya pembuluh-pembuluh perifer yang dapat

mengakibatkan kenaikan tekanan darah seseorang.

Beberapa gejala yang sering terdapat pada penderita hipertensi meskipun

secara tidak sengaja muncul secara bersamaan antara lain berupa sakit

kepala,pendarahan dihidung, wajah kemerahan,serta cepat capai. Apabila

hipertensinya berat dan menahun,selain gejala yang telah disebutkan juga diikuti

dengan mual,muntah,sesak nafas,gelisah,sampai pandangan menjadi kabur akibat

terjadinya kerusakan pada otak, mata,jantung,dan ginjal. Dampah lebih lanjut dan

berbahaya dari penderita hipertensi akut adalah penurunan kesadaran yang diikuti

dengan koma yang diakibatkan oleh pembengkakan otak yang dinamakan

Ensefalopati hipertensif.

4.1.3. FATOFISIOLOGI

Fatosiologi artinya ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada

oragnisme yang sakit meliputi asal penyakit atau penyebab dan perrmulaan

berjalanya dan akibat suatu penyakit. Penyakit adalah dimana suatu keadaan

abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat, di tandai

dengan gejala, perubahan secara sfesifik oleh gambaran yang jelas seperti fungsi

dan yang lainya.

Hipertensi merupakan penyakit yang di sebabkan oleh penyebab yang

sfesifik (hipersensitif sekunder) atau mekanisme fatosiologi yang tidak diketahui

penyebabnya ( hipertensi primer dan esensial ). Hipertensi sekunder bernilai tidak


44

kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus hipertensi disebabkan

oleh penyakit ginjal kronik. Kondisi lain yang menyebabkan hipertensi antara lain

pheocrhromocytoma, sindromcushing, hipertiroid, hiperparatiroid, aldosterone

primer, kehamilan, dan keruskan aorta. Beberapa obat yang dapat meningkatkan

tekanan darah adalah kostiroid, estrogen, AINS ( anti imfalamsi non steroid ),

amphetamine, sibutramine, siklosforine, takrolimus, dan venlavaksin.

 Multifactor yang dapat menimbulkan hipertensi primer, adalah :

a. Ketidak normalan humoral meliputi system renin-angiotensin-

aldosteron hormone natriuretic, atau hiperinsulianisme.

b. Masalah patologi pada system saraf pusat, serabut saraf otonom,

volume plasma, dan kontriksi arteriol.

c. Defisiensi senyawa sintesis local vasodilator pada endothelium vas

kular, misalnya prostasikllin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau

terjadinya peningkatan produksi senyawa vasokontriktor seperti

angiotensin II dan endotelin I.

d. Penyebab utama kematian hipertensi adalah serebrovaskuler,

kardiovaskular, dan gagal ginjal. Kemungkinan kematian

premature atau korelasinya dengan meningkatnya tekanan darah.

 Hipertensi pada anak dan remaja

a. Pada beberapa kasus hipertensi pada anak sama dengan yang ada

pada orang dewasa. Walaupun hipetensi sekunder lebih umum

pada anak anak daripada dewasa.


45

b. Penyakit ginjal merupakan kasus yang umum terjadi pada anak

anak.

c. Penanganan non farmakologi merupakan cornerstone terapi pada

hipertensi primer.

d. Inhibitor ACE dan ARBs kontraindikasi pada wanita karena sangat

berpotensi menyebabkan efek teratogenik dan stenosis arteri ginjal,

atau stenosis unilateral pada ginjal soliter.

e. Aktivitas yang lama dari CCBs dihidipiridin telah sukses

digunakan untuk anak anak tetapi jangka panjang keamananya

masih belum di ketahui.

 Hipertensi pada ibu hamil

a. Preeclampsia dapat dengan cepat terjadi pada kondisi ibu dan

janin. Pada umumnya terjadi setelah 20 minggu kehamilan pada

wanita primigravit.

b. Pengoabatan preeclampsia tidak dapat dirubah dan hal ini di

indikasi jika terdapat frank eclampsia (preeclampsia dan konvulsi).

Jika tidak pengukuran activitasrestirksi, istirahat total monitoring

tertutup perlu dilakukan.

c. Hipertensi kronik terjadi sebelum 20 minggu kehamilan.

Methyldopa dapat di pertimbangkan sebagai pilihan terapi obat.


46

 Hipertensi pada orang tua

a. Penderita hipertensi pada oorang tua dapat juga hipertensi sitolik

yang terisolasi atau peningkatan SBP daripada DBP. Data

epidemiologi mengindikasikan bahwa maobiditas dan mortalitas

kardiovaskular berhubungan dengan SBP daripada DBP pada

penderita 50 tahun ke atas.

b. Penderita pada orang tua umumnya lebih sensitive terhadap

pengosongan volume dan inhibisi simpatetik serta pengobatan

yang diberikan secara umum sebaiknya di awali dengan dosis kecil

di uretic ( misalnya hydrochlorothiazide, 12,5 mg ) dan meningkat

secara bertahap.

 Hipertensi krisis

a. Hipertensi gawat idealnya ditangani dengan cara terapi

pemeliharaan melalui penambatan antihipertensi baru dan

meningkatkan dosis pengobatan.

b. Pemberian akut dari aktivitas pendek obat oral (captopril,

clonidine, atau labaetalol ) diikuti dengan observasi hati hati untuk

beberapa jam untuk memastikan penurunan tekanan darah secara

bertahap.

 Dosis captopril oral 25 – 50 mg dapat di berikan pada

interval waktu 1 – 2 jam. Onset aksinya 15- 30 menit.

 Untuk pengobatan hipertensi yang terjadi lagi setelah

pengurangan clonidine, pada mulanya 0,2 mg di ikuti 0,2


47

mg setiap jam hingga DPB dibawah 110 mmHg atau

totalnya pemberian 0,7 mg pemberian dosis tunggal sangat

cukup.

 Labetol dapat di berikan dengan dosis 200- 400 mg, di ikuti

dengan penambahan dosis setiap 2- 3 jam.

4.1.4. RESIKO FAKTOR HIPERTENSI

Hipertensi yang di derita seseorang apabila tidak di obati secara seksama

dapat berakibat fatal,salah satunya adalah kerusakan pada berbagai organ target

seperti otak, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer sampai kerusakan pada retina

mata. Kerusakan ini diakibatkan oleh Ambulatory Blood Presure. Orang yang

tidak terkena hipertensi,tekanan darahnya mengukuti pola sirkadian yaitu tekanan

darah mengalami penurunan pada malam hari dan mengikat pada pagi hari.

Berbeda dengan orang tidak menderita hipertensi,Orang yang mengalami

hipertensi justru sebaliknya. Pada malam hari tekanan darahnya lebih tinggi

dibandingkan ketika pagi hari. Penderita hipertensi seperti ini dinamakan

hipertensi non-dippers. Pad hipertensi non-dippers,selain ketidk terturn sirkulsi

darah juga kerusakan organ-organ target penderita hipertensi. Akibatnya dapat

menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh tertentu

Faktor resiko pemicu penyakit hipertensi dapat di sebabkan oleh faktor

keturunan,usia yang semakin tua,masa tubuh yang berlebihan,Konsumsi garam

melebihi ambang batas,keturunan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, pola

makan dan pola hidup yang kurang sehat, Serta aktivitas olahraga yang kurang.
48

Salah satu faktor pemicu munculnya penyakit hipertensi adalah asupan bahan

makanan yang kurang memenuhi syarat sebagai makanan sehat.

Makanan yang dapat memicu munculnya penyakit hipertensi dapat dilihat

pada Tabel 6, Dibawah ini.

Tabel 6. Bahan makanan Pemicu Penyakit Hipertensi

Klasifikasi Bahan Makanan dan Contoh bahan makanan


Minuman
Makanan dengan kadar lemak jenuh Otak,ginjal,paru,minyak,kelapa,dan
tinggi gajih
Makanan olahan berbahan dasar Biskuit, craker, keripik, serta makanan
natrium kering dan asinkan
Makanan dan minuman kaleng Sarden, sosis korned, sayuran dan
buah-buahan yang dikalengkan, dan
minuman soft drink

Makanan yang diawetkan Dendeng, asinan sayur buah, abon, ikan


asin, pindang, udang kering, telur asin,
dan selai kacang
Susu full crem Mentega, magrain, keju mayonaise,
daging merah (Sapi kambing), kuning
telur dan kulit ayam
Penyedap rasa Kecap, magi, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyedap
dengan kandungan garam natrium dosis
tinggi
Alkohol dan makanan hasil Fermentasi Tape, minuman keras dan bahan
makanan serta minuman berbahan
makanan dasar alkohol

Untuk mencukupi kebutuhan zat gizinya, penderita hipertensi memerlukan

asupan zat gizi baik makro seperti karbohidrat, protein, serta lemak maupun zat

gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Penderita hipertensi membutuhakan air
49

dan serat dalam jumlah optimum. Asupan zat makanan yang kurang optimum

dapat menimbulkan penyakit tertentu sedangkan bila asupan zat makanan berada

pada status gizi yang optimum akan dapat meningkatkan pitalitas tinggi.

Penyakit hipertensi berbanding lurus dengan usia seseorang. Oleh karena

itu, salah satu factor resiko seseorang terkena penyakit stroke adalah

bertambahnya usia. Usia rawan hipertensi biasanya berada pada kisaran 31 tahun-

55 tahun. Peningkatan penyakit hipertensi semkin meningkat ketika seseorang

memasuki usia paruh baya sekitar 40 tahun bahkan bisa berlanjut sampai usia

lebih dari 60 tahun apabila tidak ditanggulangi sedini mungkin. Namun

kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular seperti hipertensi karena

kandungan hormon esterogen. Kondisi ini akan berbelik ketika seorang

perempuan memasuki usia menopouse dimana terjadi penurunan kadar estrogen.

Mencegah timbulnya penyakit berat pada tubuh manusia harus dimulai dri

mendisiplinkan pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang. Hal ini disebabkan dari makanan yang berlebihan beberapa penyakit

berbahaya dan mematikan dapat menyerang tubuh manusia. Sehingga makanan

dapat dikategorikan sebagai faktor resiko munculnya penyakit hipertensi. Namun

menjaga pola makan saja tidaklah cukup bila tidak diikuti dengan pengendalian

faktor psikokultural dan psikosial seperti stres dan defresi yang dapat menjadi

pemicu munculnya penyakit hipertensi. Yang menarik adalah, lokasi tempat orang

tinggal juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit hipertensi. Daerah pesisir

pantai yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam yang lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang mendimi wilayah pegunungan ternyata memiliki


50

kecendrungan terhadap hipertensi, yang diperhatikan adalah konsumsi kadar

garam dengan dosis tinggi di dalam bahan makanan.

Selain kadar garam yang dapat meningkatkan tekanan darah seseorang,

timbunan kadar kolesterol di dalam darah juga dapat memicu munculnya

hipertensi. Sehingga orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi merupakan

orang yang sangat beresiko terkena hipertensi. Tinggi kadar kolesterol di dalam

darah dapat diakibatkan asupn makanan yang kekurangan asupan asam amino

esensil, antioksidan, biotin, karnitin, dan asam lemak esensial.

Kenaikan kadar kolesterol di dalam darah diakibatkan juga oleh konsumsi

alkohol yang berlebihan. Selain itu, orang yang banyak mengkonsumsi makanan

yang mengandung lemak terhidrogenesi juga dapat memicu naiknya kadar

kolesterol darah. Jangan dilupakan juga, kebiasaan makan cemilan dapat

meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah.

Dlm teknik menurunkan kadar kolesterol dianjurkan makan buah dan

sayuran. Hal ini disebabkan kandungan serat yang dimiliki buah dan sayuran

dapat menurunkan resiko seseorang terkena hipertensi akibat timbunan dalam

jumlah yang banyak. Kelebihan kadar kolesterol di dalam tubuh manusia dapat

juga diakibatkan oleh disfungi hati serta kekurangan hormon testosterone, DHEA,

estrogen, hormon pertumbuhan, dan sebagainya.

Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang Amerika

keturunan Afrika dan hispanik memiliki jumlah yang banyak penderita hipertensi

dibandingkan dengan orang Kaukasia. Kemudian orang-orang Afrika-Amerika

memiliki penderita hiprertensi yang jumlahnya kira-kira 1/3 lebih tinggi


51

dibandingkan dengan orang putih. Temuan ini mengindikasikan bahwa hipertensi

telah menjadi epidemic pada populasi orang Afrika-Amerika. Menurut data

sekitar 1/3 orang kulit hitam berusia antara 18-49 tahun dan 2/3 yang berusia

diatas 50 menderita hipertensi.

Temuan menarik tentang hipertensi ternyta menunjukkan bahwa hipertensi

dipengaruhi oleh jenis kelamin. Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah

yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Menurut data penelitian, tekanan

darah pria mulai bergerak naik ketika usianya berada pada rentang 35-50.

Perempuan agak lambat terkena hipertensi kecuali jika perempuan tersebut

memasuki usia menopuse. Kecendrungan seorang perempuan terkena hipertensi

pada saat menopause diakibatkan penurunan hormon seks seperti testosterone,

progresteron, dan esrtogen terbuat dari kolesterol.

Hipertensi berhubungan juga dengan semakin tuanya usia seseorang.

Semakin meningkat usia seseorang akan semakin meningkat juga tekanan darah

seseorang. Di Amerika Serikat jumlah penderita hipertensi pada usia 65 tahun

mencapai jumlah hampir setengah dari populasi penduduk Amerika. Kondisi ini

diperparah dengan asupan makanan yanag cendrung tidak sehat akibat gaya hidup

yang juga tidak sehat. Jika orang tua memiliki tekanan darah biasanya akan

diturunkan kepada anak cucunya, sehingga hipertensi dipengaruhi juga oleh

riwayat hipertensi yang diderita oleh seseorang.


52

4.1.5. DIAGNOSIS HIPERTENSI

Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalaminterval dalam waktu

tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang di alami seseorang. Diagnosis

ini dilakukan berulang kali dalam keadaan istirahat, tanpa dilakukan pembiusan,

tidak sedang mengkonsumsi kopi, alcohol serta tidak sedang merokok. Namun

terkadang dapt kesalahan keika melakukan diagnosis terhadap hipertensi

terutamma pada perempuan lanjut usia. Kesalahan tersebut sering terjadi

diakibatkan oleh penurunan sensitifitas reflex baroreseptor sehingga

mngakibatkan fluktuasi tekanan darah. Kemudian dapat juga di akibatkan oleh

fluktuasi akibat ketegangan. Fluktuasi ini diakibatkan oleh timbunan

arterosklerosis yang dimiliki perempuan lanjut usia. Timbunan ini

mengakiibatkan kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah yang diukur

menjadi lebih tinggi. Fenomena ini dainamaknhipertensi jas putih atau white coat

hypertension. Untuk meminimumkan dampak tersebut perlu dilakukan

pemeriksaan terhdap perempuan lansia sebelum dilakukan pengukuran tekanan

darah.

Orang yang terkena hipertensi biasanya tidak akanmenimbulkan gejala

sebaginya halnya orang yang terkena demam tinggi. Bahkan orang yang lemah

tinggi tekanan darahnya juga masih kelihatan sehat sehat saja. Oleh karena itu,

diagnosispertama kaliyang dilakukanoleh dokter adalah mengamati tekanan

darahnya. Apabila jenis hipertensi nya maiih dalam stadium normal. Bahkan tidak

ada sama sekali, biasanya gejala yang ditimbulkan relative seragam seperti sakit

kepala, pendarahan dihidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan.


53

Diagnosis yang difokuskan pda penukuran tekanan darah mutlak

diperlukan. Hal ini disebakan ketika tekanan darah seseorang naik biasanya jarang

diikuti dengan berbagai keluhan, sehingga dikategorikan sebagai gejala

(asimptomatis). Kerusakan organ akibat hipertensi lebih sering dialam oleh orang

berkulit hitam dan juga jarang dialami perempuan premenopous dibandingkan

dengan laki laki.

Hipertensi ternyata dapat dialami oleh ibu ibu yang sedang hamil. Salah

satu penyakit akibat koplikasi hipertensi pada ibu hamil dinamakan sebagai

sindrom hellp. Survey demogrfi kesehatan Indonesia (SDKI) periode 2002 – 2003

mengungkapkan datan tentang kematian dua orang ibu setiap satu jam setelah

mealhirkan atau setara dengan 307 ibu yang meninggal setiap 100.000 kelahiran.

Kematia tersebut disebabkan oleh pendaraha sebesar 42%. Hipertesnsi ebesar

13% dan sepsis sebesar 10%.

Apabila hipertensinya sudah akut atau berada pada stadium berat

makaakan diikutii dengan gejala berikutnya seperti mual, sesah nafas, gelisah

sampai pandangan mata menjadi kabur akibatkerusakan pada otakmata, jantung,

serta ginajal. Jika tidak ditangani maka menimbulkan koma bahkan kematian.

Hipertensi merupakan penyakit yang cukup dikenal oleh masyaakat di Indonesia

prevalensinya bervariasienurut umur, ras, pendidikan serta banyak variable lainya.

Penyakit yang ditandai denga hipertensi yang dialami ibu ibu hamil

disebut sebagai preeklamsia. Selaintanda tanda hipertensi, terdapat juga edema

dan proteinuria. Edema terjadi jika terdapat penimbunan cairan secara berlebihan

didalamjaringan tubh. Hal ini bisa dilihat dari kenaikan berat badan yang diikuti
54

dengan pembengkakan kaki, jari tangan serta muka. Apabila terjadi kenaikan

berat badan sebesar 1 kg setiap minggu, maka harus di waspadai sebagi gejala

preeeklmpsia. Berbeda dengan edema, proteinuria terjadi jika konsentrasi protein

didalam air kencing melebihi 0,3 gr/liter dalam airkencing Selma 24 jam. Gejala

ini biasanya lebiih lambat dibandingkan dengan hipertensi serta kenaikan berat

badan namun meskipun demikian jika terjadi gejala proteinura harus diwaspadai

dengan melalukan konsultasi dengan dokter.

Preeclampsia terjadi pada triwulan ke 3 dari keahmilan. Kelanjutan dari

preeclampsia adalah eklampsia. Jika ibu Hamill mengallmi eklampsia, kondisinya

bisa semakin parah karena terjadi berbagai komplikasi seperti gangguan saraf

pusat yang di tandai dengan kejang kejang serta dapat mengakibatkan koma, nyeri

frontal, gangguan peglihatan, mualmunath yang luar biasa, nyeri evigastrum serta

hiperreflesia.

Perempuan yang mengalami preeclampsia biasanya terjadi retensigaram

dan air yang diikuti dengan menurunya kadar aldosterone sertaproklatin.

Keberadaan aldosterum berfungsi untuk mempertahankan volume plasma serta

mengatur retensi air serta natrium. Selainitu akibat dari preeclampsia pembukuh

darah terhadap protein semakin meningkan. Preeclampsia dapat mengakibatkan

ganguan aliran darah kearah plasenta. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya

kondisi janin yang bila tidak di tangani dengan baik dapat mengakibakan

kematian janin.
55

 Diagnosis Tekanan Darah

Dalam peritungan tekanan darh ini alat yang digunakan adalah

sphygmanometer (tensimeter) dan stethoscope. Adapun cara kerja perhitungan

tekanan darah tersusun sebagai berikut :

a. Orang yang akan dihitung tekanan darhnya harus duduk dengan tenang

seraya meletkan tangan kiri seolah olah sejajar dengan organ jantung.

b. Membalut manset pada lengan kiri atas. Pembalutan manset dapat

dlakukan baik pada lengan atasatau lengan kiri. Oada lengan ini biasanya

terdapat arteri braceallis yang terletak sekitar 2,5 cm diatas dari siku.

c. Manset dipompa dengan menekan karet pemompa, pada kondisi ini akan

terlihat manometer air raksa menunjukan tekanan darah kurang lebih 200

mmg

d. Pada saat yang sama stethoscope di tempelkan pada bagian atas arteri

brachialis. Kemudian tekanan didalam manset dikurangi sedikit demi

sedikit sampai terdengar suara timbul. Suara yang pertamakali timbul

inimerupakan tekanan systole, oleh karena itu perlu diperhatikan skala

pada manometer sampai didapatkan angka tekanan systole.

e. Tekanan manset harus terus diturunkan sampai suara yang terdengar

menghilang. Ketika suara tersebut menghilang, harus diperhatikan skala

yang terbaca merupakan tekanan diastole.

Pengamatan tekanan darah perlu dilalukan untuk memantau tekanan darah

kita, apakah masih berada pada kiasaran normal ataukah abnormal. Jika

tekanan darah kita melebihi normal, harus segera di konsultasikan dengan


56

dokter untuk mengansipasi kemungkinan gejala hipertensi yang merupakan

pintu gerbang menuju serangan jantung atau stroke. Biasanya dokter akan

memberikan saran untuk menurunkan tekanan darah tersebut baik dengan

memberikan obat obatan maupun mengemukakan jenis bahan makanan yang

layak di konsumsi. Tekanan sistolik yang melebihi 130 mmHg merupakan

tekanan darah yang abnormal begitu pun tekanan diastolic yang melebihi 80

mmHg juga termasuk abnormal.

 Diagnosis menggunakan EKG

Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan untuk mengetahui aktivitas

jantung mengunakan EKG. Pengukuran menggunakan EKG diharapkan dapat

menentukan hasil secara digital, tepat dan presisi. Ada beberapa halyang perlu

di perhatikan dalam dalam pengguanaan alat ini, yaitu pasien diushakan dalam

kondisi tenang serta tidak pada kondisi stress. Jangankan pada keadaan stress,

batuk dan bersin saja dapat mempengaruhii tampilan layar EKG yang di

gunakan jangan terlalu banyak atau jangan terllau sedikit. Kemudian usahakan

menjauhkan pasien dari peralatan yang dapat menimbulkan gelombang

induksi elektromagnetik. Pada penggunaan EKG sebaiknya menggunakan

arde atau grounding.

Prosedur penggunakan EKG tersusun :

a. Membersihkan bagian tubuh yang akan dilakukan pengujian menggunakan

EKG menggunakan kapas yang telah di basahi alcohol 70%.

b. Membiarkan alcohol 70% mongering, setelah itu, krim EKG di

olehkanpada organ tubuh seperti dada, pergelangan tangan dankaki.


57

c. Memasang elektroda pada bagian dada, pergelangan tangan dan kaki yang

disesuaikan dengan kode warna elektroda.

Warna elektroda pada beberapa oragan tubuh

Warna Kode Tempat Warna Kode Tempat


Merah R Lengan kiri Putih RA Lengan kanan
Kuning L Lengan kiri Hitam LA Lengan kiri
Hijau F Kaki kanan Merah LL Kaki kiri
Hitam N Kaki kiri Hijau RL Kaki kiri
Putih/merah C1 Dada 1 Coklat /merah V1 Dada 1
Putih/kuning C2 Dada 2 Coklat/kuning V2 Dada 2
Putih/hijau C3 Dada 3 Coklat/hijau V3 Dada 3
Putih/coklat C4 Dada 4 Coklat/biru V4 Dada 4
Putih/hitam C5 Dada 5 Coklat/orange V5 Dada 5
Putih/ungu C6 Dada 6 Coklat/ungu V6 Dada 6

Pada saat elektrolida telah dipasangkan padaorgan yang terlihat pada table

di atas kemudian EKG dapat di operasionalkan baik secara otomatis maupun

secara manual. Apabila EKG di operasinalkan secara maka harus memilih

operasi pada posisi A pada setiap panelnya. Kemudian menekan tanda start

/stop. Setelah itu EKG akan beroperasi dengan sendirinya dengan memeriksa

komponen. Namun apabila apabila yang dipilih panel manual, maka yang

harus dipilih adalah operasi pada posisi M pada setiap panelnya itu, menekan

LEAD dan FEED untk mengubah sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya

menekan tombol start/stop.


58

 Dual energy X-ray absorptiometry (DEXA Scan)

Dexa scan digunakan utuk menentukan densitas tulang serta komposisi

tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot. Alat ini juga dapat digunakan

untuk mendeteksi perimenopause dan pascamenopause yang di tandai dengan

densitas tulang yang rendah, yang berpotensi osteoporosis dan fraktur. Untuk

keperluan hipertensi, alat ini dapat digunakan untuk mengukur kadar lemak

didalam organ organ tubuh tertentu.

Dengan diketahuui penumpukan lemak didalam tubuh dapat membantu

seseorang untuk menurunkan bobot tubuhnya. Lemak merupakan senyawa

yang dibutuhkan tubuh ebagai cadangan enrgy serta melindungi dan menjadi

bantalan organ organ vital didalam tubuh manusia.

Dalam perhitungan bobot tubuh terdapat istilah masa otot tubuh

adalahberat badan tanpa lemak yang terdiri atas otot, organ organ vital, cairan

tubuh, jaringan ikat dan jaringan non lemak. Semakin banyak jumlah otot

semakin efisien tubuh melakukan metabolism atau dengan kata lain dapat

membakar lemak yang terdapat dalam tubuh. Seseorang di kategorikan sehat

jika rasio ototnya lebih banyak dibadingkan dengan lemaknya.

Pada kenyataan nya, kadang- kadang orang yang berat badanya terlihat

ideal tetapi komposisi lemaknya jauh lebih banyak dibandinfkan dengan

ototnya, namun sebaiknya ada juga orang yang memiliki kelebihan berat

badan justru komposisi ototnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan

komposisi lemaknya. Dalam hal ini, penimbangan berat badan tidak akancuup

untuk mengungkapkan fenomena ini. Alternative pemecahan masalah ini


59

dengan melakukan pengukuran menggunakan dexa scan. Melalui alat inidapat

diketaui apakah terjadi penambahan jaringan lemakatau kan jaringan otot.

Tabel 8

Prosentase Lemak dan Otot di dalam Tubuh Manusia

berdasarkan jenis Kelamin

Prosentase Lemak dan Otot Prosentase Lemak dan


pada laki – laki Otot pada perempuan
USIA Lemak Otot Lemak Otot
20 10 90 19 81
25 13 87 22 78
30 16 84 24 76
35 19 81 28 72
40 21 79 30 70
45 22 78 31 69
50 24 76 33 67
55 25 75 34 66

Tabel 9

Penentuan status Lemak di dalam Tubuh Manusia

Status lemak Prosentase lemak didalam tubuh


perempuan Laki – laki
Lemak sangat rendah 9 – 17 6 – 10
Lemak rendah 18 – 21 11 – 15
Rata – rata 22 – 25 16 – 18
Di atas rata – rata 26 – 29 19 – 20
Lemak tinggi 30 – 35 21 – 25
Lemak sangat tinggi Lebih dari 35 Lebih dari 25
60

Table 10

Penentuan proposi lemak dan otot menggunakan dexa scan biasanya

akan di peroleh data sebagai berikut :

Area Lemak (gram) Otot + massa non lemak (gram) Lemak (%)
Lengan kiri 416,93 4.063,68 9,31
Lengan kanan 405,59 4.576,43 8,14
Batang tubuh 4.377,02 30.651,87 12,50
Tungkai kiri 1.263,73 11.456,09 9,94
Tungkai 1.3690,72 11.841,00 10,51
kanan
Sub total 7.853,99 62.588,07 11,15

Berdasarkan table di atas apabila yang bersangkutan berjenis kelamin pria

maka status lemaknya rendah, sedangkan jika yang bersangkutan berkelamin

wanita maka status lemaknya sangat rendah.

 Tes doppler

Tes dopler digunakan untuk menemukan kondisi sirkulasi darah yang

terdistribusikan ke seluruh sistem kardiovaskular manusia. Tes ini dilengkapi

perangkat komputer yang dapat mengukur tekanan darah secara akurat yang

mengalir keseluruh tubuh. Pada tes ini juga dapat diketahui sumbatan yang

terjadi pada beberapa organ tubuh tertentu. Penderita hipertensi, hipertensi,

perokok, stroke, dan kelebihan berat badan dapay ditentukan dengan akurat.

Braverman (2008) mengungkapkan tentang indicator pemeriksaan sistem

kardiovaskular menggunakan tes doppler. Pada pemeriksaan sirkulasi arteri

ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. Denyut nadi diujung anggota gerak lemah/menghilang (denyut lemah pada

tangkai dan /atau kaki)


61

b. Kelemahan atau pegal - pegal pada salah salah satu anggota gerak.

c. Nyeri saat istirahat (nyeri pada tungkai yang tidak sedang digunakan),

terjadi kram pada malam hari.

d. Perubahan warna kulit atau timbulnya luka.

Pemeriksaan pada arteri serebral, ditandai karakteristik sebagai berikut :

a. Bising carotid (suara abnormal yang terdengar dalam arteri carotid)

b. Sakit kepala jenis berkelompok atau cluster-type

c. Meningkatnya kekakuan dinding pembuluh darah selama jantung masih

terasa berdebar debar

d. Vertigo.

Pemeriksaan pada sirkulasi vena ditandai dengan karakteristik sebagai

berikut :

a. Kelemahan atau pegal - pegal pada anggota gerak

b. Adanya bengkak yang tidak kembali bila ditekan

c. Perubahan warna kulit

d. Varises dengan gejala perasaan berat pada tungkai, nyeri, pendarahan, atau

rasa tak enak yang terlokalisasi.

e. Trombosis vena (bekuan darah dalam pembuluh vena) dan sindrom

pascaflebitis yang ditandai dengan bengkak, luka, serta pigmentasi pada

pergelangan kaki.
62

 Tes Kolesterol

Apabila mendengar kolesterol, maka pemikitan kita langsung terfokus

jepada suatu zat berbahaya didalam tubuh kita. Sekalipun anggapan tersebut

benar adanya. Namun secara umum, kolesterol memiliki peran penting sebagai

salah satu senyawa pembentuk dinding sel tubuh manusia dan hewan. Asupan

kolesterol diperoleh dari dua buah sumber utama yaitu dari makanan dan dari

hasil proses pembentukan di hati. Beberapa bahan makanan yang mengandung

kolesterol misalnya daging, unggas, ikan serta produk olahan susu. Beberapa

makanan lainnya justru mengandung kadar kolesterol tinggi seperti jeroan

daging. Berbeda dengan hewan yang memiliki kandungan kolesterol relatif

tinggi serta membahayakan kesehatan tubuh jika terjadi akumulasi dalam

jumlah 6ang banyak, maka tumbuhan justru sebaliknya tidak mengandung

kolesterol sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan bahan makanan yang

berasal dari tumbuhan sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh mereka yang

memiliki kolesterol darah.

Makanan yang masuk kedalam tubuh manusia akan diserap oleh usus

halus. Khususnya oleh kolesterol yang terkandung didalam darah manusia,

maka kolesterol ini akan memasuki sirkulasi darah serat disimpan pada suatu

mantel protein yabg disebut kilomikron. Kontrol terhadap kadar kolesterol

dilakukan oleh organ hati. Organ ini akan mengambil kolesterol dari dalam

darah kemudian menyaringnya serta akan mengeluarkan kembali kolesterol

teraebut ke peredaran darah manusia. Selain itu hati juga dapat memproduksi

kolesterol untuk digunakan jika asupan kolesterol didalam tubuh sedikit.


63

Kolesterol di dalam tubuh manusia dibedakan menjadi kolesterol jahat

atau kolesterol LDL dan kolesterol baik atau HDL. Penumpukan kolesterol LDL

dalam jumlah yang banyak dan melewati batas ketetapan dapav menyebabkan

gangguan pada sistem kardiovaskular seperti hipertensi, serangan jantung,

stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya. Kadar ideal kolesterol darah harus

dibawah 200 mg/dl. Namun kadar ini harus diturunkan jika seseorang

mempunyai riwayat keluarga yang pernah terserang jantung. Kadar kolesterol

nya harus dibawah 100 mg/dl. Kadar ideal kolesterol biasanya berada pada

rentang 40-60 mg/dl

Pemeriksaan kadar kolesterol perlu dilakukan ketika seseorang sudah

menginjak usia diatas 20tahun. Pemeriksaan nya minimal 5tahun sekali, namun

intensitas pemeriksaan bisa kurang dari lima tahun jika kita mempunyai riwayat

keluarga yabg yang pernah terkena serangan jantung. Jika kita tidak

memperhatikan kadar kolesterol darah, maka dapat mengakibatkan penumpukan

kadar kolesterol LDL didalam dinding arteri sehingga dapat mengakibatkan

kekakuan dinding arteri yang dapat menimbulkan plak yg dikenal sebagai

artherosklerosisi.

Kandungan kolesterol didalam tubuh selain dipengaruhi oleh makanan

juga dipengaruhi oleh faktor hereditas. Ada sebuah Penyakit yang dikenal

sebagai familia hypercholesterolemia (FH). Apabila seseorang menderita

penyakit ini dapat mengakibatkan pengurangan jumlah yang signifikan dari

reseptor LDL didalam hatinya. Kondisi ini dapat memicu terjadinya

artherosklerosis bahkan diambil lebih lanjut nya dapat mengakibatkan serangan


64

jantung. Kadar kolesterol memang harub diturunkan jika konsentrasi nya terlalu

banyak. Jika kadar kolesterol berada pada tingkat yabg norma maka dapat

menghentikan pembentukan plak kolesterol, memperlebar rongga arteri,

mencegah serangan jantung, stroke, dan hipertensi.

Dewasa ini terdapat beberapa alat yang digunakan untuk menentukan

tingkat kolesterol didalam darah manusia. Tes kolesterol ada yang dapat dibelli

secara bebas diapotek dan ada juga tes kolesterol di laboratorium. Sekalipun tes

kolesterol yang diperoleh dari apotek merupakan tes kolesterol yang murah dan

cepat namun pengukuran tidak seakurat tes lab.

Tabel 10

Tingkat kolesterol di dalam darah.

Lemak darah Diinginkan Perbatasan Meningkat


(mg/dl)
Resiko rendah Resiko sedang Resiko tinggi
Kolesterol total <200 200 - 239 >240
Kolesterol HDL <130 130 - 159 >160
Kolesterol HDL >60 35 - 59 <35
Triglserida <200 200 - 399 >400
65

4.1.6. KOMPLIKASI PENYAKIT HIPERTENSI

 Stroke

Stroke dan hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang sangat

berbahaya dan mematikan. Hipertensi dapat memicu muncukanya stroke pada

seseorang. Menurut beberapa peneitian terungkap bahwa hipertensi yang

membuat komplikasi pada tubuh seseorang seperti terjadinya serangan jantung,

gangguan fungsi ginjal, penyakit arteri sampai munculnya serangan stroke. Di

amerika serikat, lebih dari 50% penyebab stroke adalah hhipertensi.

Penderita stroke dapatjuga disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau

hipertensi yang sering mengakibatkan munculnya pendarahan di otak yang di

sebabkan pecahnya pembuluh darah. Kemudian dapat juga diakibatkan oleh

thrombosis ( pembekuan darah pada pembuluh darah ) serta emboli yaitu adanya

benda asing yang terbawa aliran darah di dalampembuluh darah serta bisa

menyumbat bagian distal pembuluh. Gejla stroke dapat di amati dari mulai pusing

– pusing, sulit berbicara, tidakdapat melihat dengan jelas, pingsan sampai gejala

yang fatal seperti kelumpuhan dankematian.

Pengidap tekanan darah tinggi ( hipertensi dapat memicu pendarahan di

otak, adanya pendarahan ini di sebabkan pecahnya pem buluh darah di otak. Pada

beberapa kasus stroke kadang kadang tidak di ikuti pendarahan. Oleh karena itu

dikenal stroke iskemik ( non pendarahan )dan stroke hemograpik ( pendarahan ).

Pada stroke iskemik sekalipun tidak mengalami pendarahan pada sel sel otak

namun perlu dilakukan penanganan dalam waktu yang segera. Karena bila tidak di

tangani aka berakibat patal bagi pasien itu sendiri. Sumbatab pada pembuluh
66

darah baik berupa trombosit maupun emboli dapat mengakibatkan sel sel otak

tidak tesuplai kebutuhan oksigennya. Storke menyeang selsel otak kita secara

perlahan lahan, kita tidak akan pernah tahu kapan sel sel otak kita mengalami

stroke. Seseorang dikatan stroke jika 80% sel sel otaknya menglami disfungsi.

Dengan kata lain, setiap orang memiliki kecenderungan terkena stroke, karena

stroke itu sendiri bersifat in-evolution.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang munculnya penyakit

perlu dilakukan diagnosis secara menyeluruh tentang kemungkinan seseorang

menderita penyakit darah tinggi ( hipertensi ). Mengingat daya bunuh penyakit ini

sangat tinggi dan menimbulkan komplikasi penyakit berat lainya. Organisai

kesehatan dunia (WHO) menetapkan hipertensi sebagai factor resiko nomor tiga

penyebab kematian di dunia. Selainitu, hipertensi bertanggung jawab terhadap

munculnya penyakit stroke sebanyak 62% sedangkan 49% lainya dapat

menyebabkan munculya sreangan jantung. Tidak hanya itu saja, sekitar 7 juta

kematian premature setiap tahun di akibatkan oleh hipertensi. Oleh karena itu,

WHO pada tahun 2004 memerlukan biaya sebesar 56 $ USA untuk

mengendalikan dan penanganan masalah hipertensi telah menjadi masalah global.

Sebagai mana di ketahui, hipertensi sering kali menimbulkan kekacauan

pada system peredaran darah, atau yang biasa di sebut hipertensi non-dippers.

Hipertensi ini menyebabkan pada malam hari tekanan darah sangat tinggi

sedangkan pada pagi hari justru menurun. Hal ini kontras dengan normal yang

justru tekanan darah nya pada malam hari menurun karena tubuh sedang istirahat/

tidur sedangkan pada pagi haari justru bergerak naik tekanan darah nya. Serangan
67

stroke pada penderita hipertensi biasanya terjadi pada pagi hari anatara jam 6

sampai jam 12. Serangan stroke ini merupakan serangan tipe diskemik.

Pada pagi hari tekanan darah mulai bergerak naik biasanya mencapai

punak pada tengah hari. Akibat dari peningkatan tekanan darah ini menyebabkan

semakin tinggi kemungkinan itraplque hemorrhage. Hal ini akan semakin

memperberat stenosis darah terutama yang mengalami aterosklerosis. Selain itu

terdapat juga peningkatan agregasi platelet dan viskositas darah pada pagi hari,

namun aktifitas TPA atau endogenoustissue plasminogen activator sangat rendah

pada pagi hari. Kondisi ini dapat mengubah keseimbangan antara thrombosis dan

phibroosis yang mengakibatkan thrombosis menjadi lebih dominan. Dampak lebi

lanjut adalah timbulnya stroke baik stroke istemik maupun hemoragi.

Stroke sangat dipengaruhi oleh tekanan darah. Orang yang normal

cenderung mempunyai system autoregulasi asteri selebral. Jika tekanan darah

sistemik meningkat dapat mengakibatkan pembuluh celebral mengalami

vasopasme atau vasokontrisi, namun seblaiknya apabila tekanan darah nya

menurun maka system pembuluh celebral akan mengalami vasodilasi. Hal ini

mengakibatkan aliran darah ke otak tetap konstan sekalipun teknan darah sistemik

menurun sampai 50 mmHg. Hal ini diakibatkan oleh mekanisme autoregulasi

arteri cerebral yang mampu melihara aliran darah ke otak agar tetap normal.

Namun mekanisme autoregulasi hanya metoloreir tekanan darah sistolik sampai

200mmHg dan tekanan diastolic antara 110 mmHg – 120 mmHg oleh karena

itulah, sekalipun tekanan darahnya mengalami kenaikan tidak akan menimbulkan

apa-apa kecuali dilakukan pemeriksaaan secara lengkap. Orang yang mengalami


68

hipertensi dan terkena serangan stroke biasanya ditandai dengan kenaikan darah

secara sistemik.

Salah satu pemicu stroke adalah terjadinya aneurisme. Oleh karena itu

apabila seseorang mengalami aneurisme kemungkinan besar ia terkena serangan

stroke. Beberapa penelitian terbaru mengungkapkan bahwa hipertensi kronis dapat

mengakibatkan terjadi nya mikroaneurisme. Mikroaneurisme terjadi pada arteri

lentrikoustriata Charcot Bourchat. Ketika seseorang diponis menglalami

mikroaneurisme sangat dianjur kan untuk mengendalikan emosinya sebab ketika

emosi meluap luap akan mengakibatkan aneurisme. Tidak hanya itu saja orang

yang mengalami hipertensi kronis dapat mengakibatkan disfungsi endothelian

pembuluh darah.

Endothelian pembumbuluh darah memiliki fungsi mengekpsresikan dan

melepaskan zat zat vaskontriktor. Apabila terjadi disfungsi endotel akan

mengakibatkan vaskontriksi yang diikuti poliferasi sel sel otot polos pembuluh

darah, kemudian akan timbul agresi trombosit, adhesi leukosit,serta peningkatan

premabeikitas.

Berdasarkan penelitian terungkap bahwahipertens yang tidak terkontrol

merupakan factor penyebab stroke iskemik sebesar 85% sedangkan pada kasus

stroke hemoragi hanya 16% . Oleh karena itu dengan menurunkan tekanan darah

antara 5 mmHg – 6 mmHg dapat menurunkan resiko terjaidinya stroke sebesar

42% pemberian obat anti hipertensi ternyata sangat bermanfaat dalam

menurunkan terjadinya stroke sebesar 36%. Stroke dapat di cegah dengan

pengendalian factor resiko stroke seperti hipertensi, merokok, diabetes,


69

hieprlepdemia, dan arteri pibriatasi. Kemudiain factor factor lainya perlu juga di

kendalikan seperti obeisitas, mengkonsumsi kokain, ampetamin dan heroin.

Sanagat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran buah buahan untuk

meningkatkan zat anti oksidan sebagai penangkal radikalbebas yang menjadi

senyawa karsigonik pemicu stroke.

Mengingat hipertensi telah menjadi masalah global, di Negara maju telah

menunjukan kesadaran tentang bahaya penyakit ini. Di amerika serika saja tingkat

kesadaran masyarakat nya mencapai 55% pada tahun 2000 sekalipun kasus

hipertensi yang ditemukan mencapai lebih 30%. Di Indonesia,hasilnya tida kjauh

berbeda, seperti hasil penelitian tahun 2006 di tanah abang Jakarta, kesadaran

masyarakat terhadap heipertensi mencapai angka 50% sedangkan angka pasien

yang minum obat hipertensi terkontrol sebesar 50%.

 Serangan Jantung dan Gagal Jantung

Jantung merupakan salah satu organ vital manusia yang memiliki fungsi

sebagai organ pemompa darah manusia. Jantung manusia berbili kempat yang

terdiri atas dua atrium dan 2 ventrikel yang terpisah secara sempurna. Untuk

memudahkan pemahaman tentang pemompaan darah pada manusia, biasanya

dimulai dari ventrikel kanan yang memompa darah menuju paru paru melewati

arteri pulmoner. Darah tersebut akan masuk kedalam kapiler paru paru,di paru

paru inilah darah mengmabil oksigen dari udara sehingga darah sekarang menjadi

kaya akan oksiigen. Setelah itu darah kemabali ke jantung melalui vena pulmoner

menuju atrium kiri dan selanjutnya menuju ventrikel kiri.


70

Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian dipompa oleh ventrikel kiri

keseluruuh tubuh melalui aorta. Selain mngirimkan darah ke seluruh tubuh,

jantung sendiri mendapatkan suplai darah melalui arteri coroner. Oleh karena itu,

apabila terjadi aterosklerosis pada arteri ini dapat mengakibatkan serangan

jajntung coroner. Darah yang dipompa kan ini sampai juga pada bagian kepala

dan tangan setelah itu darah juga mengalir menuju tubuh bagian bawah. Arteri

pada berbagai bagian tubuh akan bercabang menjadi arteriola yang selanjutnya

bercabang menjadi kapiler. Pada bagian kapiler inilah terjadi pertukaran oksigen

yang di bawa darah dengan karbondioksisa dari dalah jaringan tubuh.

Selain itu darah menjadi miskin oksigen karena telah terjadi pertukaran

antara oksigen dengan karbondioksida. Darah yang misikin oksigen ini kemudian

akan di kembalikan ke jantumg melalui vena cava anterior. Darah yang

dikembalikan biasanya darah yang berasal dari tubuh bagian atas. Kemudian

darah yang miskin oksigen ini akan dikembalikan ke jantung melalui vena cava

posterior. Darah yang dikembalikan berasaldari tubuh bagian bawah.

Pembuluh aretri merupakan pembuluh berupa pipa (selang)elastis yang

dindingnya meliputi tiga lapis yaitu tunica ekterna, media danintima. Tunica ini

terbuat dari serat serat kolagen elastic sedangkan tunika media terbuat dari otot

polos serta serat elastic. Terakhir tunica intima terdiri dari epitel selapis pipih

yang tunjang oleh selapis jaringan yang elastic antara tunica intima dan media.

Arteri dapat melakukan vasokontriksi atau dapat mengecilkan liumennya.

Hal ini disebabkan otot polosnya dapat berkontraksi serta sangat elastic. Ketika

tekanan darah di ventrikel mencapai systole arteri akan mengemmbang


71

untukmeanmpung darah. Sebaliknya ketika ventrikel mengalami diastole, arteri

akan menciut. Aliran darah dalam arteri biasanya lebih konstan dan tidak terputus

putus. Komponen pembuluh darah berikutnya, adalah arteriol. Pembuluh darah ini

banyak mengandung otot polos yang berfungsi mengatur diameter arteriol yang

dpat mengatur tekanan serta jumlah lairan darah yang menuju kapiler. Pengaturan

tekanan darah di arteriol dilakukan oleh pusat vasomotoris di medulla oblongata.

Darah dari arteriol biasanya akan mengalir menuju kapiler. Dinding

pembuluh kapiler sangat tipis sekituar 1 lapis sel epitel pipih dengan membrane

basalis tipis dibawahnya keberadaan membaran ini memungkinkan terjadinya

pertukaran zat antara darah dengan sel sel tubuh.

 Gagal Ginjal (Renal Failure) dan Cuci Darah ( Dialisis )

Gagal ginjal dapat terjadi berupa kadar urine dalam darah mmeningkatan

dan disertai berkurangnya volume urine > 500 ml/hari atau dapat juga berupa

kerusakan dan menuurnya fungsi ginjal yang disebabkan oleh pyelonephritis, batu

ginjal, kelainan bawaan dan sebagainya. Kondisi peratama di sebut gagal ginjal

akut sedangkan kondisi kedua di sebut gagal ginjal kronis.

Gagal ginjal harus ditangani segera dengan cuci darah. Hal ini diakukan

karena ginjal tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Seseorang harus

melakukan cuci darah apabila nephron mengalami kerusakan sekitar 90%.


72

4.1.7. ETIOLOGI HIPERTENSI

Pengertian dari etiologi ini adalah terutama di gunakan dalam ilmu

kedokteran sebagai ilmu yang mempelajari penyebab atau asal penyakit dan factor

factor yang yang menghasilkan atau memengaruhi suatu penyakit tertentu atau

gangguan.

Factor genetic dianggap penting sebagai sebab timbulnya hipertensi.

Anggapan ini di dukung oleh banyak penelitian pada hewan percobaan dan pada

manusia. Fakator genetic nampaknya merupakan factor yang paling berperan

dalam perjalanan munculnya penyakit hipertensi. Factor ini meliputi obesitas,

pekerjaan, alkoholisme dan tempat tinggal. Semakin banyak factor factor tersebut

di sekitarnya maka akan semakin besar akan mengalami penyakit hipertensi.

Tekanan darah meningkat seiring usia dibawah 25 tahun, kecualimereka orang

orang yang mengalami penyakit primer seperti gangguan ginjal.


73

4.2 SKIRINING RESEP

4.2.1 PERSYARATAN ADMINISTRASI

RUMAH SAKIT UMUM Kelengkapan resep

NURHAYATI 1. Nama dokter

JL. Raya sudirman no. 6 phone :

(0262)238966 karangpawitan - garut 2. Alamat dokter

Tgl : 2/2/2018 :

R/ Analsik x 3. No. SIP dokter

S.2 dd 1 :

R/ Simvastatin x 4. Tanda R/ :

S.3 dd 1 5. Nama obat :

R/ amlodipine x 6. Tgl pembuatan :

S.2 dd 1 7. Cara pemakaian :

8. Nama pasien

Pro : Tn .Uba :

Umur : 78 tahun 9. Umur pasien

Alamat : jln. Pangauban :

10. Umur pasien

11. Alamat pasien

12. Paraf dokter :


74

 Pengertian resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, yang

diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada

apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan

bagi penderita. Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae

officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakofe atau buku lainnya

dan merupakan standar) dan formulae magistralis (resep yang ditulis oleh dokter).

 Skrinning resep

Dari resep yang telah diberikan resep tersebut tidak sesuai karena tidak

memuat ketentuan resep menurut perundang-undangan yang berlaku yaitu harus

memuat nama dokter, serta mencantumkan Surat Izin Praktek (SIP) dokter,

artinya praktek yang dijalankan oleh dokter sudah memiliki kewenangan atau

legalitas untuk melakukan praktek profesinya yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah.

 Nama kota
75

Pada resep yang telah diberikan sudah terdapat nama kota yang dicetak

dalam blanko resep dan juga sudah ditulis tanggal ini diperlukan dalam pelayanan

resep berkaitan dengan persyaratan perundang-undangan.

 Invecatio (Tanda buku penulisan resep dengan R/)

Dalam resep yang diberikan diatas, tampak penulisan resep sudah tepat

yaitu setiap pembukuan penulisan diawali dengan R/ (Recipe= ambilah). Contoh,

sesudah dokter menuliskan Ibuprofen maka dokter menulis kembali tanda R/

setelah itu menulis antasida.

 Inscriptio (Tanggal dan tempat ditulisnya resep)

Pada resep yang diberikan sudah memenuhi ketentuan dalam suatu resep.

Yaitu dicantumkannya tempat pembuatan resep yaitu didaerah kabupaten Garut

dan ditulis tanggal 30 Februari 2017, langkah ini diperlukan berkaitan dengan

perundang-undangan yang diperlukan oleh pemerintah serta untuk membantu

memudahkan dalam memisahkan resep pertahunnya, langkah ini digunakan

apabila akan memusnahkan resep yaitu tiap 3 tahun sekali, resep mana yang akan

dimusnahkan sebab ketentuan menurut perundang-undangan yang berlaku bahwa

resep sekurang-kurangnya disimpan selama 3 tahun. Seandainya dalam resep

tidak dicantumkan tahun penulisannya maka kemungkinan akan ada kekeliruan


76

dalam menentukan resep mana yang harus dimusnahkan. Sehingga dapat

menimbulkan permasalah apabila ada sidang dari pemerintah khususnya

pemerintah yang memuat narkotika dan psikotropika.

 Praescriptio atau ordinatio (Nama obat, jumlah membuatnya)

a. Penulisan nama obat

Pada resep yang diberikan penulisan nama obat pada resep tersebut

sudah benar dan penulisan jelas.

b. Spesifikasi sediaan jadi

Pada resep yang diberikan dapat diketahui bentuk sediaan ketiga jenis

obat tersebut, yaitu ‘’tab’’ dan “sirup”. Penulisan singkatan sediaan

obat tersebut sudah sesuai dengan singkatan resmi farmakope

indonesia atau nomenklatur internasional.

c. Penulisan satuan berat, volume dan unit

Dalam formula resep diatas, sudah dituliskan satuan volume, berat,

dan unit.

d. Jumlah jenis obat/sediaan

Penulisan jumlah R/ sudah benar yaitu dengan mencantumkan R/ lagi

apabila resep yang diberikan lebih dari satu obat. Disini cara
77

pemakaian obat belum disertakan, misal a.c. (ante coenum = sebelum

makan) atau p.c. ( post cibum = sesudah makan).

e. Satuan biji (tablet, kapsul, botol)

Penulisan jumlah obat yang diberikan sudah tepat dengan

menggunakan angka romawi (XXX, XV, XIV).

f. Penggunaan tulisan singkatan

Penulisan dosis pada resep yang diberikan tidak ada tanda titik untuk

pemisah antara d (de) dengan d (die), seharusnya 2.d.d.1 dan 2.d.d ½.

g. Tanda pemisah antara satu tanda R/ untuk satu jenis obat sudah

dipisah dengan garis penutup dari paraf dokter, dan di dalam resep

tersebut sudah di cantumkan tanda tangan dokter.

 Superscriptio

Dalam resep yang diberikan, tampak penulisan sudah tepat, berada disisi

kiri atas. Karena obat yang diberikan lebih dari satu sehingga dituliskan R/ lagi.

Dalam resep tersebut obat-obat yang diberikan adalah obat-obat generik. Jadi

resep tersebut merupakan bentuk formula officinalis.

 Subscriptio (paraf/tanda tangan dokter)

Dokter telah memberi paraf terhadap resep tersebut, artinya dokter telah

memastikan bahwa resep itu benar-benar resep yang dibuat oleh dokter. Fungsi

dari penulisan paraf sendiri adalah untuk mengetahui apakah resep yang diberikan

pasien kepada pihak apotek asli atau palsu, dalam hal ini berarti untuk

meminimalisir penyalahgunaan terhadap resep itu sendiri.

 Signatura
78

Dalam resep yang diberikan sudah tertulis simbol S ( signatura=

tandailah), artinya aturan pakai untuk obat yang disebutkan dalam resep dan

penulisan tanda S sudah jelas seperti tanda garis lengkung sedangkan untuk letak

tanda S sudah tepat.

4.2.2 KESESUAIAN FARMASETIK

ANALSIK

Analsik adalah obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang terdiri dari

kombinasi dua macam zat aktip yaitu metampiron dan diazepam. Obat ini

digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan kram organ dalam (spasme organ

viseral) pada saat yang bersamaan. Berikut informasi lainnya mengenai analsik :

Komposisi

1. Metampiron 500mg

2. Diazepam 2mg

Indikasi

pengobatan sakit kepala terurama yang diakibat psikis murni, pengobatan

neuralgia atau nyeri pada saraf, pengobatan pada sakit pinggang, reumatik, nyeri
79

otot dan sendi, kolik ginjal dan bilier, dan pengobatan pasca operasi dimana

diperlukan kombinasi dengan tranquilizer

Kontra indikasi

hipersensitif, glaukoma, defresi pernafasan, gangguan pulmoner akut, wanita

hamil, bayi dibawah 1 bulan atau dibawah 5kg.

Farmakologi

analsik adalah kombinasi metampiron dan diazepam. Metampiron adalah suatu

obat anakgesik - antipiretik. Diazepam mempunyai kerja sebagai antiansietas, juga

memiliki sifat merelaksasi otot rangka. Kombinasi ini dimaksudkan untuk

menghilangkan rasa nyeri dan spasme organ visceral.

Efek samping

mengantuk, pusing, lelah, depresi, diplopia, hipotensi, perubahan libido, tremor,

retensi urine, konstipasi, hipersensitivitas terutama reaksi pada kulit, dan

gangguan agranulositosis sel darah putih.


80

Perhatian

hindari penggunaan jangka lama karena menimbulkan kelamahan otot dan

ketergantungan fisik dan psikis. hati hati pada penderita yang pernah mengalami

gangguan pembentukan darah/ kelainan darah, gangguan fungsi hati atau ginjal,

karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati dan hitung darah pada

pengguanaan jangka lama untuk pengobatan nyeri akut.

walaupun jarang menimbulkan agranulositosis, sebaiknya tidak digunakan untuk

jangka panjang, karena dapat berakibat fatal.

selama minum obat ini jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan

mesin.

tidak digunakan untuk mengobati sakit otot dan gejala gejala flu dan tidak untuk

menngobati reumatik,lumbago, sakit punggung bursitis, sindroma bahu lengan.

interaktsi obat

penggunaan bersama - sama dengan obat - obat yang mendepresi SSP atau

alkohol dapat meningkatkan efek diazepam.

Dosis

setelah makan ;

dewasa ;

kaplet bipa nyeri belum hilang lanjutkan 1 kaplet tiap 6 - 8 jam.

Bentuk sediaan
81

Bentuk sediaan yang digunakan dalam resep adalah dalam bentuk kaplet

SIMAVASTATIN

Simvastatin adalah salah satu jenis obat statin yang bekerja dengan cara

mengurangi kadar kolesterol "jahat" LDL dalam trigeserida, sekaligus

meningkatkan kadar kolesterol "baik" HDL dalam darah. Kolesterol LDL bersifat

mudah menggumpal, lama lama kolesterol jahat akan menempel menjadi kerak di

dinding pembuluh sehingga membuat rongga pembuluh darah sempit, dan lama

kelamaan menyumbat jalannya pembuluh darah.

Komposisi

simvastatin 20 mg

Indikasi

peningkatan resiko aterosklerosis vaskuler karena hiperkolesterolemia. terapi

tambahan jika respon terhadap diet dan terapi non farmakologi tidak adekuat,

menurunkan resiko angka kematian dengan menurunkan resiko kematian koroner,

resiko infark miokard non fatal dan pasien yang sedang menjalani prosedur
82

revaskularisasi miokard. menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada pasien

dengan hipokolesterolemia primer (tipe IIa & IIb)

Kontra indikasi

penyakit hati aktip, hipersensitifitas, hamil dan meyusui.

Efek samping

nyeri abdomen, mialgia, rabdomiolisis, sakit kepala, astenia, konstipasi, flatulens.

Perhatian

pemeriksaan enzym hati dapat dilakukan secara berkala, alkoholism, pada

keadaan miopati pemberian simvastatin dihentikan sementara atau tidak

dilanjutkan, efektifitas pada anak dan remaha belum pasti.

Dosis

awal sehari 5 - 10 mg dosis tunggal pada malam hari. Dosis dapat disesuaikan

pada tunggal (malam hari) . bila kadar kolesterol sudah mencapai target

penurunan dosis SVT dapat dipertimbangkan.


83

AMLODIPINE

amlodipine adalah obat untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. obat

ini juga bisa digunakan untuk membantu mengatasi serangan angina pectoris atau

angin duduk. amlodipine bisa di konsumsi secara tersendiri atau dikombinasikan

dengan obat lain. Dengan menurunkan tekanan darah, obat stroke, serangan

jantung, dan penyakit ginjal.

indikasi

untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospatik (angina

prinzmetal atau variant angina). amlodipin dapat diberikan sebagai terapi tunggal

ataupun dikombinaskan dengan obat antihipertensi dan anti angina lainnya

(thiazide, ACE inhibitor, beta bloker, nitrat, nitroglycerine sublingual).


84

4.3 TERAPI HIPERTENSI

4.3.1. Terapi non – farmakologi

 Melakukan program diet

Kelebihan berat badan juga akan menimbulkan penyakit hipertensi

bertambah buruk. Hal ini dapat terjadi karena kandungan lemak berupa

kolesterol jahat pada seseorang yang mempunyai tubuh gemuk akan

menumpuk pada pembuluh darah akan menjadi sempit dan aliran darah

pun menjadi tinggi. Dengan melakukan diet maka kolesterol jahat yang

terdapat pada pembuluh darah secara bertahap akan hilang dengan

sendirinya.

 Rajin berolahraga

Berolahraga dapat menjadi cara jitu untuk menurunkan tekanan darah.

Karena dengan berolahrga sirkullasi darah pada pembuluh akan berjalan

dengan lanacar. Selalin itu, berolahraga juga akan membantu mengurangi

kolesterol jahat yang terdapat pada pembuluh darah. Pleh sebab itu,
85

berolahraga sangatlah penting untuk mengatasi hipertensi, minimal

berolahraga rutin setiap hari 30 menit seperti olaharga ringan jogging ,

senam, jalan cepat dan masih banyak lagi.

 Menciptakan suasan rileks

Stress yang dialami seseorang juga akan menjadi pemicu tekanan darah

menjadi tinggi atau hiperrtensi. Karena, seseorang yang ssedang

mengalami stress dia akn mengalami penegangan saraf sehingga hal

tersebut memicu tekanan darah menjad tinggi. Maka dari itu dengan

menciptakan suasana yang rileks maka saraf pada otak akan terkntrol

dengan baik sehingga tekanan darah dapat menurun. Rileksasi yang dapat

dilakukan oleh penderita hipertensi yaitu seperti meditasi, yoga, hipnotis,

dll.

 Mengurangi konsumsi rokok dan alkohol

Merorok dan mabuk alkohol dapat menjadi pemicu kolesterol jahat

menjadi menumpuk pada pembuluh darah, maka dari itu bagi penderita

hipertensi cobalah untuk menghentikan kebiasaaan buruk tersebut.

4.3.2. Terapi farmakologi

HIPERTENSI

 Pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah

dan keberadaan Compelling indications.

 Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawal

dengan diuretik thiazide. Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya


86

diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik thiazide kecuali

terdapat kontraindikasi.

 Ada enam compelling indications yang spesifik dengan obat

antihipertensi serta memberikan keuntungan yang unik.

 Diuretik, β blocker, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE),

Angiotensin II, Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker

(CCB) merupakan angen primer berdasarkan pada data kerusakan organ

target atau morbiditas dan kematian kardiovaskular.

 α Bloker, α2-agonis sentral, inhibitor adrenergic, dan vasodilator

merupakan alternatife yang dapat digunakan penderita setelah

mendapatkam obat pilihan pertama.

1. Diuretik

 Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,

golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah.

Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi

Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen

diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan

menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan terakumulasi maka

diuretik jerat Hanle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari

peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi

tekanan darah arteri.

 Diuretik Hemat Kalium merupakan antihipertensi yang lemah jika

digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik


87

dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle.

Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium

yang disebabkan oleh diuretik lainnya.

 Antagonis aldosterone merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi

lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama

(hingga 6 minggu dengan spironolakton).

 Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.

Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV) berhubungan

dengan diuresis dalam penurunan curah jantung (cardiac output, CO)

dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama

menyebabkan peningkatan resistensi perifer. Pada terapi diuretik pada

hipertensi kronik, volume cairan ekstraseluler dan volume plasma

hamper kembali kondisi pretreatment. Penurunan pada resistensi

vascular perifer bertanggung jawab atas efek hipotensi jangka panjang.

Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium

dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi

vaskular perifer.

 Jika diuretik dikombinasikan dengan antihipertensi lain akan muncul

efek hipotensi yang disebabkan oleh mekanisme aksi. Banyak

antihipertensi selain diuretik menginduksi retensi garam dan air yang

dilawan aksinya oleh penggunaan bersama diuretik.

 Efek samping thiazide adalah hipokalemia, hipomagnesemia,

hiperkalsemia, hiperrurisemia, hiperglikemia, hyperlipidemia, dan


88

disfungsi seksual. Diuretik jerat Henle memiliki efek samping yang

lebih kecil pada lipid serum dan glukosa tetapi hypokalemia dapat

terjadi.

 Hipokalemia dan hipomagnesemia dapat menyebabkan kelelahan otot

atau kejang. Aritmia jantung dapat terjadi terutama pada penderita

yang mendapatkan terapi digitalis, penderita dengan hipertropi

ventricular kiri, dan penyakit jantung iskemia. Terapi dosis rendah

(misalnya 25 mg Hidroklortiazid atau 12.5 mg Klortalidon setiap

harinya) jarang menyebabkan kekurangan elektrolit yang signifikan.

 Diuretik hemat kalium dapat menyebabkan hyperkalemia terutama pada

penderita penyakit ginjal kronik atau diabetes dan penderita yang

diberikan inhibitor ACE, ARB, AINS, atau suplemen kalium secara

bersamaan. Eplerenon dapat meningkatkan faktor risiko hiperkalemia

dan kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi ginjal atau

diabetes tipe 2 diertai proteinuria. Spinorolakton dapat menyebabkan

ginekomastia pada 10% penderita. Efek ini jarang terjadi pada

penggunaan eplerenon.

 Sediaan Beredar :

Bendrofluazid : Cordizide®

Klortalidon : Hygroton®, Tenoret®, Tenoretic®

Hidroklortiazid : (generik)

Indapamid : Natrilix®

Metrolazon : Zaroxolyn®
89

Xipamid : Diuresan®

Furusemid : (generic), Arsiret®, Diurefo®, Farsiretic®,

Farsix®, Furosix®, Gralisa®, Husamid®,

Impulgan®, Lasix®, Uresix®, Yekasix®.

Bumetanid : Burinex®

Torasemid : Unat®

Amilorid HCL : (generik), Puritrid®

Spironolakton : (generik), Carpiaton®, letonal®

2. Inhibitor Angiotensin-Converting Enzym (ACE)

 ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam

regulasi tekanan darah arteri), ACE didistribusikan pada beberapa

jaringan da nada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada

prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama

produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor

ACE mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

(vasokontriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron). Inhibitor

ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis

senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.

Pada kenyataannya inhibitor ACE merupakan menurunkan tekanan

darah pada penderita dengan aktivitas renin plasm normal, bradikinin,

dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.

 Dosis awal inhibitor A sebaiknya dosis rendah kemudian ditambahkan

perlahan. Hipertensi akut dapat terjadi pada onset terapi inhibitor ACE
90

terutama pada penderita yang kekurangan natrium atau volum, gagal

jantung, organ lanjut usia, penggunaan bersama dengan vasodilator atau

diuretik. Penderita dengan factor risiko tersebut dosisnya diawali

setengan dosis normal kemudian diikuti dengan penambahan dosis

(interval waktu 6 minggu).

 10 inhibittor ACE tersedia di Amerika Serikat, dosisnya bisa satu kali

sehari untuk hipertensi kecuali captropil (2 atau 3 kali sehari). Absorpsi

captropil (tidak untuk enalapril atau lisinopril) dikurangi 30-40% jika

diberikan bersamaan dengan makanan.

 Inhibitor ACE menurunkan aldosteron dan dapat meningkatkan

konsentrasi serum kalium. Hiperkalemia terjadi terutama pada penderita

penyakit ginjal kronik atau diabetes, maka penanganannya

menggunakan ARB, AINS, suplemen kalium, atau diuretik hemat

kalium.

 Efek samping serius yang dapat ditimbulkan pada penggunaan inhibitor

ACE adalah neutropenia dan agranulosit, proteinuria,

glomerulonephritis, dan gagal ginjal akut; efek ini terjadi pada penderita

kurang 1%. Stenosis bilateral arteri ginjal atau stenois unilateral dari

fungsi ginjal penderita tergantung pada efek vasokontriksi angiotensin

II di arteriol aferen, membuat penderita tersebut menjadi gagal ginjal

akut.
91

 Penurunan LPG pada penderita yang menerima terapi inhibitor ACE,

disebabkan oleh inhibisi vasokotriksi angiotensin II di arteriole eferen.

Konsentrasi kreatinin serum umumnya meningkat tetapi peningkatnya

tidak terlalu signifikan (peningkatan absolut kurang dari 1 mg/dL).

Terapi sebainya dihentikan atau dosisnya dikurang jika penigkatannya

terlalu besar.

 Angiodema merupakan komplikasi serius yang terjadi kurang dari 2%

penderita. Manifesasinya berupa bibir dan lidah membengkak dan

kemungkinan menjadi sulit bernafas. Reaksi putus obat adalah sesuai

dengan yang diperkirakan untuk semua penderita angioedema dan

beberapa penderita mungkin mendapatkan terapi obat dan//atau intubasi

darurat. Reakivitas silang terjadi antara inhibitor ACE dan ARB.

 Persistensi batuk kering terjadi lebih dari 20% penderita dan hal ini

berupa inhibisi pemecahan bradikinin. Jika sebuah inhibitor ACE

diindikasikan karena compelling indications, terapi sebaiknya diganti

menjadi ARB.

 Inhibitor ACE absolut kontraindikasi untuk ibu hamil karena

menimbulkan masalah neonatal, termasuk gagal ginjal dan kematian

janin. Hal ini dilaporkan untuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga.

 Sediaan Beredar :

Kaptropil : (generik), Acendril®, Casipril®, Dexacap®,

Farmoten®, Metopril®, Otoryl®, Praten®, Prix®,

Scantesin®, Stablon®, Tensicap®, Tensobon®, Vapril®


92

Benazepril : Cibasen®

Delapril : Cupressin®

Enalapril maleat: (generik), Rebacardon®, Renivace®,Tenace®

Fosinopril : Acenor M®

Lisinopril : Interpril®, Noperten®, Tensinop®, Zestril®

Perindopril : Prexum®

Kuinapril : Accupril®

Ramipril : Triatec®

Silazapril : Inhibace®

3. Penghambat Resepor Angiotensin II (ARB)

 Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk

ACE) dan jalur alternative yang digunakan untuk enzim lain seperti

chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB

menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), Reseptor yang

memperantari efek angiotensin II (vasokonstriksi, peepasan aldosterone,

aktivasi simpateti, pelepasan hormone antidiuretic, dan konstriksi

arteriol eferen glomerulus)

 Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan

bradikinin. Hal ininidak memberikan efek samping batuk, banyak

konsekuensi negative karena beberapa efek inhibitor ACE dapat

menyebabkan meningkatnya level bradikinin. Bradikinin cukup penting

untuk regresi hipertropi miosit dan fibrosis, serta meningkatnya level

aktivator jaringan plasminogen.


93

 Semua obat pada tipe ini memiliki kesamaan efikasi dan memiliki

hubungan antara dosis-respon yang linear. Tambahkan dosis rendah

diuretik thiazide dapat meningkatkan efikasi secara signifikan.

 Pada penderita diabetes tipe 2 dan nefropati, terapi ARB telah

ditunjukan secara signifikan mengurangi perkembangan nefropati.

Untuk penderia dengan gagal jantung sistolik, tetapi ARB juga telah

ditunjukan untuk mengurangi resiko kardiovaskular saat ditambahkan

pada regimen diuretik, inhibitor ACE, dan β bloker atau terapi

alternatife inhibitor ACE penderita intoleran.

 ARB memiliki efek samping yang lebih rendah dari antihipertensi

lainnya. Batuk sangat jarang terjadi. Seperti inhibitor ACE mereka

dapat mengakibatkan insulfisiensi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi

ortostatik. Angioedema jarang terjadi daripada inhibitor ACE tetapi

reaktivitas silang telah dilaporkan ARB tidak boleh digunakan pada ibu

hamil.

 Sediaan Beredar :

Losartan : Acetensa®, Cozaar®, Insaar®

Vaksartan : Aprovel®, Blopress®, Diovan®

4. Bloker

 Mekanisme hipoensi β bloker tidak diketahui tetapi dapat melibakan

menurunnya curah jantuk melalui kronotropik negatif dan efek

inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal.


94

 Meskipun perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik penting

diantara variasi β bloker, tidak ada perbedaan efikasi klinik hipertensi.

 Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan

kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik pada reseptor β1

daripada resepor β2 Hasilnya, agen tersebut kurang merangsang

brokhospasmus dan vasokontriksi serta lebih aman dari non selektif β

vlokr pada penderita asma, penyakit obstruktif pulmonari kronis

(COPD), diabetes, dan penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas

merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan hilang jika

dosis tinggi.

 Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki akivita

intrinsic simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor

β.

 Terdapat perbedaan farmakokinetik antara β bloker pada tahap aal

metabolismenya, aktu paruh serum, derajat lipofilitas, rute eliminasi.

Propranolol dan metoprolol terbesar pada metaboliisme tahap awal.

Atenolol dan nadolol ada hubungannya lama waktu paruh dan ekresi di

ginjal; dosisnya perlu diturunkan pada penderita insufisiensi ginjal.

Alaupun waktu paruh β bloker lebih pendek satu kali sehari,

administrasinya efektif. β bloker bervariatif lipofilitass dan penetrasi

SSP.

 Efek samping dari blokade β pada miokardium adalah bradikardi,

ketidaknormalan konduksi atrioventrikular (AV), dan gagal jantung


95

akut. Penghambat β2 Pulmonar dapat menyebabkan eksaserbasi dari

bronkhospasmus pada penderita asma atau COPD. Penghambatan

reseptor β2 otot polos arteriol dapat menyebabkan kedinginan ekstrim

dan memperarah nyeri intermiten atau fenomena raynauld’s karena

penurunan aliran darah perifer.

 Penghentian terapi dengan β bloker yang cepat dapat menyebabkan

angina tidak stabil, infark miokardial, atau mungkin kematian pada

penderita predisposisi miokardial. Pada penderita tanpa penyakit arteri

coroner, penghentian secara tiba-tiba terapi β bloker berhubungan

dengan sinus takikardia, meningkatnya sekresi keringat, dan depresi.

Untuk alasan ini, dosis ditingkatkan secara bertahap 1 hingga 2 minggu

sebelum penghentian.

 Peningkatan serum lipid dan glukosa hanya sesaat dan tidak bermakna

secara klinis. Β bloker meningkatkan kadar serum trigliserida dan

menurunkan kadar HDL kolestrol. Penghambat β yang memiliki sifat

menghambat reseptor α (carvedilol dan labetalol) tidak mempengaruhi

konsentrasi serum lipid.

 Sediaan Beredar (dilihat pembahasan iskemia).

5. Penghambat Saluran Kalsium (CCB)

 CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan mengambat

saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan (voltage sensitive),

sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.


96

Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan

berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium

dihidropirini dapat menyebabkan aktifasi refleks simpatetik dan semua

golongan ini (kecuali amlodipin) memberikan efek inotropic negatif.

 Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi

nodus AV, dan menghasilkan efek inotropic negatif yang dapat memicu

gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem

menurunkan kondukssi AV dan denyut jantung dalam level yang lebih

rendah daripada verapamil.

 Diltiazem dan verapamil dapat menyebabkan ketidaknormalan

konduksi jantung seperti bradikardi, blok AV, dan gagal jantung.

Keduanya mengakibatkan anoreksia, mual, edema perifer, dan

hipotensi. Verapamil mengakibatkan konstipasi pada 7% penderita.

 Dihidropiridin dapat meningkatkan refleks mediasi baroreseptor pada

denyut jantung. Hal ini disebabkan oleh, potensi efek vasodilatasi

perifer. Dihidropiridin pada umumnya tidak menurunkan konduksi

nodus AV.

 Nifedipin jarang sekali menyebabkan peningkatan frekuensi, intensitas,

dan diurasi pada angina yang berhubungan dengan hipotensi. Efek ini

dapat diatasi melalui formulasi lepas lambat nifedipin atau

dihidropiridin lainnya. Efek samping lain nifedifin adalah sakit kepala,

kemerahan, pusing, gingival hyperplasia, edema perifer, perubahan

mood, dan keluhan pada saluran pencernaan. Efek samping yang


97

disebabkan oleh vasodilatasi seperti sakit kepala, kemerahan, pusing,

dan edema perifer terjadi cukup sering pada penggunaan bersama

dihydropiridin daripada verapamil atau diltiazem.

 Sediaan Beredar (dilihat pembahasan iskemia)

6. Penghambat Reseptor α1

 Prasozin, terasozin,dan doxazosin, merupakan penghambat reseptor α1

Yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vaskular perifer

yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah

aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.

 Efek samping yang berat mungkin terjadi merupakan gejala dosis awal

yang ditandai dengan hipotensi ortostatik yang disertai dengan pusing

atau pingsan sesaat, palpitasi, dan juga sinkope dalam satu hingga tiga

jam setelah dosis pertama atau terjadi lebih lambat setelah dosis yang

lebih tinggi. Hal ini dapat dihindari dengan cara pemberian dosis awal

dan diikuti dengan peningkatan dosis awal pada saat mau tidur.

Terkadang, pusing ortostatik berlanjut dengan pemberian kronik.

 Retensi air dan natrium dapat terjadi pada dosis yang lebih tinggi dan

terkadang dengan pemberian kronik dosis rendah. Kelompok ini lebih

efektif jika diberikan bersamaan dengan anti diuretik untuk

mempertahankan efikasi hipotensif serta meminimalkan potensi edema.


98

 Efek pada sistem saraf pusat adalah gangguan tidur, mimpi yang jelas

dan depresi.

 Karena data menunjukkan bahwa doxazosin (dan mungkin penghambat

reseptor α1 lainnya) tidak melindungi peristiwa kardiovaskular seperti

terapi yang lain, obat ini hanya digunakan untuk kasus yang unik,

seperti pada pria yang menderita hiperplasia prostat jinak, jika pasien

tersebut sudah mendapatkan terapi antihipertensi standar lainnya

(diuretik, β bloker, atau inhibitor ACE).

 Sediaan Beredar :

Prazosin : Hyperal®, Minipress®

Doksazosin : Cardura®, Kaltensif®

7. Antagonis α2 – pusat

 Clonidine, guanabenz, guanfacine, dan methyldopa menurunkan

tekanan darah pada umumnya dengan cara menstimulasi reseptor α2

adrenergik di otak, yang mengurangi aliran simpatetik dari pusat

vasomotor dan meningkatkan tonus vagal. Stimulasi reseptor α2

presinaptik secara perifer menyebabkan penurunan denyut jantung,

curah jantung, resistensi perifer total, aktivitas renin plasma, dan refleks

baroreseptor.

 Penggunaan kronik menyebabkan retensi air dan natrium, hal ini

terlihat pada penggunaan metildopa. Dosis rendah clonidin,

guanafacine, atau guanabenz dapat digunakan untuk menangani

hipertensi ringan tanpa penambah diuretik.


99

 Sedasi dan mulut kering merupakan efek samping umum yang dapat

dihilangkan dengan pemberian dosis rendah kronik. Sebagaimana

pemberian antihipertensi yang bekerja secara sentral. Obat ini juga

dapat menyebabkan depresi.

 Penghentian mendadak dapat menimbulkan hipertensi balik

(peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba ke nilai sebelum

penanganan) atau overshoot hypertension (peningkatan tekanan darah

ke nilai yang lebih tinggi dari sebelum penanganan). Hal ini

diperhatikan merupakan akibat sekunder dari peningkatan pelepasan

norepinefrin yang mengikuti penghentian stimulasi reseptor α

presinaptik.

 Methyldopa jarang menyebabkan hepatitis atau anemia hemolitik.

Peningkatan sesaat transaminase hepatik kadang terjadi pada

penggunaan methyldopa, tapi tidak penting secara klinik. Peningkatan

persisten serum transaminase atau alkalin fosfat dapat menjadi pertanda

serangan hepatitis fulminant yang dapat menjadi patal. Anemia

hemolitik yang menunjukan hasil positif pada coombs test terjadi

kurang dari 1% penderita yang menerima methyldopa, walaupun 20%

memberikan hasil positif tanpa anemia. Oleh karena itu, methyldopa

memiliki kegunaan yang terbatas.

 Clonidine transdermal dapat menimbulkan efek samping yang lebih

sedikit dan kepatuhan yang lebih baik daripada pemberian oral. Patch
100

ditempelkan ke kulit dan diganti satu kali seminggu. Clonidine

transdermal menurunkan tekanan darah dan menghindarkan kensentrasi

puncak obat dalam serum yang tinggi yang diperkirakan menyebabkan

efek sampingnya. Kerugiannya adalah harga yang mahal, iritasi kulit

lokal terjadi pada 20% dan terjadinya penurunan onset efek 2 - 3 hari.

 Sediaan Beredar :

Klonidin : Clonidine (generik), Catapres®, Dixarit®

Methyldopa: Dopamet®, Medopa®, Tensipas®, Hyperpax®

1. Reserpin

 Reserpin mengosongkan norepinefrin dari saraf akhir simpatik dan

memblok transpor norepinefrin ke dalam granul penyimpanan pada saat

saraf terstimulasi, sejumlah norepinefrin (kurang dari jumlah biasanya)

dilepaskan kedalam sinap. Pengurangan tonus simpatetik menurunkan

resistensi perifer dan tekanan darah.

 Reserpin memiliki waktu paruh yang panjang serta dosis satu kali

sehari dapat diberikan tetapi hal ini dapat dilakukan 2 sampai 6 minggu

sebelum efek antihipertensi maksimal terlihat.

 Reserpin dapat menyebabkan retensi natrium dan cairan dengan

signifikan sehingga perlu diberikan bersama dengan diuretik thiazide.

 Kekuatan inhibisi reseerpin terhhadap aktivitas simpatetik membuat

aktivitas parasimpaik meningkat, hal tersebut berperan dalam efek

samping hidung tersumbat, meningkatnya sekresi asam lambung, diare,

dan bradikardi.
101

 Efek samping yang paling serius adalah berhubungan dengan dosis

yaitu depresi. Depresi disebabkan oleh kosongnya katekolamin dan

serotonin di system saraf pusat. Hal ini dapat diminimalkan dengan cara

tidak lebih dari 0,25 mg tiap harinya.

 Kombinasi diuretik dan reserpine efektif dan tidak mahal.

2. Vasodilator arteri langsung

 Hidralazine dan Minoxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos

arteriol. Aktivitas refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran

simpatetik dari pusat vasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah

jantung, dan pelepasan renin. Oleh Karena itu, efek hipotensif dari

vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga menyebabkan

pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.

 Penderita yang mendapatkan terapi obat ini sebaiknya mendapatkan

terapi utama dengan diuretik dan bloker β-adrenergik. Vasodilator

langsung dapat menyebabkan angina pada penderita arteri koroner

kecuali mekanisme refleks baroreseptor dihambat secara sempurna oleh

inhibitor simpatetik. Clonidine dapat digunakan pada penderita yang

kontraindikasi terhadap β bloker.

 Hydralazine dapat menyebabkan sindrom yang tergantung dosis seperti

lupus yang bersifat reversibel, yang umum pada pasien asetilator

lambat. Reaksi lupus umumnya dapat dihindari dengan menggunakan

dosis total per harinya kurang dari 200 mg. Efek samping lain

hydralazine adalah dermstitis, demam, neuropatiferal, hepatitis, dan


102

sakit kepala vaskular. Oleh karena itu, hyudralazine memiliki kegunaan

yang terbatas terhadap pengobatan hipertensi.

 Minoxidil merupakan vasodilator yang lebih poten daripada hydralzine,

minoxidil dapat meningkatkan denyut jantung, curah jantung, pelepasan

renin, dan retensi natrium. Retensi air dan natrium dapat menyebabkan

gagal jantung kongensif, minoxidil juga dapat menyebabkan

hipertrichosis reversibel pada wajah, tangan, punggung, dan dada. Efek

samping lainnya adalah efusi perikardial dan perubahan nonsfesifik

gelombang-T pada ECG. Minoxidil umunya digunakan sebagai

cadangan untuk mengontrol hipertensi yang sulit.

3. Inhibitor Simpatetik Postganglion

 Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal

saraf simpatetik posganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin

terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah

jantung dan resistensi vaskular perifer.

 Hipotensi ortostatik umumnya terjadi karena blokade refleksmediasi

vasokontriksi. Efek samping lain adalah difungsi ereksi, diare, dan

kegemukan. Karena efek sampingnya tersebut, inhibitor simpatetik

posganglionik memiliki peranan yang kecil terhadap pengobatan

hipertensi.
103

COMPELING INDICATIONS

1. Ada enam compelling indications yang didefinisikan oleh JNC 7

menunjukan komorbiditas kondisi spesifik. Hal ini didukung oleh data

klinik menggunakan antihipertensi spesifik untuk menangani hipertensi

dan compelling indications (gambar 2)

2. Rekomendasi terapi obat adalah kombinasi denngan diuretik thiazide.

A. Gagal Jantung

 Diuretik merupakan salah satu terapi tahap pertama karena diuretik

memperbaiki gejala edema dengan diuresis. Diuretik jerat henle

diperlukan terutama untuk penderita gagal sistolik.

 Inhibitor ACE merupakan pilihan obat yang utama berdasarkan pada

penelitian dimana terjadi penurunan morbiditas dan kematian. Pada

penderita gagal jantung terjadi kadar renin dan angiotensin II yang

tinggi, maka terapi seharusnya diawali dengan dosis rendah untuk

menghindari hipotensi ortostatik.

 Terapi β-bloker dapat digunakan untuk penyakit dengan komplikasi

gagal jantung sistolik. Karena risiko gagal jantung yang mengalami


104

eksaserbasi, maka pengobatan dimulai dengan dosis yang rendah

kemudian ditambahkan dosis tinggi sesuai dengan toleransinya.

 ARB dapat juga digunakan sebagai terapi alternatif untuk penderita

yang tidak dapat mentoleransi inhibitor ACE dan juga bagi penderita

yang sudah mendapatkan tiga pengobatan standar.

 Antagonis aldosteron dapat dipertimbangkan pada gejala jantung

sistolik tetapi jika ditambahkan dengan diuretik, inhibitor ACE atau

ARBs, dan β bloker

B. Infark postmyocardial

 β bloker menurunkan stimulasi adrenergik jantung dan mengurangi

resiko infark miokardial atau kematian jantung yang mendadak.

 Inhibitor ACE meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi

kejadian kardiovaskular setelah infark miolardial.

 Eleprenon yang merupakan antagonis aldosteron yang memberikan

manfaat yang segera setelah infark miokardial pada penderita gagal

jantung sistolik. Hal ini sebainya digunakan hanya untuk pasien

tertentu.

C. Resiko Tinggi Penyakit Koroner

 β bloker merupakan terapi terhadap tahap pertama pada angina

kronik yang stabil dan baik untuk angina tidak stabil serta infark

miokardial.
105

 CCB (terutama nondihidropiridin verapamil dan diltiazem)

menurunkan tekanan darah dan mengurangi kebutuhan oksigen

miokardial. CCB, dihidropiridin, dapat menyebabkan stimulasi

jantung dan sebaiknya digunakan sebagai terapi terhadap kedua atau

ketiga.

D. Diabetes Mellitus

 Tekanan darah yang diharapkan adalah kurang dari 130/80 mm Hg

 Penderita diabetes dan hipertensi seharusnya mendapatkan

pengobatan yang mengandung inhibitor ACE atau ARB. Kedua

kelompok ini menyebabkan nefroproteksi dan mengurangi resiko

kardiovaskular.

 Thiazide direkomendasikan jika dibutuhkan obat kedua.

 β bloker mengurangi resiko kardiovaskular pada penderita diabetes

yang pernah mengalami infark miokardial atau risiko tinggi koroner.

Meskipun obat ini dapat menutupi gejala hipoglikemia (tremor,

takikardia, dan palpitasi tapi tidak berkeringat) pada penderita dalam

pengawasan ketat, dapat terjadi penundaan pemulihan hipoglikemia

dan meningkatnya tekanan darah melalui vasokontriksi yang

disebabkan oleh stimulansi reseptor α selama fase pemulihan

hipoglikemia. Walaupun ada permasalahan seperti ini penghambatan

β sangat bermanfaat pada diabetes setelah ihibitor ACE, ARB, dan

diuretik.
106

 CCB merupakan antihipertensi yang bermanfaat (add-on ogents)

untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi yang

disertai diabetes.

E. Penyakit Ginjal Kronik

 Inhibitor ACE dan ARBs menurunkan tekanan darah dan juga

mengurangi tekanan intraglomerular yang lebih lanjut menurunkan

fungsi ginjal. Beberapa data menunjukan bahwa kombinasi inhibitor

ACE dan ARB lebih efektif daripada penggunaan tunggalnya.

 Karena pasien-pasien ini membutuhkan terapi multi obat, diuretik

dan kelas ke tiga (β bloker atau CCB) sering kali dibutuhkan.

F. Pencegahan stroke berulang

Ada suatu penelitian klinik yang menunjukan bahwa kombinasi

inhibitor ACE dan diuretik thiazide mengurangi kejadian stroke

berulang atau serangan iskemia transient.

POPULASI KHUSUS

Pemilihan terapi obat sebaiknya mengikuti JNC 7, tetapi pendekatan terapi

pada beberapa populasi penderita khusus yang mungkin berbeda. Pada

kondisi ini, obat alternatif mungkin memiliki sifat unik yang


107

menguntungkan kondisi yang ada bersamaan, tetapi data ini mungkin tidak

didasarkan bukti hasil studi pada hipertensi.

A. Hipertensi Pada Orang Tua

 Penderita hipertensi pada orang tua dapat juga terjadi hipertensi

sistolik yang terisolasi atau peningkatan SBP dan DBP. Data

epidemiologi mengindikasikan bahwa morbiditas dan moralitas

kardiovaskular berhubungan dengan SBP daripada DBP pada

penderita 50 tahun keatas.

 Penderita orang tua pada umumnya lebih sensitif terhadap

pengosongan volume dan inhibisi simpatetik serta pengbatan yang

diberikan secara umum sebaiknya diawali dengan dosis kecil

diuretik (misalnya hydrochlorothiazide, 12,5 mg) dan meningkatkan

secara bertahap.

 Jika diuretik digunakan tunggal tidak dapat menurunkan SBP, obat

inhibitor ACE dapat ditambahkan dalam dosis rendah kemudian

ditingkatkan secara bertahap, β bloker merupakan pilihan pertama

obat antihipertensi pada orang tua dengan hipertensi dan angina,


108

serta inhibitor ACE sangat baik untuk penderita dengan diabetes atau

gagal jantung.

B. Hipertensi Pada Anak-Anak dan Remaja

 Pada beberapa kasus, faktor-faktor hipertensi pada anak-anak sama

dengan yang ada pada orang dewasa. Walaupun hipertensi sekunder

lebih umum terjadi di anak-anak daripada orang dewasa.

 Penyakit ginjal (pyelonefritis, glomerulonefritis, stenosis arteri

ginjal, cysts ginjal) merupakan kasus yang umum terjadi pada

hipertensi sekunder anak-anak.

 Penanganan nonfarmakologi merupakan cornestone terapi pada

hipertensi primer. Diuretik β bloker, dan inhibitor ACE merupakan

antihipertensi yang efektif.

 Inhibitor ACE dan ARBs kontraindikasi pada wanita karena sangat

berpotensi menyebabkan efek teratogenik dan stenosis arteri ginjal,

atau stenosis unilateral pada ginjal soliter.


109

 Aktivitas yang lama dari CCBs dihydropiridin telah sukses

digunakan untuk anak-anak tetapi jangka panjang keamananya masih

belum diketahui.

C. Hipertensi pada ibu hamil

 Preeclampsia dapat dengan cepat terjadi komplikasi pada ibu dan

janin; pada uumnya terjadi setelah 20 minggu kehamilan pada wanita

primigravid. Diagnosanya berdasarkan pada nilai hipertensi (lebih

besar dari 140/90 mmHg) setelah 20 minggu dengan proteinuria.

 Pengobatan preeclampsia tidak dapat dirubah dan hal ini

diindikasikan jika terdapat frank eclampsia (preclampsia dan

konvulsi), jika tidak pengukuran aktivitasrestriksi, istirahat total,

monitoring tertutup perlu dilakukan. Konstriksi garam atau

pengukuran lainnya yang mengurangi volume darah harus dihindari.

Antihipertensi digunakan terutama untuk jika DBP lebih tinggi dari

105 atau 110 mmHg atau dengan target DBP 95 sampai 105 mmHg.

Obat yang biasa digunakan adalah hidralazine intravena labetatol

juga efektif.

 Hipertensi kronik terjadi sebelum minggu kehamilan. Methyldopa

dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terapi obat. β bloker, labetalol

dan CCBs dapat juga digunakan sebagai alternatif. Inhibitor ACE

dan ARBs sangat kontraindikasi untuk ibu hamil.


110

D. Hipertensi dengan Penyakit pulmonari dan Arterial Perifer

 β bloker nonselektif sebaiknya dihindari pada penderita hipertensi

dengan asma, COPD, dan penyakit vaskular perifer.

 α/β bloker, carvedilol dan labetalol dapat digunakan pada penyakit

arterial periferal karena tidak menyebabkan konstriksi seperti halnya

β bloker. Meskipun demikian α/β bloker sebiknya dihindari pada

penderita asma atau COPD.

 Obat α β1 selektif dapat dipilih untuk pengobatan pada penderita

hipertensi dengan asma mild-moderat atau COPD dapat menerima β

bloker untuk menangani compelling indication.

E. Hipertensi dengan Dislipidemia

 Dislipidemia merupakan faktor resiko utama kardiovaskular dan

sebaiknya dikontrol pada penderita hipertensi.

 Diuretik thiazide dan β bloker tanpa ISA dapat menyerang lipid

serum, tetapi efek ini pada umumnya transient dan tifak ada

konsekuensi klinik.

 Α bloker telah menunjukan beberapa efek (menurunkan kolesterol

LDL dan meningkatkan kadar kolestrol HDL). Karena obat ini tidak

menurunkan resiko kardiovaskular seefektif diuretik thiazide,

keuntungan ini tidak sesuai secara klinik.

 Inhibitor ACE dan CCBs tidak memberikan efek pada kolestrol

serum.
111

F. Hipertensi Krisis

 Hipertensi gawat idealnya ditangani dengan cara terapi pemeliharaan

melalui penambahan antihipertensi baru dan/atau meningkatkan

dosis pengobatan.

 Pemberian akut dari aktivitas pendek obat oral (captropil, clonidine,

atau lalabetalol) diikuti dengan observasi hati-hati untuk beberapa

jam untuk memastikan penurunan tekanan darah secara bertahap;

- Dosis captropil oral 25 - 50 mg dapat diberikan pada interval 1-2

jam. Onset aksinya 15 – 30 menit.

- Untuk pengobatan hipertensi yang terjadi lagi setelah

pengurangan clonidine, pada umumnya 0,2 mg diikuti 0,2 mg

setiap jamnya hingga DBP dibawah 110 mmHg atau totalnya

pemberian 0,7 mg; pemberian dosis tunggal sangat cukup.

- Labetatol dapat diberikan dengan dosis 200 – 400 mg. Diikuti

dengan penambahan dosis setiap 2 – 3 jam.

 Hipertensi darurat mendapatkan penurunan tekanan darah

langsung untuk membatasi proses kerusakan organ.

Tujuannya bukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi

normal; melainkan reduksi tekanan arteri rata-rata (MAP,

Mean Arterial Pressure) diatas 25% selama beberapa menit-

jam sebagai target yang utama. Jika tekana darah stabil,

dapat diturunkan jadi 160/100 mmHg untuk 2 – 6 jam

berikutnya. Penurunan tekanan darah yang terlalu rendah


112

dapat menyebabkan iskemia organ atau infark. Jika

penurunan tekanan darah dapat dilanjutkan secara bertahap

setelah 24 – 48 jam.

- Nitroprussida merupakan atihipertensi pilihan untuk

mengontrol dari menit ke menit pada banyak kasus. Pada

umumnya diberikan secara infus intravena dengan laju 0,25

sampai 10 mcg/kg/menit. Onset aksi hipotensi langsung terjadi

dan menghilang 2 – 5 menit diskontinyu. Saat infus harus

dilanjutkan hingga 72 jam, kadar serum thiocyanate sebaiknya

diukur dan infus sebainya dihentikan jika kadarnya lebih dari

12mg/dL. Resiko toksisitas thiocyanate ditingkatkan pada

penderita nausea, mual, dan berkeringat. Pemberian

nitroprussida adalah pengawasan tekanan intra-arteri stabil

(konstan).

- Nitrogliserin diberikan dengan laju 5 – 100 mcg/menit secara

intravena, seperti nitrat yang lainnya, nitroglycerin berhubungan

dengan toleransi selama 24 – 48 jam.

- Nicardipine diberikan secara intravena 5 – 15 mg/jam,

ditambahkan 1 – 2,5 mg/jam setelah 15 menit. Efek samping

yang umum terjadi adalah sakit kepala, takikardia kemerahan,

nausea, dan mual.


113

- Felodopam, 0,1 – 0, mck/kg/menit, diberikan secara infus

intravena. Dapat meyebabkan takikardia, kemerahan, dan

pusing.

- Labetalol diberikan pada dosis awal 20 mg secara injeksi IV

perlahan periode 2 menit diikuti dengan injeksi tambahan 40-80

mg selang waktu 10 menit; hingga dosis total 300 mg. Obat ini

juga dapat diberikan secara infus kontinyu dengan laju awal 0,5

– 2 mg/menit dan ditambahkan sesuai dengan respon tekanan

darah. Labetalol dapat menyebabkan hipotensi ortostatik melalui

efek bloking α. Efek samping lainnya adalah nausea, mual,

berkeringat, sakit kepala, kemerahan, dan pusing.

- Hydralazine diberikan secara intravena dengan melarutkan 10 –

20 mg di 20 mL dekstrosa 5% dalam air (D5W) dan diberikan

dengan laju 0,5 – 1 mL/menit. Onset aksi selang waktunya 10

sampai 30 menit dan efeknya berlangsung 2 – 4 jam. Karena

respon hipotensi kurang terprediksi daripada antihipertensi

parenteral lainnya, maka obat ini menjadi peranan utama dalam

pengobatan eclampsia atau hipertensi encephalophaty disertai

insufisiensi ginjal.

G. Evaluasi Hasil Terapi

 Tujuan penanganan antihipertensi adalah untuk menjaga tekaan

darah arteri dibawah 140/90 mmHg guna mencegah morbiditas dan

moralitas kardiovaskular.
114

 Pengukuran sendiri atau monitoring tekanan darah ambulartory dapat

digunkan efektif untuk pengontrolan 24 jam. Pembacaan sebaiknya

dilakukan 2 sampai 4 minggu setelah terapi awal atau perubahan

terapi. Jika tujuan tekanan darah telah dicapai sekali maka

pembacaan perlu dievakuasi setiap 3 – 6 bulan pada penderita tanpa

gejala.

 Nyeri di dada, palpitasi, sakit kepala, dyspnea, orthopnea, berbicara

tidak jelas, hilang keseimbangan merupakan salah satu komplikasi

kardiovaskular dan hipertensi serebrovaskular.

 Parameter lain yang digunakan untuk melihat efikasi terapi adalah

fundoscopic, regresi hipertropi ventrikular kiri pada ECG atau

echocardiogram, reduksi proteinuria, dan peningkatan fungsi ginjal.

 Penderita adherence dengan obat terapi seharusnya kontrol secara

teratur. Penderita seharusnya ditanyakan secara periodik mengenai

persepsi kesehatan secara umum, kadar energi, fungsi fisik, dan

kemajuan secara keseluruhan dengan terapi. Penderita dimonitor

dengan rutin mengenai efek sampin obat, sebagaimana yang telah

didiskusikan pada bagian ini.

4.3.3 Terapi Farmakognosi

Bagi penderita hipertensi yang penanganannya memerlukan obat – obat

untuk menurunkan tekanan darah agar kembali normal atauterkontrol. Asupan

obat kimia antihipertensi yang terus menerus juga kurang baik bagi kesehatan

karena mungkin ada efefk samping pada penggunaan obat dalam jangka waktu
115

yang lama. Oleh karena itu sangat disarankan untuk mencoba obat obat yang

berasal dari alam.

Berikut beberapa bahan alam dengan klasifikasi dan cara pembuatannya

yang berkhasiat untuk mengobati hipertensi :

Daun salam

Kingdom : Plantae

Kingdom               : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom          : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi           : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi                  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas                    : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas              : Rosidae

Ordo                     : Myrtales

Famili                    : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus                    : Syzygium

Spesies                  : Syzygium polyanthum Wigh Walp

Sinonim                 : Eugenia polyantha Wight

Zat khasiat utama : minyak essensial, minyak atsiri, tanin dan flavonoid

Penggunaan : Kolesterol tinggi, Kencing manis (Diabetes mellitus),

Tekanan darah tinggi (Hipertensi), Radang lambung/maag (gastritis) dan Diare.

Cara pengolahan : Ambil Daun salam segar sebanyak kurang lebih 10

lembar. Daun salam dicuci, lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1
116

gelas.Setelah dingin, air disaring lalu diminum sekaligus pada malam

hari.Lakukan rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Buah Blewah

Kandungan Nutrisi Blewah

Blewah diketahui memiliki banyak kandungan gizi

mineral dan vitaminserta serat makanan yang bermanfaat untuk meningkatkan

daya tahan tubuh. Blewah mengandung kadar vitamin A yang tinggi, yaitu

3382IU per 100 gram buah sehingga mampu mencukupi hingga 68% kebutuhan

harian vitamin A. Kandungan vitamin C juga cukup tinggi, yaitu 36,7 mg per 100

gram buah hingga mampu mencukupi 61% kebutuhan harian vitamin C.

Blewah juga kaya akan mineral kalium sebesar 267 mg per 100 gram buah

(mencukupi 8% kebutuhan harian kalium). Selain itu blewah juga mengandung

nutrisi folat sebanyak 21 mcg per 100 gram buah (mencukupi 5% kebutuhan

harian akan folat).

Manfaat Blewah untuk Kesehatan

Berikut beberapa manfaat blewah bagi kesehatan tubuh Anda :

Meningkatkan kekebalan tubuh.

Mengkudu ( Morinda citrifolia )

Manfaat Mengkudu 

Kandungan Senyawa Dalam Mengkudu

Posted by Mengkudu

Buah mengkudu banyak orang menganggap buah buruk rupa dan bau tak

sedap. Namun buah buruk rupa ini ternyata berkhasiat : untuk mengatasi dan
117

mengobati beberapa penyakit. Buah mengkudu atau buah pace ini banyak manfaat

karena memiliki kandungan alami yang dipercaya oleh beberapa masyarakat

Indonesia khususnya jawa dan aceh dalam pemanfaatan buah dan daun

mengkudu.

Menurut dr. Djoko Maryono, beliau seorang dokter spesialis internis dan

kardiologis di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, mengatakan mereka

yang berusia muda sangat baik untuk mengonsumsi buah mengkudu. Begitu pula

dengan Anne Hirazu dalam sebuah tes uji coba doktornya mengungkapkan bahwa

buah mengkudu yang sudah masak mengandung gum arab dan berbagai jenis

glukosa yang memiliki daya anti tumor dan menstimulasikan terhadap kekebalan

tubuh.

Buah mengkudu juga mengandung Aerta yaitu senyawa aktif yang

merangsang pineal untuk mengeluarkan serotonin dan endorphin ( morfin dalam

tubuh ) yang banyak digunakan sebagai bahan utama dalam terapi bagi pengguna

narkoba. Selain itu buah mengkudu mengandung antiseptik dan antibakteria

pathogen yaitu Eschericia colli, Salmonella dan Staphylococcus aureus. Hal ini

dipertegas oleh penelitian Ester dari Fakultas Farmasi UGM pada tahun 1992.

Selain kandungan yang sudah dijelaskan diatas oleh beberapa peneliti ahli

biokimia, berikut ini kandungan lainnya dalam tanamanmengkudu baik dari buah

maupun daun mengkudu, diantaranya :


118

 Mengkudu mengandung zat nutrisi yang secara keseluruhan mengkudu

adalah salah satu buah dengan makanan bergizi lengkap dan menyehatkan

walaupun sebagian orang masih enggan mengkonsumsinya karena rasa

dan bau yang kurang sedap dari buah pace ini. Zat nutrisi yang juga

sangat dibutuhkan oleh tubuh terdapat dalam buah mengkudu seperti :

protein, vitamin, dan mineral penting lainnya, paling mudah didapat

adalah dari buah mengkudu ini.

 Selenium merupakan salah satu mineral tinggi yang dimiliki mengkudu

dengan kandungan antioksidan yang cukup tinggi yang sangat baik untuk

sistem kekebalan tubuh.

 Unsur kimia alami lainnya yang terdapat dalam mengkudu adalah :

xeronine, plant sterois, alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine,

proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium,

dll.
119

 Terpenoid yaitu zat yang membantu dalam proses sintesis organik dan

pemulihan sel-sel tubuh

 Scolopetin merupakan senyawa yang sangat efektif untuk anti peradangan

dan anti alergi

 Xeronine dan Proxeronine merupakan salah satu alkaloid penting yang

banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) yaitu proxeronine

dalam jumlah besar. proxeronine adalah sejenis asam nukleat sperti

koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk menangkal

protein-protein yang tidak aktif, mengatur strukur dan membentuk sel

yang aktif.

 Zat anti kanker sangat efektif untuk melawan sel-sel tidak normal dan

dapat mengendalikan bakteri pathogen ( mematikan ) seperti : Salmonella

montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S .

flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus. Zat-zat aktif

yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri

penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii,

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli.

Pada intinya tanaman mengkudu termasuk buah dan daun tidak hanya bersifat

menurunkan kadar gula dalam darah secara bertahap, melainkan meningkatkan

produksi hormon insulin untuk mengendalikan dan mengontrol kadar gula dalam

darah. Buah dan daun mengkudu ini kaya akan anti oksidan untuk menangkal

radikal bebas untuk menambah daya tahan tubuh.


120

Kandungan Nutrisi Rumput Laut

Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara

kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%),

lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein,

lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino,

vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium

dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium.

Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali

lipat dibandingkan dengan tanaman darat.

Manfaat Rumput Laut

Mencegah Kanker : Mengkonsumsi rumput laut yang kaya akan kandungan

serat, selenium dan seng dapat mereduksi estrogen. Disinyalir level estrogen yang

terlalu tinggi dapat mendorong timbulnya kanker. Penelitian yang dilakukan

terhadap penderita kanker di Amerika menunjukkan bahwa wanita yang

melakukan diet ketat dengan mengkonsumsi serat tinggi dan mengurangi asupan

lemak dari daging dan susu mempunyai level estrogen yang rendah. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Harvard School of Public Health Amerika telah

membuktikan bahwa pola konsumsi wanita Jepang yang selalu menambahkan

rumput laut dalam menu makannya, menyebabkan wanita premenopause di

Jepang mempunyai peluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara

dibandingkan dengan wanita Amerika.


121

Mencegah Penyakit Stroke : Mengkonsumsi rumput laut dapat menyerap

kelebihan garam pada tubuh sehingga dapat mengurangi tekanan darah tinggi

pada seseorang.

Mencegah terjadinya penuaan dini dan menjaga kesehatan dan kehalusan kulit

: Kandungan vitamin, mineral, asam amino dan enzym dalam rumput laut sangat

potensial sebagai anti oksidan yang berperan dalam penyembuhan dan peremajaan

kulit. Vitamin A (beta carotene) dan vitamin C bekerja sama dalam memelihara

kolagen, sedangkan kandungan protein dari rumput laut penting untuk membentuk

jaringan baru pada kulit.

Mencegah Terjadinya Penurunan Kecerdasan : Kandungan iodium pada

rumput laut yang sangat tinggi dapat mengatasi defisiensi iodium pada tubuh yang

berdampak pada penurunan kecerdasan seseorang.

Sebagai Makanan Diet : Serat pada rumput laut bersifat mengenyangkan dan

kandungan karbohidratnya sukar dicerna sehingga akan menyebabkan rasa

kenyang lebih lama. Disamping itu, serat pada rumput laut juga dapat membantu

memperlancar proses metabolisme lemak sehingga akan mengurangi resiko

obesitas, menurunkan kolesterol darah dan gula darah.

Sebagai Anti Oksidan dan Meningkatkan Kekebalan Tubuh : Kandungan klorofil

dan vitamin C pada rumput laut (ganggang hijau) berfungsi sebagai anti oksidan

sehingga dapat membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang

sangat berbahaya sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem

kekebalan tubuh yang kuat akan dapat menguruangi gejala alergi.


122

Mencegah Gejala Osteoporosis : Rumput laut mengandung kalsium

sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat

tepat dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis.

Mencegah Penyakit Gangguan Pencernaan : Rumput laut juga membantu

pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar dan

gangguan pencernaan lainnya.

Lain lain : Disamping sebagai bahan makanan bergizi, rumput laut telah

banyak digunakan sebagai bahan pembuatan obat-obatan dan suplemen makanan

serta difortifikasi ke produk pangan untuk meningkatkan nilai jual produk

tersebut. Jenis rumput laut yang banyak digunakan untuk pembuatan obat adalah

alga coklat khususnya sargasum dan turbinaria. Pengolahan rumput laut jenis

tersebut menghasilkan ekstrak berupa senyawa natrium alginat. Senyawa alginat

inilah yang dimanfaatkan dalam pembuatan obat antibakteri, anti tumor,

penurunan darah tinggi dan mengatasi gangguan kelenjar.

Anda mungkin juga menyukai