LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Perry dan Potter, 2005)
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Perry dan Potter,2005).
Ada beberapa jenis pemberian oksigen, namun yang paling sering dengan sistem aliran
rendah (Low Flow System). Sistem ini menghasilkan konsentrasi oksigen + 20-44%, dan
efektif bila pola pernafasan regular, klien sadar dan kooperatif. Contoh pemberian
oksigen dengan sistem aliran rendah ini adalah dengan nasal canule dan masker oksigen.
B. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik
akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan
2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
CO2 , di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi
sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk
dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan
saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh CO2 ,jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk
oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan
dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan
sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.(Pradana, 2019).
C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas( Sasmi, 2016).
D. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan
terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi
pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1. Perubahan frekuensi atau pola napas
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. Hipoksemia
4. Menurunnya kerja napas
5. Menurunnya kerja miokard
6. Trauma berat Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa
metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada,
napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning
(Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker
dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1. Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a. Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang
sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6
liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b. Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara
selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60 %.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan
kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik
pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen
akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong
reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%.
d. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka
nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya
mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada
saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 80 – 100% 2) Sistem aliran tinggi Sistem
ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem
aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan
ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai
dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%,
kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
1. Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang
dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding
bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2. Vibrasi Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
3. Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan
pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi
berbeda pada stiap segmen paru.
4. Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara
bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan
untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif
dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari
sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017)
5. Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Eki, 2017)
a. Pengkajian
1. Data fokus yang perlu di kaji :
a. Biodata Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal MRS,
no. RM, diagnosa medis, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal pengkajian
b. Biodata penanggungjawab, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, hubungan dengan pasien
c. Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan gangguan rasa nyaman
muncul, penyebab, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga
b. Pengkajian pola fungsi Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pola Persepsi terhadap kesehatan, penatalaksanaan kesehatan serta pengatahuan
tentang praktek kesehatan.
2. Pola nutrisi
Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta elektrolit.
Pengkajian meliputi: nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual,
muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.
3. Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kenih dan kulit.
Pengkajian yang dilakukan meliputi: kebiasaan deddekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi.
Karakteristik urine dan feses, pola input cairan, masalah bau badan.
4. Pola latihan-aktivitas
Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fumgsi pernapasan. Pentingnya
latihan atau gerak dalam keadaan sehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan
berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya
sendiri apabila tingkat kemampuannya: 19.
0: mandiri, 1: dengan alat bantu,2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan ROM, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman napas, bunyi napas, riwayat
penyakit paru.
5. Pola kognitif perseptual
Menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif. Pola ini meliputi pengkajian
fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap
tubuh. Dan pola kognitif memuat kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa
peristiwa yang telah lama atau baru terjadi.
6. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang dilakukan pada
pola ini meliputi: jam tidur siang dan malam pasien, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi uruk, penggunaan obat serta mengaluh letih.
7. Pola konsep diri
Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap kemampuan diri
sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri.
8. Pola peran dan hubungan
Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran pasien terhadap
anggota keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
9. Pola reproduksi atau seksual
Menggambarkan tentang kepuasan yang dirasakan atau masalah yang dirasakan
dengan seksualitas. Selain itu dilakukan juga pengkajian yang meliputi: dampak
20 sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan payudara sendiri, riwayat
penyakit hubungan seks, serta pemeriksaan genetalia.
10. Pola koping dan Toleransi Stres
Menggambarkan tentang pola cara menangani stress, yang meliputi dengan cara:
interaksi dengan orang terdekat menangis, dam lain sebagainya.
11. Pola keyakinan dan nilai
Menggambarkan tentang pola nilai dan keyakinan yang dianut. Menerangkan
sikap serta keyakinan yang dianaut oleh klien dalam melaksanakan agama atau
kepercayaan yang dianut.
c. Pemeriksaan Fisik
a. System persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indra, penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecap, dan perasa)
b. System persarafan (tingkat kesadaran/nilai GCS, reflek bicara, pupil, orientasi
waktu dan tempat)
c. Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan jalan
nafas)
d. Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan frekuensi)
e. Sistem gastrointestinal ( nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peristaltik, eliminasi)
f. Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/lesi
g. Sistem reproduksi
h. Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume b.a.k)
d. Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dyspnea
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam maka pola napas akan membaik
Kriteria Hasil: 1. Tekanan ekpirasi (4 cukup meningkat ) 2. Teknan inspirasi (4 cukup
meningkat ) 3. Dispnea (3 sedang) 4. Frekuensi napas( 3 sedang) 5. Kedalaman napas
(4 cukup membaik) 6. Ekskursi dada (3 sedang).
Intervensi:
Pemantauan Respirasi Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
CheyneStokes, Biot, ataksik
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. T.J
DENGAN DYSPEPSIA
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. T. J
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Duda
Golongan Darah :O
No. CM : 00768771
Tanggal Masuk : 05/09/2022
Tanggal Pengkajian : 08/09/2022
Diagnosa Medis : Dyspepsia + Leukositosis reaktif + hiponatremia
Alamat : Teling
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak napas, mual muntah dan lemah badan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan muntah-muntah dan sesak napas sejak 1 hari lalu.
Muntah dengan jumlah lebih 10 kali dengan jumlah ¼ - 1 gelas. Muntah berupa
cairan dan berisi makanan. Muntah tidak ada darah atau gumpalan kehitaman.
Pasien mengeluh nyeri ulu hati 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan tidak menjalar.
Pasien mengatakan keluhan muntah-muntah dan nyeri perut sejak 3 bulan smrs,
namun memberat sejak 1 hari smrs.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riw. As. Urat sejak 10 tahun lalu dan sudah mengkonsumsi obat rutin.
4. Riwayat penyakit keluarga
Asam urat dan diabetes
a. Genogram
Ket:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Cerai
4444 4444
4444 4444
F. Analisis Data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Pola Napas Tidak Efektif
- Klien mengatakan
kemarin muntah-muntah
dan sampai sesak napas
- Klien mengatakan masih
merasa sesak napas
namun sudah berkurang
saat ini tidak seperti tadi
malam
DO:
- Klien tampak terbaring
lemah
- Klien tampak masih
sesak napas
- KU: lemah, Kes: compos
mentis TD:110/80, HR:
80x/mnt , RR: 24x/mnt,
Sb: 36.5, SpO2: 94%,
retraksi otot dada (-),
klien sesak napas, irama
napas cepat dan dangkal
- Klien terpasang IVFD
NaCL 0.9% dan NS
4lt/mnt
- Terapi yang diberikan :
- Omeprazole 40mg IV
- Sucralfat 15cc PO
- Antasida 10cc PO
- Seftriakson 2gr IV
G. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Intoleransi aktifitas
H. Rencana Keperawatan
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
keperawatan selama 3x 8 jam
Observasi
diharapkan pola napas membaik,
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
dengan kriteria hasil:
upaya napas
1. Dyspnea menurun Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
2. Frekuensi napas membaik
Stokes, Biot, ataksik
3. Kedalaman napas membaik Monitor adanya sumbatan jalan napas
Monitor saturasi oksigen
4. Frekuensi makan meningkat
Terapeutik
Edukasi