Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Oleh :
NAMA : DITA AIDA FARADILA
NIM : 20020026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsulidasi (Nanda, 2013)
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana
pulmonary alveolus, organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer, menglami peradangan dan terisi oleh cairan (Shaleh, 2013).

1.2 ETIOLOGI
Penyebab pneumonia menurut Nursalam (2016) :
a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus
aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza,
eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia
sehat, setelah sistem pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau
malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan.
b. Virus penyebab pneumonia yaitu virus influenza, adenovirus, chiken-pox
(cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian
atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-
anak.
c. Organisme mirip bakteri yaitu micoplasma pneumonia. Pneumonia jenis
ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia
yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering
disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala
jenis usia.
d. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans.
1.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi
(Nursalam, 2016) sebagai berikut:
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada
seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.
3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab
lain dari pneumonia.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi


1. Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya.
3. Pneumonia interstisial
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala
umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau
penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki (Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut Nursalam, (2016) pneumonia menunjukan gejala klinis
sebagai berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. Ronki
e. Demam tidak setabil
f. leukositosis
g. Infiltrat

1.5 KOMPLIKASI
a. Abses paru
b. Efusi pleura
c. Empisema
d. Gagal nafas
e. Atelektasis
f. Hipotensi
g. Dehidrasi
h. Perikarditis
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X.
Mengidentifikasi distribusi structural (missal: lobar, bronchial, dapat juga
menyatakan abses).
b. Biopsi jaringan paru: untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum, dan darah: untuk mengidentifikasi
semua organism yang ada.
d. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
beratnya penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Muttaqin (2008) antara lain :
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi : humidifer atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan
2) Oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg
3) Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia pasti,
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator
4) Hidrasi : pemantauan asupan dan keluaran cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
penicilin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat
tetrasiklin utnuk infeksi pneumonia
1.8 KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasanya muncul adalah nyeri dada, batuk
bercampur darah, sulit bernafas. mual, muntah, nafsu makan
menurun, badan lemas, dan demam.
2. Riwayat penyakit sekarang
a) Perlu dikaji adanya batuk, sesak nafas, nyeri dada, demam,
sputum.
b) Waktu dan kapan mulai terjadinya sakit.
c) Proses terjadinya sakit perlu dikaji bagaiamana proses dapat
terjadinya dan kapan mulai terjadinya.
d) Upaya yang telah dilakukan selama sakit
e) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami sakit sebelumnya,
pemakain antibiotic jangka panjang, alergi makanan, ISPA, ISK.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit
seperti pasien sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami penyakit seperti saat ini.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun. Tekanan darah mmHg, suhu tubuh ..C, pernapasan
..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS: E..V.. M.. BB (sakit) : tidak
diketahui, BB(Sebelun sakit) : tidak diketahui, hasil pengukuran LL
25 cm. (BB=2Xll:50kg).
2. Kepala : ubun-ubun tak teraba
3. Mata : cekung, kering, sangat cekung
4. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic, nafsu makan menurun, mual-muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
5. Sistem pernapasan : dispnea, pernapasan cepat, penggunaan otot
bantu nafas, terdengar stridor/ronki di seluruh lapang paru
6. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120x/menit dan lemah, tensi
menurun
7. Sistem integumen ; warna kulit pucat, cyanosis, turgor menurun,
suhu meningkat.
8. Sistem perkemihan : produksi urin menurun/ normal

c. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas (SDKI, 2017)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkstan
tekanan kapiler alveolus (SDKI, 2017)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI, 2017)
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi saluran pernapasan
(SDKI, 2017)
d. Perencanaan

NO SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan keperawatan selama Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
efektif berhubungan ....x 24 jam diharapkan bersihan jalan  Identifikasi dan mengelola kepatenan jalan
dengan hipersekresi jalan nafas (L.01001) nafas
nafas (D.0001)  Batuk efektif dipertahankan pada  Monitor pola nafas
(SDKI, 2017) skala 3 ditingkatkan pada skala 4  Monitor sputum
cukup meningkat  Posisikan semi fowler atau fowler
 Produksi sputum dipertahankan pada  Berikan oksigen, jika perlu
skala 3 ditingkatkan pada skala 4  Ajarkan batuk efektif
cukup meningkat (SIKI, 2018)
 Dispnea dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan pada skala 4 cukup
meningkat
(SLKI, 2018)

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan keperawatan selama Terapi oksigen (1.01026)
berhubungan dengan ....x 24 jam diharapkan pertukaran gas  Berikan tambahan oksigen untuk mencegah
peningkstan tekanan (L.01003) dan mengatasi kondisi kekurangan oksigen
kapiler alveolus (D.0003)  Bunyi nafas tambahan dipertahankan jaringan
pada skala 3 ditingkatkan pada skala 4  Monitor tanda-tanda hipoventilasi
cukup meningkat  Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan
 Sianosis dipertahankan pada skala 3 trakea, jika perlu
ditingkatkan pada skala 4 cukup  Perrtahankan kepatenan jalan nafas
meningkat
 Nafas cuping hidung dipertahankan  Kolaborasi penentuan dosis oksigen
pada skala 3 ditingkatkan pada skala 4  Ajarkan pasien dan keluarga menggunakan
cukup meningkat oksigen dirumah

3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan keperawatan selama Manajemen Energi (1.05178)


berhubungan dengan ....x 24 jam diharapkan toleransi  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
ketidakseimbangan aktifitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan  Dispnea saat aktifitas dipertahankan  Sediakan lingkungan yang nyaman dan
kebutuhan) oksigen pada skala 3 ditingkatkan pada skala 4 rendah stimulus
(D.0056) cukup meningkat  Berikan aktifitas distraksi yang
 Dispnea setelah beraktifitas menenangkan
dipertahankan pada skala 3  Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
ditingkatkan pada skala 4 cukup dapat berpindah atau berjalan
meningkat  Anjurkan tirah baring
 Tekanan darah dipertahankan pada  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
skala 3 ditingkatkan pada skala 4 meningkatkan asupan makanan, jika perlu
cukup meningkat

4. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan keperawatan selama Manajemen Hipertermi (1.15505)


dengan proses infeksi ....x 24 jam diharapkan termogulasi  Identifikasi penyebab hipertermi
saluran pernapasan (L. 14134)  Monitor suhu tubuh
(D.0130)  Kulit kemerahan dipertahankan pada  Longgarkan atau lepaskan pakaian
skala 3 ditingkatkan pada skala 4  Anjurkan tirah baring
cukup meningkat  Kolaborasikan pemberian cairan elektrolit
 Suhu tubuh dipertahankan pada skala intravena
3 ditingkatkan pada skala 4 cukup
meningkat
 Pucat dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan pada skala 4 cukup
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan Klien dengan gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. (2013). Panduan Penyusunan Asuhan keperawatan Profesional .


Medication Publishing.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Shaleh. (2013). Jouenal of Chemical Information and Modeling.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

SIKI. (2018). Standart Intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat.

SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan pengurus


Pusat.

Anda mungkin juga menyukai