Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Oleh :
NAMA : DITA AIDA FARADILA
NIM : 20020026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengetian

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.


Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh (Andarmoyo, 2012).
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memerbaiki
hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat
dengan cara meningkatkan masukan oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan (Mangku, 2017).
Terapi oksigen (O2) dianjurkan pada pasien dewasa, anak-anak dan bayi
(usia di atas satu bulan) ketika nilai tekanan parsial oksigen (O 2) kurang dari 60
mmHg atau nilai saturasi oksigen (O2) kurang dari 90% saat pasien beristirahat
dan bernapas dengan udara ruangan. Pada neonatus, terapi oksigen (O2)
dianjurkan jika nilai tekanan parsial oksigen (O 2) kurang dari 50 mmHg atau
nilai saturasi oksigen (O2) kurang dari 88%. Terapi oksigen (O2) dianjurkan
pada pasien dengan kecurigaan klinik hipoksia berdasarkan pada riwayat medis
dan pemeriksaan fisik. Pasien-pasien dengan infark miokard, edema paru, cidera
paru akut, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), fibrosis paru, keracunan
sianida atau inhalasi gas karbon monoksida (CO) semuanya memerlukan terapi
oksigen (O2) (Butterworth, 2013).

1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami gangguan
oksigenasi, sebagai berikut:
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. 3.
3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
4. Faktor perkembangan.

1.3 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan
relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah. Adanya peran mukus siliaris sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi
saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di
keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata
dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam
batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila
paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana
O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena
pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri
pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian
menjadi HC03 berada pada darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiac output Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah,
normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat
menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung,
kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke
jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan
ratarata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain. Secara langsung
berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ),
meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
Terapi oksigen merupakan terminologi untuk pemberian oksigen
sebagai bahan farmakologi utama yang di berikan pada individu tertentu
berkaitan dengan penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah,
cara dan durasi tertentu demi meringankan gejala penyakit dasar,
meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih
baik.
Oksigen yang di berikan harus konsentrasinya lebih tinggi dari pada
udara atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen
dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Berikut adalah jenis alat dan
jenis dosis yang di berikan :

No Jenis Alat Konsentrasi O2 (FiO2) Aliran O2


1. Nasal kanul / binasal 24% - 32% 1 – 6 LPM
2. Simple mask (masker 35% - 60% 5 – 8 LPM
sederhana)
3. Partial reabriting (RM/MRB) 50% - 95% 8 – 12 LPM
4. Non reabreting (NRM/MNRB) 21% (udara) 10 – 15 LPM

Rumus pemberian oksigenasi :


MV = TV x RR
= (6-8 x BB) x RR
Keterangan :
MV : Minute Ventilation (udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap
menit)
TV : Tidal Volum (6-8 ml/kg BB)
RR : Respiratori Rate

1.4 Patofiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.
1.5 Pathway/W.O.C
1.6 Manifestasi Klinis
1. Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Keslitan untuk bersuara
6. Penurunan bumyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberiakn informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisa gas darah (AGD) BGA.

1.8 Diagnosa Banding


1. Asma
2. Bronchitis
3. Pneumonia
4. PPOK
5. Tb Paru
1.9 Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctionin
1.10 Komplikasi
Menurut Francis (2011) terdapat banyak masalah yang berhubungan dengan
terapi oksigen, walaupun demikian yang paling sering adalah :
1. Retensi karbondioksida
2. Asidosis respiratorik (Guyton & Hall 2000)
3. Penurunan dorongan hipoksik untuk bernapas (Smith, 2004)
4. Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar (Bourke, 2003)
5. Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum (Pilkington, 2004)
6. Atelektasis (Kolaps paru) : karena konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi
dapat menurunkan produksi surfaktan (suatu substansi yang menstabilkan
membran alveolar dan menurunkan tegangan permukaan) (Jevon & Ewens
2001).
7. Resiko kebakaran.
1.11 Proses Keperawatan
1.11.1 Pengkajian
1. Data biografi
a. Identitas pasien Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku atau bangsa, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no medrek, diagnosa medis, alamat klien.
b. Identitas Penanggung jawab Meliputi pengkajian nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Merupakan keluhan pasien pada saat masuk RS, Selain
itu mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien membutuhkan
pertolongan sehingga pasien dibawa ke RS dan menceritakan kapan
pasien mengalami gangguan kebutuhan oksigen.
b. Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan keluhan yang paling
sering dirasakan oleh pasien saat pengkajian dengan menggunakan
metode PQRST. Metode ini meliputi hal-hal:
P: Provokatif/paliatif, yaitu apa yang membuat terjadinya timbulnya
keluhan, hal-hal apa yang memperingan dan memperberat keadaan
atau keluhan pasien tersebut yang dikemabangkan dari keluhan
utama.
Q: Quality/Quantity, seberapa berat keluhan terasa, bagaimana rasanya,
berapa sering terjadinya.
R: Regional/Radiasi, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan,
apakah juga penyebaran ke area lain, daerah atau area
penyebarannya.
S: Severity of Scale, intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan
ringan, sedang, dan berat.
T: Timing, kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa
sering dirasakan atau terjadi, apakah secara bertahap, apakah keluhan
berulang-ulang, bila berulang dalam selang waktu berawal lama hal
itu untuk menetukan waktu dan durasi.
c. Riwayat kesehatan dahulu Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera
atau operasi yang dialami individu sebelumnya.
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
terhadap berbagai sistem tubuh. Untuk mendapatkan informasi tentang
masalah kesehatan yang potensial.
a. Keadaan umum
Keadaan umum meliputi penampilan umum, postur tubuh, gaya bicara,
mimik wajah.
b. Tanda-tanda vital
Bertujuan untuk mengetahui keadaan tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh.
c. Kulit Kaji keadaan kulit mengenai tekstur, kelembaban, turgor, warna
dan fungsi perabaan, pruritus, perubahan warna lain, jerawat, erupsi,
kering berlebih, selain itu perlu dikaji apakah ada sianosis.
d. Kepala Kaji cedera lain seperti memar pada kepala, periksa kebersihan
dan keutuhan rambut.
e. Mata Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan, kaji
reflek cahaya, edema kelopak mata.
f. Hidung Perdarahan hidung (epitaksis), kaji cairan yang keluar dari
hidung, ada tidaknya sumbatan.
g. Telinga Kaji ada tidaknya sakit telinga, rabas, bukti kehilangan
pendengaran.
h. Mulut Pernafasan mulut, perdarahan gusi, kaedaan gigi, jumlah gigi,
kaji kelembaban mukosa, warna mukosa bibir.
i. Tenggorokan Sakit tenggorokan, kaji adanya kemerahan atau edema,
kaji ada tidaknya kesulitan dalam menelan, tersedak, serak atau
ketidakteraturan suara lain.
j. Leher Kaji nyeri, keterbatasan gerak, kekakuan, kesulitan menahan
kepala lurus, pembesaran tiroid, pembesaran nodus atau massa lain.
k. Dada Kaji kesimetrisan bentuk dada, pembesaran payudara, pembesaran
nodus remaja, tanyakan tentang pemeriksaan payudara.
(1) Inspeksi dada Pada Pemeriksaan ini pemeriksa melihat gerakan
dinding dada, bandingkan kesimetrisan dinding dada kiri dan kanan.
Lihat adanya bekas luka, bekas operasi, atau adanya lesi. Perhatikan
warna kulit daerah dada. Kaji pola pernafasan pasien, perhatikan
adanya retraksi interkosta, dan penggunaan otot bantu nafas.
(2) Palpasi dada Pada Pemeriksaan ini yang pertama dilakukan oleh
pemeriksa yaitu, meletakan tangan di atas kedua dinding dada.
Rasakan kesimetrisan pengembangan dinding dada saat inspirasi
dan ekspirasi. Selanjutnya, rasakan adanya massa dan krepitasi (jika
terjadi fraktur). Setelah itu, lakukan Pemeriksaan taktil fremitus
dengan cara letakan tangan diatas dada, lalu minta pasien
mengatakan “tujuh tujuh” atau “Sembilan Sembilan”. Lakukan
Pemeriksaan disemua lapang paru. Prinsip Pemeriksaan adalah
getaran suara akan merambat melalui udara yang ada dalam paru–
paru (vibrasi) dan saat bicara, getaran ini akan terasa dari luar
dinding dada.
(3) Perkusi paru Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yaitu
suara seperti bunyi “dug-dug”. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mengetuk pada seluruh lapang paru pada ruang interkosta
(dilakukan di antara dua kosta atau ICS ). Pada area jantung akan
menghasilkan bunyi peka (ICS 3–5, sebelah kiri sternum). Hasil
perkusi juga akan terdengar pekak pada daerah hepar dan daerah
payudara.
(4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah beberapa saat,
letakan stetoskop pada ICS 2 kanan, minta pasien bernafas
Panjang
b. Bandingkan suara yang terdengar di lapang paru kiri dan kanan
dan kiri
c. Dengar apakah ada suara nafas tambahan di semua lapang paru.
Suara nafas normal sebagai berikut :
a) Vasikuler: suara ini terdengar halus. Biasa didengar di lapang
paru. Suara ini dihasilkan oleh perputaran udara dalam alveoli
(inspirasi > ekspirasi);
b) Bronkovasikuler: suara ini biasa didengar di ICS 1 dan 2 kiri
dan kanan. Suara ini dihasilkan dari perputaran udara dari
saluran yang besar menuju saluran yang lebih kecil (inspirasi=
ekspirasi); dan
c) Bronkhial: suaranya terdengar kerasa dan karas. suara ini
dihasilkan dari perputaran udara melalui trakea (ekspirasi >
inspirasi).
l. Kardiovaskuler Kaji warna konjungtiva, ada tidaknya sianosi warna bibir,
adanya peningkatan tekanan vena jugularis, kaji bunyi jantung pada
dada, pengukuran tekanan darah, dan frekuensi nadi.
m. Adbomen Kaji bentuk adbomen, keadaan luka, kaji tanda-tanda infeksi,
perkusi area abdomen.
n. Punggung dan bokong Kaji bentuk punggung dan bokong, kaji
ekstremitas: CRT, turgor kulit, kekuatan otot, refleks bisep, trisep,
refleks patela, dan achiles.
o. Genitalia Kaji kebersihan genitalia, kebiasaan BAK
p. Anus Kaji BAB dan keadaan di area anus.
q. Sistem persyarafan Kaji adanya penurunan sensasi sensori, nyeri
penurunan refleks, nyeri kepala, fungsi syaraf kranial dan fungsi
serebral, kejang, tremor.
r. Riwayat nutrisi Untuk mendapatkan informasi tentang keadekuatan
masukan diet dan pola makan.
s. Riwayat medis keluarga Untuk mengidentifikasi adanya sifat genetik
atau penyakit yang memiliki kecendrungan familiar. untuk mengkaji
kebiasaan keluarga dan terpapar penyakit menular yang dapat
mempengaruhi anggota keluarga.
t. Pola aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas pasien sebelum sakit dan sesudah sakit.
Yang meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygene, istirahat tidur,
aktivitas dan gaya hidup.
1) Data psikologis Kemungkinan klien memperlihatkan kecemasan
terhadap penyakitnya, hal ini diakibatkan karena proses penyakit
yang lama dan kurangnya pengetahuan tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan. Kaji ungkapan pasien tentang
ketidakmampuan koping, perasaan negatif tentang tubuh serta konsep
diri klien
2) Data sosial Perlu dikaji tentang keyakinan pasien tentang
kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut pasien dan
bagaimana persepsi pasien terhadap penyakitnya, bagaiman aktifitas
pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang
menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhan.
3) Riwayat seksual Untuk mendapatkan informasi tentang masalah dan
atau aktivitas orang muda dan adanya data yang berhubungan dengan
aktivitas seksual.
4) Data spiritual Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap dirinya
sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan pasien dengan
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya pasien akan ikut
serta dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari interaksi sosial
terutama jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti anemia, ulkus,
gangren dan gangguan penglihatan.

u Data penunjang

1) Laboratorium Dengan pemeriksaan darah akan diketahui apakah


infeksi muncul atau tidak.

2) Terapi Dengan terapi dapat diketahui pemberian terapi yang akan


diberikan.

v Analisa Data Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya.


Setiap data yang didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah.
Menentukan validitas data membantu menghindari kesalahan dalam
intrepetasi data.

1.11.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefekifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan


ditandai oleh batuk tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas b.d dipsnea ditandai oleh pola napas
abnormal
3. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring ditandai oleh dipsnea
4. Pola napas tidak efektif b.d deformitas dinding dada ditandai oleh
dipsnea
1.11.3 Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL


O
1. Ketidakefekifan Tujuan : setelah dilakukan perawatan Manajement jalan nafas 1) Mengetahui
bersihan jalan nafas 1x24 jam bersihan jalan nafas dapat observasi keefektifan
b.d sekresi yang teratasi 1. Monitor status nafas klien
tertahan ditandai oleh Kriteria hasil : kepatenan jalan nafas pernafasan dan 2) Memaksimalkan
batuk tidak efektif INDICATOR SA ST oksigenasi sebagaimana posisi klien
Kedalaman inspirasi 3 5 mestinya dengan semi
Kemampuan untuk 3 5
Nursing treathment fowler
mengeluarkan secret
Pernafasan cuping 3 5 2. Posisikan pasien untuk 3) Memaksimalkan
hidung memaksimalkan bersihan jalan
ventilasi nafas pasien
3. Buang secret dengan 4) Memberitahukan
momotivikasi pasien cara batuk
untuk melakukan batus efektif
4. Instruksikan bagaimana 5) Inhaler
agar melakukan batuk merupakan obat
efektif yang digunakan
mengurangi
Edukasi sesak nafas
5. Ajarkan pasien
bagaimana gunakan
inhaler sebagaiamna
mestinya
2. Gangguan pertukaran Tujuan : setelah dilakukan perawatan Perawatan emboli : paru 1) Mengetahui
gas b.d dipsnea 1x24 jam gangguan pertukaran gas dapat Observasi gejala-gejala
ditandai oleh pola teratasi 1. Monitor gejala gagal pada gagal nafas
napas abnormal Kriteria : pertukaran gas nafas 2) Membantu klien
INDIKATOR SA ST Nursing treathment untuk ventilasi
Dyspnea saat istrahat 2 5 2. Dukung pasien untuk 3) Membantu
Dyspnea dengan 3 5
ventilasi yang baik memberikan
aktivitas ringan
Perasaan kurang istrahat 3 5 Edukasi pendidikan rinci
3. Berikan pendidikan menambah
rinci kepada pasien 4) Pengetahuan
tentang cara ventilasi pasien
yang baik 5) Professional
Kolaborasi lebih tepat
4. Kolaborasi dengan
dokter mengenai
pemberian obat

3. Intoleransi aktivitas Tujuan : setelah dilakukan perawatan Management energy 1) Mengetahui


b.d tirah baring 2x24 jam. Intoleransi aktivitas bisa Observasi keadaan
ditandai oleh dipsnea teratasi 1. Kaji status fisiologis fisiologis pada
1) Kriteria : kebugaran fisik pasien pasien
INDICATOR SA ST Nursing treathment 2) Membantu
Kekuatan otot 3 5 2. Anjurkan aktivitas fisik membatasi
Ketahanan otot 3 5
Kinerja aktivitas fisik 2 5 sesuai dengan aktivitas dengan
kemampuan jadwal priode
Edukasi istrahat
3. Berikan pendidikan 3) Mengetahui
rinci kepada pasien batas
tentang kebugaran fisik kemampuan
Kolaborasi aktivitas fisik
4. Kolaborasi dengan klien
dokter mengenai 4) Professional
pemberian obat lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Respati Fitri. 2014. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia.Yogyakarta:


Parama Ilmu

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical A-
nesthesiology. Edisi V. New York. McGraw-Hill Companies. 2013.

Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI. Fish- man’s
Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi IV. New York. McGraw-Hill
Companies. 2008.
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi XI. Philadel-phia. W. B.
Saunders Company. 2006.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan, MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi II.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.

Levitzky MG. Pulmonary Physiology. Edisi VII. New York. McGraw-Hill


Companies. 2007..
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rilantono LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. Edisi I. Jakarta. Fa- kultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta. InternaPublishing. 2009.
Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksi- gen
melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A).
Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2014; 1(1): 138-43.

Anda mungkin juga menyukai