Anda di halaman 1dari 11

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran

darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Secara

global, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia 25 tahun dan

lebih adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Di seluruh dunia, hipertensi

diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total

seluruh kematian (WHO, 2012).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanaan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali

pemeriksaan tekanaan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor

risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam

mempertahankan tekanaan darah secara normal (Wijaya & Putri 2013).

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Hipertensi esensial (primer)

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai

saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor

yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti:

faktor genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan

diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan

kalium atau kalsium).

5
6

b. Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat

diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan

berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,

kelainan aorta, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti

obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-

obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi, antara lain :

a. Klasifikasi berdasarkan JNC VII

Tekanan sistolik Tekanan diastolic


Derajat
(mmhg) (mmhg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat II > 160 Atau > 100

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi JCN VII

b. Menurut European Soclety Of Cardiology

Tekanan Tekanan diastolik


Kategori
sistolik (mmhg) (mmhg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 - 129 Dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 - 139 Dan/atau 85 – 89
Hipertensi derajat I 140 - 159 Dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 - 179 Dan/atau 100 – 109
Hpertensi derajat III > 180 Dan/atau > 110
Hipertensi sistolik
> 190 Dan < 90
terisolasi

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi European Soclety Of Cardiology


3. Tanda dan Gejala Hipertensi
7

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala

penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada

masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala

penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita hipertensi

tidak merasakan adanya gejala penyakit (WHO, 2012). Hipertensi

jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk mengetahui

apakah seseorang mengalami hipertensi adalah dengan mengukur

tekanan darah. Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat

tinggi (keadaan ini disebut hipertensi berat atau hipertensi maligna)

(Palmer dan William, 2007:12). Tidak semua penderita hipertensi

mengenali atau merasakan keluhan maupun gejala, sehingga hipertensi

sering dijuluki pembunuh dian-diam (silentkiller). Keluhan-keluhan

yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain: sakit kepala,

gelisah, jantung berdebar - debar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit

didada, mudah lelah dll (Depkes RI, 2013:17).

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat, edema pupil ( edema pada diskus

optikus). (Bruner & Suddarth, 2005) Individu yang menderita

hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun - tahun.

Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

manifestasi yang khas sesuai system organ yang difaskularisasi oleh

pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat


8

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)

dan azetoma (peningkatan nitrogen urea dalam ( BUN) dan kreatinin).

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau

serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis

sementara pada (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan).

4. Penyebab Hipertensi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan total peripheral

resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi

akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA.

Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering

menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan

jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup

sehingga tidak menimbulkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup

yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan

volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan

garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.

Peningkatan pelepasan rennin atau aldosterone maupun penurunan

aliran darah keginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh

ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan

volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup

dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan

peningkatan tekanan sistolik.

5. Komplikasi Hipertensi
9

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka

dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam

tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ – organ sebagai

berikut:

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan tejadinya gagal

jantung dan penyakit jantung coroner. Pada penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat otot jantung

akan mendorong dan berkurang elastisitasnya, yang disebut

dekompensasi akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa

sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh

lain yang dapat menyebabkan sesak napasatau oedem kondisi

ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke,

apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system

penyaringan didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak

mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang

masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam

tubuh.
10

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Hipertensi

 1). Gangguan emosi

Luapan perasaan yang berkembang dan surut dapat menyebabkan

hipertensi berkaitan dengan hormone adrenalin .

2). Stress

Stress dapat memicu terjadinya hipertensi karena stress dapat memicu

peningkatan aktivitas saraf simpatis, dengan peningkatan aktivitas

tersebut dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu ).

3). Obesitas

     Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas

terjadi vasokontriksi fungsional dan hipertrofi structural akibat adanya

hipertrofi structural maka terjadilah peningkatan tekanan darah .

4). Konsumsi alkohol

     Alkohol di metabolisme menjadi lemak – lemak kemudian lemak

–lemak ini mengeluarkan IL 1 dan IL 6 ( Interleukim ). Apabila IL 1

dan IL 6 sangat tinggi sel –sel dalam tubuh menjadi rusak dan ketika

alkohol di konsumsi menyebabkan lima sindroma metabolik dan salah

satunya adalah tensi lebih dari 140 / 90 mmHg.

5). Konsumsi garam dapur secara berlebihan


11

Garam dapur atau monosodium chloride (NaCL) dapat menyebabkan

hipertensi. Monosodium atau natrium ion berasal dari Msg

(monosodium glutamate) jadi sekalipun tidak makan garam mereka

keracunan monosodium atau natrium yang berasal dari Msg / vetsin.

B. Konsep Kepatuhan Berobat

1. Pengertian kepatuhan berobat

Kepatuhan berarti suatau keadaan dan perilaku yang di tunjukkan

seseorang secara berulang demikian halnya dengan berobat, kepatuhan

berobat memberikan gambaran bahwa tidak ada motivasi atau dorongan

aktif pasien tersebut dalam program pemantauan kesehatan termasuk

pengobatan hipertensi (Ahmad A , 2007).

2. Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaanya untuk

memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta

kepatuhan dalam meminum.

Tingkat kepatuhan berobat dengan program perawatan diri, yaitu :

a. Ada dorongan partisipasi aktif pasien dalam program termasuk

pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan

kepatuhan.

b. Ada dorongan pada pasien untuk tidak mengkonsumsi alkohol.

c. Mengkonsumsi tembakau dan produk nikotin.

d. Mencari  informasi  tertulis  mengenai  efek  yang di perkirakan serta

efek samping obat.


12

e. Tahu mengukur tekanan darah secara mandiri

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat

a. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara

fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan

perempuan (Rostyaningsih, 2013). Jenis kelamin berkaitan dengan

peran kehidupan dan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan

perempuan dalam masyarakat. Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya

kaum perempuan lebih memperhatikan kesehatanya dibandingkan

dengan laki-laki. Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh

jenis kelamin, perempuan lebih sering mengobatkan dirinya

dibandingkan dengan laki-laki (Notoatmodjo, 2010).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(UU RI no. 20 tahun 2003: 1). Pendidikan menuntut manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupanya yang dapat digunakan untuk

mendapatkan informasi sehingga meningkatkan kualitas hidup.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan memudahkan

seseorang menerima informasisehingga meningkatkan kualitas hidup


13

dan menambah luas pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan

berdampak pada penggunaan komunikasi secara efektif (A. Aziz

Alimul Hidayat, 2005:80)

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan (A.Wawan dan Dewi

M, 2010: 17). Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu

untuk mengunjungi fasilitas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

d. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui  indera yang di milikinya ( mata, hidung, telinga dsb). Dengan

sendirinya waktu penginderaan sampai menghasilkan  pengetahuan

tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas atau tingkat yang berbeda

secara garis besar ada enam tingkatan pengetahuan :

1) Tahu (know) : Diartikan sebagai recall (memanggil)  memori  yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati.

2) Memahami (comprehension) : Memahami suatu objek bukan

sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat  menyebukan  tetapi  orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan  secara benar tentang objek yang di ketahui.


14

3) Aplikasi (aplication) : Diartikan apabila orang telah memahami

objek yang telah dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang di ketahui tersebut pada situasi lain.

4) Sintesis (shyntesis) : Menunjukkan suatu kemampuan seseorang

untuk meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen yang dimiliki.

5) Analisis (analysis) : Kemampuan seseorang untuk menjabarkan

kemudian mencari hubungan yang logis dari komponen komponen

yang terdapat dalam satu masalah atau objek yang diketahui.

6) Evaluasi (evaluation) : Berkaitan dengan kemmpuan seseorang

untuk melakukan justifikasi/penilaian terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmojo,2007).

e. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin moreve yang berarti dorongan dari

dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku (reasoning)

seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau

keinginan. Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang

dengan situasi tertentu yang dihadapinya. (Notoatmodjo, 2010).

f. Dukungan keluarga

Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kelapa keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Peran

keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan


15

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa yang

perlu diperhatikan, antara lain:

1) Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi

masalah kesehatan anggota keluarganya.

2) Perbedaan dri tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :

a) Pola komunikasi

b) Pengambilan keputusan

c) Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga

d) Kebudayaan

e) Gaya hidup

3) Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga yang ada

didaerah pedesaan.

4) Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.

Anda mungkin juga menyukai