Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg. 1

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh. 1

Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit


jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari
organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.
Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh penyebab penyakit jantung (Kardiovascular). 2

2.2 Epidemiologi

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia
usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari
jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20
mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. 2

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata


kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan


menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya
jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. 2

Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan
ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih lanjut mengenai
penyakit hipertensi tersebut

2.3 Klasikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada
arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan
maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas
yang nilainya lebih besar. 3
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan
tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
3
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko,
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang
dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
(Tabel 1.) 1

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Tekana Darah Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80

prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99


Hipertensi derajat II 160 100

Selain itu, pembagian derajat keparahan hipertensi yang lain juga pada menggunakan
International Society of Hypertension, 2013 seperti tabel 2 berikut: 1

Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH 1

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)

Optimal <120 <80


Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 84-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III 180 110
Hipertensi sistolik terisolasi 140 <90

2.4 Gejala hipertensi

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer karena
dua hal, yaitu: 2,3

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: 3

Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan mejadi kabur yang terjadi karena kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera

2.5 Faktor Resiko

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi. 2

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan


1. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.2

2. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur
di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah
usianya.2

3. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki
juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.2

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar
renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.2

5. Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.2

6. Obat-obataan

Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,


Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar), termasuk
beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan
tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.2

7. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan
pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat
kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.2

8. Keracunan timbal akut

Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan
aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan cedera pada salah satu atau
kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan 2

1. Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Mekanisme hubungan antara stress
dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas. 2

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.2

2. Obesitas

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan


tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada
peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai
peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak
pada bagian perut.2

3. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan
menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah. 2

Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat
terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan
adalah lebih dari dua sendok makan. 2

4. Merokok

. Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok
mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
darah yang lebih tinggi.

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga
dapat merusak dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.2

5. Kurang aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada
dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan
darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat. 2

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek


antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi 3
2.6 Patofisologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem
kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.4-5

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi
pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen
pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada
organ atau bagian tubuh tertentu.

Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan
peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. 4

2) Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. 4

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 4
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. 4

3) Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. 4

2.7 Pencegahan

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik seperti konsumsi
makanan kaya serat, kurangi konsumsi garam dan pola diet rendah lemak jenuh, total lemak dan
kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan
mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi,
walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. 5

Disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang


utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat =
MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.5

Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap masakan
(MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan.
Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia jasa katering selalu
menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu bebasnya, sehingga penjual
bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya menambahkannya ke dalam mangkok
tanpa takaran yang jelas. 5

Beberapa bentuk pencegahan penyakit hipertensi antara lain :

a. Pencegahan primordial

b. Promosi kesehatan

c. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko

d. Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up

e. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal

f. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia,
sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai
tingkat fasilitas kesehatan. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang
tekanan sistoliknya 140 mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg dengan
pemeriksaan berulang atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

3.2 Saran

Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan pola


hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan yang
berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan nutrisi yang
seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak terjadi obesitas.
Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi alkohol. Dalam
pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai sejak dini. Di sinilah
perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol pola konsumsi anaknya masing-masing.
Daftar pustaka

1.Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.2015.perhimpunan dokter


spesialis kardiovaskular Indonesia.ed 1.

2. Gilang Y. 2012. Hipertensi dan penanganan. Univesrsitas sumatera utara.

3. Hipertensi. Kementerian kesehatn Indonesia. Retrieved 2017, may 17 at www.depkes.go.id

4. hipertensi.2013. pusat data dan informasi kementerian kesehatan republic Indonesia.

5. pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi.2006.direktorat bina farmasi komunitas dan


klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehtaan departemen kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai