Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal

jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut

“silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun

menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian

hipertensi dan penyakit yang menyertainya.

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer,

karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang

ditimbulkannya.Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2

golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh

pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya,

dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki

kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih

mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi


primer, baik mengenai pathogenesis maupun tentang

pengobatannya. Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau

di atas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara

normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan tersebut

tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang

memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan

(1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi

jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan

yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95

mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau

lebih dinyatakan hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini

adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit hipertensi?

2. Apakah jenis-jenis penyakit hipertensi?

3. Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor resiko) timbulnya

penyakit hipertensi?

4. Bagaimana fatofisiologi hipertensi

5. Bagaimana pengobatan penyakit hipertensi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui defenisi dari penyakit hipertensi.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit hipertensi.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab (faktor resiko) terjadinya

penyakit hipertensi.

4. Untuk mengetahui fatofisiologi hipertensi

5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit hipertensi.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi Penulis

Diharapkan dengan adanya Laporan Individu ini dapat memberikan

pengetahuan kepada mahasiswa tentang hipertensi, obat-obat

antihipertensi dan cara penanganan pasien hipertensi sebagai penunjang

informasi dan edukasi kepada pasien hipertensi.

2. Manfaat institusi

sebagai salah satu informasi untuk menambah bacaan dan bagi adik tingkat

untuk menambah pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 DEFINISI HIPERTENSI

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri

ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah

merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah.

Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung.

Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung.

Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik)

dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik)

(Williams & Wilkins, 1998)

Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan

dinding pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai

tinggi tekanan darah yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau

aterosklerosis merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi.

Karena arteri-arteri terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis,

sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit. Ketika arteri-arteri

mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah memaksa melewati

jalam yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi

tinggi.(Wirakusumah-S Emma, 2002)

Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak

melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90

mmHg dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah


tinggi yang bersifat abnormal. Tekanan darah normal bervariasi sesuai

usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia.

Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan

darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik

(ditulis 140/90).(Corwin dkk 2001) dihasilkan oleh kekuatan jantung

ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan

tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik ≥

140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.(Gunawan, 2001)

Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama

dengan 150-180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan meningkat

dan tekanan diastolik yang tinggi misalnya 90-120 mmHg atau lebih, akan

berbahaya karena merupakan beban jantung. ( Williams & Wilkins, 1998)

Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono 2001 batas tekanan darah

yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah

sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah

sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).(Suyono,

2001)

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol Diastol (mmHg)

(mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 ≥ 100

2.2 Jenis-jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial (primer) atau idiopatik, adalah hipertensi yang

tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam

kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial

adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah

multifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan


bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler

dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitivitas pada

natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular

(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3

faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan

garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.

b. Hipertensi sekunder

Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi.

Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),

penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi

renal dapat berupa:

1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal

sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.

2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan

fungsi ginjal.

Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang

dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.


d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.3 Faktor- Faktor Risiko

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis

kelamin dan genetik.

a. Usia

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya

umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi

hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,

dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun (Depkes, 2006). Pada usia

lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan

sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai

bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada

tidaknya hipertensi.

b. Jenis kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria

lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan

rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga

memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan

darah dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006b). Namun, setelah

memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.


Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih

meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal.

Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada

wanita (Depkes, 2006).

c. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada

hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga

dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan

seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan

metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut

Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar

45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya

(Depkes, 2006).

2. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Kegemukan (obesitas)

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi

hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan

sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes,

2006). Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga
disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin

(Suhardjono, 2006). Aktivitas dari saraf simpatis adalah mengatur

fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,

menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan

garam (Syaifudin, 2006).

b. Psikososial dan stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,

dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak

ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit

maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang

kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang

kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada

nasib mereka (Depkes, 2006).

c. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang

dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses

artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan

kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis


pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut

jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes, 2006).

d. Konsumsi alkohol berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah

dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol

masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan

peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan

dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan

hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol dilaporkan

menimbulkan efek terhadap tekanan darah baru terlihat apabila

mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya

(Depkes, 2006).

e. Komsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena

menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus

hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah

dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan

tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan

garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes, 2006).
2.3 fatofisiologi

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting
Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal

↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan


Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑
Volume darah ↑ volume ekstraseluler

↑ Tekanan darah ↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi

(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)


Renin yang keluar akan mengubah angiotensinogen plasma menjadi

angiotensin I, kemudian angiotensin I diubah oleh ACE menjadi angiotensin

II. Angiotensin II inilah yang bermakna, yaitu berikatan dengan reseptor

AT1 akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang imbasnya

meningkatkan pula tahanan perifer. Selain itu, angiotensin II akan

menginduksi peningkatan aldosteron yang akan diikuti peningkatan

mineralokortikoid sehingga meningkatkan reabsorbsi natrium. Natrium yang

terakumulasi dalam pembuluh darah akan meningkat sehingga akan menarik

air pada ruang intertisial melalui mekanisme osmolaritas, sehingga volume

darah meningkat dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

2.4 Pengobatan Hipertensi

a. Farmakologi

Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang

digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat

reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin converting

enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-

receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.

1. Diuretik

Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada

dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah

jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi


pembuluh darah perifer juga berkurang.20 Contoh antihipertensi dari

golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide,

Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.

2. Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)

Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-

blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain : (1)

penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard

sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel

jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3)

efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan

pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan

peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari

golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol,

Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.

3. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak

digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung.

Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan

Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah

bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang,

berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi

(melalui bradikinin). Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah


Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril,

Lisinopril

4. Penghambat Reseptor Angiotensin

Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin

II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan

mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme

bradikinin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan,

Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.

5. Antagonis Kalsium

Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks

kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh

darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol,

sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini

sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila

menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan

Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek

kronotropik negatif langsung pada jantung.19 Contoh antihipertensi

dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.


BAB III

PEMBAHASAN

Resep 1
Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Resep Ada
 Dr. Samuel Maripadang
Nama Dokter
Baso
SIP  102/SIP.260101/VII 1993
 Praktek : Apotik Kimia
Alamat Dokter Farma Mutiara
Inscriptio
Jl.A.Yani No.29
No Telp  Telp. ( 0967) 533322
Praktek/Rumah
Tanggal  17 oktober 2018
Penulisan Resep
 R/ Amlodipin 5mg no. XXX
S 1 prn
R/ lancid 30mg no. X
Invecatio Tanda R/ S 1 dd 1
R/ amoxan no. XX
S 2 dd 1

 Amlodipin
Nama Obat Lancid
Amoxan
 Amlodipin 5mg
Dosis Lancid 30mg
Amoxan 500mg
 Amlodipin tablet
Bentuk Sediaan Lancid tablet
Prescription
Amoxan tablet
Signatura
 Amlodipin 30 tablet
Jumlah yang
Lancid 10 tablet
diminta
Amoxan 20 tablet
 Amlodipin 1 kali sehari 1
tablet,
Aturan
Lancid 1 kali sehari 1 tablet
Pemakaian
Amoxan 2 kali sehari 1
tablet
Nama Pasien  Hans K
Umur Pasien 
Subscriptio 
Alamat Pasien
1. AMLODIPIN

Komposisi : Amlodipine besylate.

Indikasi : Terapi lini pertama atau terapi kombinasi utk hipertensi &

angina yg tdk dpt diatasi dg nitrat atau penyekat β. Terapi

lini pertama utk iskemia miokard yg disebabkan angina

stabil &/atau angina Prinzmetal atau angina varian.

Dosis : Hipertensi Dosis awal 5 mg 1 x/hr, dpt ditingkatkan

hingga 7.5 mg/hr dg dosis maks 10 mg/hr. Angina kronik

stabil atau angina vasospasme 5-10 mg/hr. Pasien lanjut

usia atau memiliki insufisiensi hati 2.5 mg/hr.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi : Pasien dg ggn fungsi hati atau ginjal. Hamil, laktasi.

Efek Samping : Sakit kepala, edema, lelah, somnolen, mual, nyeri perut,

rasa panas & kemerahan pd kulit wajah, palpitasi, pusing

Interaksi obat : Amiodarone, atazanavir, ceritinib, clarithromycin,

clopidogrel, conivaptan, cyclosporine, dantrolene, digoxin,

domperidone, droperidol, eliglustat, idelalisib, lacosamide,

piperaquine, simvastatin, tacrolimus, tegafur, dan

telaprevir.

Kategori kehamilan: Kategori C Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan


binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.

2. LANCID

Komposisi : Lansoprazole

Indikasi : Pengobatan tukak duodenum, tukak lambung jinak,

refluks esofagus.

Dosis : Tukak duodenum 30 mg 1 x/hr selama 4 minggu. Tukak

lambung benigna 30 mg 1 /xhr selama 8 minggu. Refluks

esofagitis 30 mg 1 x/hr selama 4 minggu.

Pemberian Obat : Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong : Berikan pd

pagi hari sblm makan.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas.

Efek Samping : Sakit kepala, diare, reaksi anafilaktoid, astenia, edema.

Interaksi Obat : Obat kontrasepsi oral, teofilin, phenytoin, warfarin.

Kategori kehamilan: Kategori B: Studi terhadap reproduksi pada binatang

percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap

janin tetapi tidak ada studi terkontrol yang dilakukan

terhadap wanita hamil, atau studi terhadap reproduksi

binatang percobaan memperlihatkan adanya efek

samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak

dikonfirmasikan dalam studi terkontrol pada wanita


pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti risio

pada trimester selanjutnya).

3. AMOKSAN

Komposisi : Amoxicillin

Indikasi : Lihat pada dosis

Dosis : Kaps/Tab dispersible Dws & anak ≥ 20 kg 250-500 mg

tiap 8 jam. Anak <20 kg kg 20-40 mg/kg BB mg tiap 8

jam; Sir Anak >8 kg 125-250 mg tiap 8 jam. Tetes ped

Slrh indikasi kecuali infeksi sal nafas bwh < 6 bln, 6-8 kg

0,5-1,0 mL, < 6 kg 0,25-0,5 mL. Infeksi sal nafas bwh 6-8

kg 1,0-1,5 mL, < 6 kg 0,5-1,0 mL; diberikan tiap 8 jam.

Inj Dws IM: 250-500 mg tiap 8 jam, IV/infus: 0,5-1 g tiap

6 jam. Anak IM: 35-100 mg/kgBB/hr dlm dosis terbagi.

IV: s/d 100 mg/kgBB/hr tiap 6 jam selama 30 mnt. Tifoid

& para tifoid (dlm dosis terbagi, utk 14-21 hr) Dws 4 g/hr.

Anak 100 mg/kgBB/hr. Tifoid carrier 3-4 g/hr dlm dosis

terbagi, min utk 1 bln. GO 3 g dosis tunggal + 1 g

probenesid. ISK tanpa komplikasi 3 g dosis tunggal.

Meningitis (dlm dosis terbagi, IV) Dws 150 mg/kgBB/hr,

anak 100-150 mg/kgBB/hr. Sifilis 250 mg tiap 6 jam

selama 1-5 bln. Infeksi sal nafas bwh berat/kambuhan 3 g

2 x/hr. Abses gigi 3 g 2 x/hr, selang 8 jam. Otitis media

Dws & anak 3-10 thn 750 mg/hr selama 2 hr.


Pemberian Obat: Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan : Dpt

diberikan bersama makanan agar diabsorpsi lebih baik &

utk mengurangi rasa tdk nyaman pd GI.

Kontra Indikasi: Hipersensitif thd penisilin.

Peringatan : Monitor fungsi ginjal, hati & hemapoitik scr periodik pd

pemakaian jangka lama. Pertahankan pemasukan air yg

adekuat & pengeluaran urin selama terapi dosis tinggi.

Periksa keadaan kateter scr berkala. Hamil & laktasi.

Efek Samping : Reaksi hipersensitif, ggn GI, reaksi anafilaktoid, reaksi

hematologik

Interaksi Obat : Probenesid memperpanjang waktu paruh amoksisilin.

Alopurinol meningkatkan insidens ruam kulit.

Kategori kehamilan: Kategori B: Studi terhadap reproduksi pada binatang

percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap

janin tetapi tidak ada studi terkontrol yang dilakukan

terhadap wanita hamil, atau studi terhadap reproduksi

binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping

(selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasikan

dalam studi terkontrol pada wanita pada kehamilan

trimester 1 (dan tidak ada bukti risio pada trimester

selanjutnya).
Resep 2

Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
resep Ada
 Dr. Yenni Lince Theresia
Nama Dokter
Womsiwor
NIK  839028
Alamat Dokter  Kantor : Telkom / Base G
Inscriptio No Telp 
Praktek/Rumah
Tanggal  17 oktober 2018
Penulisan
Resep
 R/ Thrombo 5mg no. XXX
S 1 dd 1
R/ Furusemide no. XXX
S 1 dd 1
R/ Captopril 25mg no. XXX
S 1 dd 1
Invecatio Tanda R/
R/ Spironolakton 10 no. XXX
S 1 dd 1
R/ Combivent no. XX
S 1 dd 1

 Thrombo
Furusemide
Nama Obat Captopril
Prescription
Spironolakton
combivennt
Dosis  Thrombo 5mg
Furusemide
Captopril 25mg
Spironolakton 10mg
combivennt
 Thrombo tablet
Furusemide tablet
Bentuk
Captopril tablet
Sediaan
Spironolakton tablet
Combivennt tablet
 Thrombo 30 tablet
Furusemide 30 tablet
Jumlah yang
Captopril 30 tablet
diminta
Spironolakton 30 tablet
Combivennt 20 tablet
 Thrombo 1 X sehari 1 tablet
Furusemide 1 X sehari 1
tablet
Aturan Captopril 1 X sehari 1 tablet
Signatura
Pemakaian Spironolakton1 X sehari 1
tablet
Combivennt 1 X sehari 1
tablet
Nama Pasien  Yosep Boma
Umur Pasien 
Subscriptio Alamat Pasien 
Paraf/tanda 
tangan dokter

1. THROMBO

Komposisi : Acetylsalicylic acid


Indikasi : Terapi & pencegahan trombosis pd Infark miokard akut

atau pasca stroke.

Dosis : 1-2 tab 1 x sehari.

Pemberian Obat : Sebaiknya diberikan bersama makanan : Telan utuh,

jangan dikunyah/dihancurkan.

Kontra Indikasi : Sensitif thd aspirin. Asma, ulkus petikum , perdarahan

subkutan, hemofilia, trombositopenia. Terapi

antikoagulan.

Peringatan : Ggn hati & ginjal. Kehamilan, laktasi. Dehidrasi. Anak <

12 thn.

Efek Samping : Iritasi GI, mual, muntah. Penggunaan jangka panjang:

perdarahan GI, ulkus peptikum.

Interaksi Obat:

Kategori kehamilan:

2. Furosemide

Komposisi : Furosemide

Indikasi : Tab Edema jantung, ginjal, & hati. Edema perifer karena

obstruksi mekanis atau insufisiensi vena & hipertensi.

Amp Terapi tambahan pd edema pulmonari akut.

Digunakan jika ingin terjadi diuresis lebih cepat & tidak

mungkin diberi oral.

Dosis : Tab Edema Dws Awal 20-80 mg dosis tunggal. Dosis dpt

dinaikkan scr perlahan s/d 600 mg/hr (kecuali pd gagal


ginjal berat). Anak 1-2 mg/kgBB dosis tunggal. Maks 40

mg. Inj Dws Awal 20 - 40 mg/ hr dalam dosis tunggal scr

IV/ IM. Edema paru akut Awal 40 mg IV dosis tunggal

Maks: 80 mg. Edema serebral 20 - 40 mg 3x/ hr scr IV.

Mempercepat diuresis 20-40 mg ditambahkan pada infus

lar elektrolit. Anak 1 mg/kgBB IM/IV. Maks 20 mg

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan : Dpt

diberikan bersama makanan utk mengurangi rasa tdk

nyaman pd GI.

Kontra Indikasi : Gagal ginjal akut dg anuria, koma hepatik, hipokalemia,

hiponatremia & atau hipovolamia dg atau tanpa hipotensi

atau dehidrasi.

Peringatan : Hipotensi, pasien yang berisiko penurunan tekanan darah

scr drastis, DM laten atau manifestasi, sindrom

hepatorenal, penurunan kadar protein dalam darah

(hypoproteinemia misalnya pada sindrom nefrotik), bayi

prematur, ketidakseimbangan elektrolit & cairan,

hipovolemia atau dehidrasi. . Penggunaan bersama dgn

risperidone.

Efek Samping: Sangat umum, kelainan elektrolit (termasuk manifestasi

simtomatik), dehidrasi & hipovolemia (terutama pada

pasien lanjut usia), peningkatan trigliserida, hipotensi

termasuk disregulasi ortostatik, peningkatan kreatinin


darah. Umumnya, hemokonsentrasi (melalui diuresis

berlebihan). Hiponatremia & hipokloremia (terutama pada

asupan NaCl terbatas), hipokalemia (terutama pada

pengurangan asupan K / & kerugian K yang meningkat

misalnya, karena muntah atau diare kronis); Peningkatan

kolesterol darah & asam urat, episode asam urat. Gejala

yang diamati kekurangan Na meliputi apati, kram betis,

kehilangan nafsu makan, kelemahan, kantuk, muntah &

kebingungan. Ensefalopati hepatik pada pasien dengan

insufisiensi hati. Peningkatan urin vol

Interaksi Obat : Meningkatnya penipisan K dengan risiko hipokalemia

dengan glukokortikoid, karboksolon atau obat pencahar.

Efek yang dikurangi dengan NSAID, probenesid,

metotreksat, fenitoin, sukralfat, agen antidiabetes atau

sympatomimetik hipertensi. Peningkatan sensitivitas

miokardium dengan glikosida jantung. Resiko aritmia

ventrikel yang lebih besar w / terfenadine, beberapa agen

antiaritmia kelas I & kelas III. Toksisitas yang dipotensiasi

dengan salisilat dosis tinggi. Efek berbahaya dari produk

obat nephrotoxic misalnya, antibiotik (aminoglikosida,

sefalosporin, poliminoksin). Kerusakan fungsi ginjal dapat

diamati pada pasien dengan sefalosporin tertentu.

Peningkatan ototoksisitas dengan aminoglikosida.


Kerusakan pendengaran bisa terjadi dengan cisplatin.

Peningkatan efek jantung & neurotoxic derngan lithium.

Efek yang meningkat dengan teofilin, relaksan otot tipe

curare. Peningkatan risiko artritis gout dengan siklosporin

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.

3. Captopril

Komposisi : Captopril

Indikasi : Lihat pada Dosis

Dosis : Hipertensi Awal 12.5-25 mg 3 x/hr, dpt dinaikkan s/d 50

mg 2-3 x/hr stlh 1-2 minggu. Gagal jantung Pasien dg TD

normal atau rendah yg diobati dg diuretik & dg

hiponatremia atau hipovolemia Mulai dg 6.25 atau 12.5

mg 3 x/hr.

Pemberian Obat : Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong : Berikan pd

saat perut kosong 1 jam sblm atau 2 jam ssdh makan

Kontra Indikasi : Hipersensitif thd ACE inhibitor.


Peringatan : Ggn ginjal. Hamil, laktasi. Anak.

Efek Samping : Ruam, pruritus, lesi spt pemfigus yg reversibel,

fotosensitivitas. Angioedema pd muka, proteinuria,

neutropenia, anemia, trombositopenia

Interaksi Obat : Efek hipotensi ditingkatkan oleh diuretik, antihipertensi

lain & diturunkan oleh indometasin, salisilat.

Kategori kehamilan: Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko pada janin

manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat ini pada

wanita hamil dapat diterima meskipun berisiko pada janin

(misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi

yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana

obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak

efektif).

4. Spironolakton

Komposisi : Spironolakton

Indikasi : mengobati tekanan darah tinggi atau hipertensi,edema,

Hiperaldosteronisme

Dosis: Dosis awal : 25 mg melalui mulut (per oral), 1 kali sehari. Jika setelah

1 bulan pasien masih memiliki gejala tetapi kadar

potassium dalam keadaan normal, tambahkan dosis

menjadi 50 mg melalui mulut (per oral), 1 kali sehari.

Kontra Indikasi: Jangan menggunakan obat ini pada pasien dengan riwayat

hipersensitif atau alergi obat Spironolactone.,


Kontraindikasi pada pasien anuria, hiperkalemia, penyakit

Addison, insufisiensi ginjal akut atau progresif., Jangan

digunakan bersamaan dengan eplerenone.

Efek Samping : Efek samping yang paling umum seperti mengantuk,

pusing, sakit kepala, lesu, kram kaki, gangguan

pencernaan (misalnya diare, kram), ataksia, kebingungan

mental, ruam, pruritus, alopecia, hyponatraemia, gangguan

elektrolit, haid tidak teratur, nyeri payudara, pendalaman

suara, impotensi, leukopenia (termasuk agranulositosis),

trombositopenia, elevasi transien dalam konsentrasi BUN.

Efek samping yang relatif jarang misalnya pembesaran

payudara.

Efek samping yang berpotensi fatal : Hiperkalemia

Interaksi Obat:

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan

memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,

namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat

hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang

diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap

janin.Spironolactone dapat diserap ke dalam ASI. Oleh

karena itu, ibu menyusui disarankan untuk berkonsultasi

dengan dokter sebelum mengonsumsi obat ini, agar dokter


dapat mempertimbangkan antara manfaat dengan

risikonya.

5. combivent

Komposisi : Per unit dosis vial (UDV) Ipratropium Br 0.52 mg,

salbutamol sulphate 3.01 mg.

Indikasi : Penatalaksanaan bronkospasme reversibel yg terkait

dengan penyakit paru obstruktif & serangan asma akut

pada pasien yang membutuhkan lebih dari satu

bronkodilator tunggal.

Dosis : Serangan akut 1 unit vial dosis dapat ditingkatkan

menjadi 2 unit vial dosis pada kondisi yang berat/parah.

Pemeliharaan : 1 unit vial dosis 3-4 x/hr.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap derivat atropin. Kardiomiopati

obstruktif hipertrofi atau takiaritmia.

Peringatan : Hipersensitivitas. Segera hentikan pemakaian jika terjadi

bronkospasme paradoks. Hindari kontak dengan mata.

Pasien berisiko terkena glaukoma, DM tidak terkontrol,

MI yg belum lama terjadi, gangguan jantung organik atau

vaskular berat, hipertiroidisme, phaeochromocytoma,

risiko glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat atau

obstruksi kandung kemih. Pasien dengan penyakit jantung

berat misalnya, penyakit jantung iskemik, aritmia atau

gagal jantung berat. Pantau kadar serum K. Sistik fibrosis.


Dispnea akut dan cepat memburuk. Hindari penggunaan

yang dalam jangka panjang. Insufisiensi hepatik atau

ginjal. Dapat mengganggu kemampuan menyetir atau

mengoperasikan mesin.Hamil & laktasi.

Efek Samping : Sakit kepala, iritasi tenggorokan, batuk, mulut kering,

konstipasi, diare & muntah, mual, pusing.

Interaksi Obat : Pemberian bersamaan kronis Combivent dengan obat

antikolinergik lainnya. Peningkatan efek samping dengan

turunan xantin, β-adrenergik dan antikolinergik.

Peningkatan hipokalemia dengan digoksin, turunan xantin,

glukokortikosteroid & diuretik. Mengurangi efek

bronkodilator dengan β-bloker. Peningkatan efek β-

adrenergik oleh MAOI atau TCA. Efek KV meningkat

dengan halotan, trikloroetilena & enfluran.

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.


RESEP 3

Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Resep Ada
Inscriptio Nama Dokter  Dr. D .J. Purwoatmadjo G.
SIP  102/SIP.260101/VII 1993
 Kantor : Apotik Sinar
Bahari
Alamat Dokter
Jl. Jend. A. Yani No. 44-
Jayapura
No Telp 
Praktek/Rumah
Tanggal  18 oktober 2018
Penulisan
Resep
 R/ Ramipril 5mg no. XX
S 1 dd 1
Invecatio Tanda R/ R/ Divaks tab 5mgno. XXX
S 1 dd 1

 Ramipril
Prescription Nama Obat
Divaks
 Ramipril 5mg
Dosis
Divaks 5mg
Bentuk  Ramipril tablet
Sediaan Divaks tablet
Jumlah yang  Ramipril 20 tablet
diminta Divaks 30 tablet
Aturan  Ramipril 1 X sehari 1 tablet
Signatura
Pemakaian Divaks 1 X sehari 1 tablet
Nama Pasien  Tn. Yuli
Umur Pasien  60 tahun
Alamat Pasien 
Paraf/tanda 
Subscriptio
tangan dokter
1. Ramipril

Komposisi : Ramipril
Indikasi : Terapi hipertensi & peny jantung kongestif. Menurunkan

risiko serangan jantung.

Dosis : Hipertensi Awal 2.5 mg 1 x/hr tanpa diuretik.

Pemeliharaan: Dws 2.5-20 mg 1-2 mg/hr. Gagal jantung

ssdh infark miokard Dosis awal: 2.5 mg 2 x/hr, dpt

ditingkatkan mjd 5 mg 2 x/hr. Jika tjd hipotensi, kurangi

dosis hingga 1.25 mg 2 x/hr. Hipertensi dg gagal ginjal

Awal 1.25 mg 1 x/hr, dpt ditingkatkan s/d 1.25 mg 2 x/hr.

Maks 2.5 mg 2 x/hr. Gagal jantung kongestif Awal 1.25

mg 1 x/hr.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas. Riwayat angioedema dg terapi ACE

inhibitor sebelumnya.

Peringatan : Riwayat angiodema yg tdk berhubungan dg terapi ACE

inhibitor; gagal jantung kongestif berat dg ggn fungsi

ginjal; kerusakan hati. Hamil & laktasi. Anak

Efek Samping : Reaksi anafilaktoid; gejala-gejala KV; perubahan

hematologi; efek pd ginjal; ggn GI; efek pd kulit; ggn

neurologik & psikiatrik; mialgia, demam, vaskulitis,

eosinofilia, manifestasi lain pd kulit.

Interaksi Obat : Diuretik tiazid, litium.

Kategori kehamilan: Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko pada janin

manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat ini pada


wanita hamil dapat diterima meskipun berisiko pada janin

(misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi

yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana

obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak

efektif).

2. DIVAKS

Komposisi : Amlodipine besylate

Indikasi : Hipertensi. Angina stabil kronik & angina vasospastik.

Dosis : 5 mg 1 x/hr. Maks: 10 mg 1 x/hr. Pasien lanjut usia atau

dg ggn fungsi hati Awal 2.5 mg 1 x/hr.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi :

Peringatan : Hamil & laktasi; ggn fungsi hati; gagal jantung kongestif.

Efek Samping : Sakit kepala, edema, lelah, somnolen, mual, nyeri

abdomen, sensasi hagnat & kemerahan pd wajah, palpitasi,

pusing.

Interaksi Obat :

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya


boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.

RESEP 4

Tidak
Bagian Resep Kelengkapan Ada Keterangan
Ada
 dr. Anton Komalo,
Inscriptio Nama Dokter
Sp.PD
SIP 
 Jl. Amphibi No.1
Alamat Dokter
Hamadi
No Telp  Hp : 081334721220
Praktek/Rumah Tlpn : (0967)532146
Tanggal 
Penulisan Resep
 R/ Candefin no. X
S 1 dd 1 Pagi
R/ Tensivaks no. X
Invecatio Tanda R/
S 1 dd 1 Malam
R Sitenol no. X
S 3 dd 1
 Candefin
Prescription Nama Obat Tensivaks
Sitenol
 Candefin 8mg
Dosis Tensivaks 10mg
Sitenol
 Candefin tablet
Bentuk Sediaan Tensivaks tablet
Sitenol tablet
 Candefin 10 tablet
Jumlah yang
Tensivaks 10 tablet
diminta
Sitenol 10 tablet
 Candefin 1 x sehari
1 tablet
Aturan
Signatura Tensivaks 1 x sehari
Pemakaian
1 tablet
Sitenol 3 x sehari 1
tablet
Nama Pasien  Tn. Hasanudin
Umur Pasien
Alamat Pasien 
Paraf/tanda 
Subscriptio
tangan dokter
1. Candefin

Komposisi : Candesartan cilexetil.

Indikasi : Hipertensi. Terapi gagal jantung & ggn fungsi sistolik

ventrikel kiri (fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 %) dimana

ACE inhibitor tdk dpt ditolerir.

Dosis : Hipertensi Awal 4 mg 1 x/hr; maks: 16 mg/hr. Pasien dg

ggn ginjal sedang & berat serta ggn hati ringan sd/

sedang Awal 2 mg 1 Xhr. Gagal jantung Dosis lazim awal

yg dianjurkan 4 mg 1 xhr, dpt dititrasi hingga dosis target

32 mg atau ke dosis tertinggi yg dpt ditolerir dg

menggandakan dosis dg selang waktu pemberian min 2

minggu.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi : Ggn hati berat &/atau kolestasis. Hamil trimester 2 & 3,

laktasi.

Peringatan : Pasien dg tonus vaskuler & fungsi ginjal tergantung

secara predominan pd aktivitas sistem renin-angiotensin-

aldosteron; ggn ginjal; hemodialisis; stenosis arteri ginjal

unilateral atau bilateral; pasien dg deplesi vol & garam

sekunder thd restriksi garam, penggunaan terapi diuretik


jangka lama, gagal jantung atau dialisis; op/anestesi;

stenosis katup aorta & mitral (kardiomiopati hipertrofi

obstruktif); hiperaldosteron primer; gagal jantung

kongestif; riwayat angioedema yg berhubungan dg atau

tak berhubungan dg terapi ACE inhibitor atau reseptor

angiotensin II; intoleransi galaktosa, defisiensi Lapp-

laktase atau malabsorpsi glukosa-galaktosa. Hindari

pemberian bersama dg ACE inhibitor pd pasien gagal

jantung & diuretik hemat K. Monitor TD, kadar kreatinin

serum scr periodik. Dpt mengganggu kemampuan

mengemudi atau menjalankan mesin. Anak & remaja <18

thn. Lanjut usia >75 thn.

Efek Samping : Nyeri punggung, pusing, infeksi sal napas atas, faringitis,

& rinitis.

Interaksi Obat : Obat penurun TD lainnya, litium, OAINS spt

indometasin.

Kategori kehamilan: Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko pada janin

manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat ini pada

wanita hamil dapat diterima meskipun berisiko pada janin

(misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi

yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana

obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak

efektif)
2. Tensivaks

Komposisi : Amlodipine besylate

Indikasi : Hipertensi & pengobatan lini pertama MI stabil dan atau

Prinzmetal angina.

Dosis : Hipertensi 5 mg 1 x/hr. Maks:10 mg/hr. Pasien yg kecil,

lemah atau lansia, memiliki insufisiensi hati 2.5 mg 1 x/hr.

Angina kronis stabil atau vasospastik angina 5-10 mg

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif thd dihidropiridin

Peringatan : Ggn ginjal, disfungsi hati, hamil & laktasi, anak & usia

lanjut.

Efek Samping : Sakit kepala, edema, lesu, mual, wajah memerah, pusing.

Interaksi Obat :

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.

3. Sitenol

Komposisi : Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg


Indikasi : Meringankan batuk berdahak & menurunkan demam pd

flu. Sakit kepala dan nyeri.

Dosis : Dws & anak > 11 thn 1 kapl 3 x/hr, 6-11 thn ½-1 kapl 3

x/hr, 1-5 thn ¼-½ kapl 3 x/hr.

Pemberian Obat : Sebaiknya diberikan bersama makanan.

Kontra Indikasi :

Efek Samping : Jarang, reaksi alergi, mual.

Interaksi Obat : Antikoagulan kumarin, indanedion.

Kategori kehamilan:

RESEP 5

Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Resep Ada
 Dr. Yenni Lince Theresia
Nama Dokter
Womsieor
SIP 
Inscriptio
Alamat Dokter  Telkom /Base G
NoTelp 
Praktek/Rumah
Tanggal  2 november 2018
Penulisan
Resep
 R/ Sincronik no. XX
S 1 dd 1
R/ Kalmeco no. XX
Invecatio Tanda R/
S 1 dd 1
R/Tensivaks no. XX
S 1 dd 1
 Sincronik
Prescription Nama Obat Kalmeco
Tensivaks
 Sincronik
Signatura Dosis
Kalmeco
Tensivaks
 Sincronik tablet
Bentuk
Kalmeco tablet
Sediaan
Tensivaks tablet
 Sincroni 20 tablet
Jumlah yang
Kalmeco 20 tablet
diminta
Tensivaks 20 tablet
 Sincronik 1 x sehari 1
tablet
Aturan Kalmeco 1 x sehari 1
Pemakaian tablet
Tensivaks 1x sehari 1
tablet
Nama Pasien  Tn. M. Waromi
Umur Pasien
Subscriptio Alamat Pasien 
Paraf/tanda 
tangan dokter
1. Sincronik

Komposisi : Tramadol 37.5 mg, paracetamol 325 mg.

Indikasi : Terapi jangka pendek nyeri akut.

Dosis : Dws & anak >18 thn Meredakan nyeri 1-2 kapl tiap 4-6

jam. Maks: 8 kapl/hr.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas. Intoksikasi akut dg opiat, alkohol,

hipnotik, narkotik, analgesik kerja sentral, obat-obat

psikotropika.

Peringatan : Risiko kejang jika diberikan dosis lebih tinggi dari yg

direkomendasikan. Pasien dg riwayat kejang & reaksi

anafilaktoid; risiko depresi pernapasan; peningkatan TIK

atau cedera kepala; kondisi ggn abdomen perut. Pasien yg


sedang menggunakan depresan SSP. Ggn hati & ginjal. Dpt

mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan

mesin. Hamil & laktasi. Lanjut usia. Anak.

Efek Samping : Mual, pusing, somnolen.

Interaksi Obat : MAOI, SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).

Metabolisme tramadol ditingkatkan oleh karbamazepin.

Kadar obat ini dalam plasma ditingkatkan oleh kuinidin.

INR ditingkatka oleh komponen yg kerjanya menyerupai

warfarin. Metabolisme obat ini dihambat oleh CYP2D6 spt

fluoksetin, paroksetin, amitriptilin.

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.

2. Kalmeco

Komposisi : Mecobalamin.

Indikasi : Terapi neuropati perifer

Dosis : Dws 1,500 mcg/hr dibagi dlm 3 dosis.

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi:
Efek Samping : Mual, hilangnya nafsu makan, diare & ggn GI lain

Interaksi Obat:

Kategori kehamilan:

3. Tensivaks

Komposisi : Amlodipine besylate

Indikasi : Hipertensi & pengobatan lini pertama MI stabil dan atau

Prinzmetal angin.

Dosis :

Pemberian Obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif thd dihidropiridin

Peringatan : Ggn ginjal, disfungsi hati, hamil & laktasi, anak & usia

lanjut.

Efek Samping : Sakit kepala, edema, lesu, mual, wajah memerah, pusing.

Kategori kehamilan: Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah

memperlihatkan adanya efek samping pada janin

(teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada

studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya

boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan

melebihi besarnya risiko terhadap janin.(MIMS)


LAMPIRAN

Lampiran 1. resep pertama

Lampiran 2. Resep kedua


lampiran 3. Resep ketiga

Lampiran 4. Resep keempat


Lampiran 5. Resep kelima

Anda mungkin juga menyukai