Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Oleh :
NAMA : DITA AIDA FARADILA
NIM : 20020026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan
paha atau skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun bero atau
hernia. Terjadi Hernia inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke
bawah melalui dinding sehingga menerobos usus [ CITATION Nur161 \l 1057 ].
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur
melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian- bagian
tersebut[ CITATION Mut11 \l 1057 ]
Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

1.2 ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah
mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites
(terjadi kumpulan cairan abnormal di daerah rongga perut), aktifitas fisik yang
berlebihan.
1. Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen.
1. Kelemahan jaringan
2. Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal
3. Trauma
2. Terjadi tekanan pada intra abdominal.
1. Obesitas
2. Mengaambil barang berat
3. Mengejan Konstipasi
4. Kehamilan
5. Batuk dalam jangka waktu lama
6. Prostate Hipertropi
3. Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi
karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko
terjadinya Hernia Hiatal adalah: Pertambahan usia, kegemukan, dan
Merokok.

1.3 KLASIFIKASI
a) Berdasarkan terjadinya
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir mengalami penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum dapat mengalami
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
belum dapat melalui kanalis tersebut.tetapi dalam beberapa hal,
kanalis ini belum merekat. Karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya sebelah kanan bisa terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / didapat dan ditemukan pada bayi sedangkan
hernia akuisita / didapat, pertama terjadi ketahanan dinding otot perut
ditemukan saat sudah dewasa. Proses ini mengakibatkan hernia
eksternal pada bayi umumnya dikarenakan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang terjadi disaat bayi masih dikandungan dan umumnya
tidak dipastikan penyebabnya

b) Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel/reducible
Yaitu jika isi hernia jika keluar masuk. Maka usus keluar bila saat
berdiri atau jongkok dan mengedan dan bisa masuk lagi jika keadaan
terlentang atau dipaksa masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus
2. Hernia ireponibel
Yaitu keadaan isi dalam rongga hernia belum bisa dikembalikan ke
dalam rongga.biasanya dikarenakan oleh perlekatan dari dalam
kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini disebut juga
hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada
mengeluh rasa nyeri ataupun tanda penyempitan usus
3. Hernia strangulata atau inkarserata
Hernia inkarserata Yaitu tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi bila
isi hernia terjepit oleh cincin hernia. berarti isi kantong terperangkap,.

c) Berdasarkan letaknya
1. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara perlahan mendorong peritoneum
dan hampir belum bisa dihindari kandung kemih masuk ke kerongga
kantung Ada kejadian yang lebih meningkat dari inkarserata dan
strangulasi dengan macam hernia ini.
2. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi pada orang dewasa lebih banyak dengan
wanita dan oleh sebab itu kemajuan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. kondisi hernia ini
terjadi pada pembedahan yang terjasi secara yang tidak adekuat
dikarenkan masalah terjadi pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini yang ada pada luka bekas laparotomi. anestesi kulit
mengakibatkan Sayatan pada nervus dan paralisis otot pada segmen
melalui oleh saraf yang bersangkutan
4. Hernia inguinalis
Hernia Inguinalis adalah merupakan sesuatu usus masuk melalui
sebuah lubang melalui dinding perut yang suatu kondisi dimana
sebagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Saluran ini berbentuk tabung yaitu Kanalis inguinalis, yang
menyebakan tempat turunnya buah testis (buah zakar) dari perut
menuju skrotum (kantung zakar) hal ini sering terjadi sebelum bayi
dilahirkan.
a) Indirek atau lateralis terjadi pada cincin inguinalis dan bisa
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada
bayi dan anak kecil. Hernia ini bisa menimgkat sangat besar dan
menuju ke skrotum. Pembekakan itu bisa menjadi mengecil atau
menghilang pada saat tidur. Bila menangis, mengejan dan
mengangkat benda dengan kondisi yang berat dengan keadaan
posisi klien berdiri bisa mencul kembali.
b) Direk atau medialis Hernia ini melalui tepi abdomen di daerah
kelemahan otot, jangan melewati kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara perlahan terjadi didaerah yang lemah
di karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta secara
langsung menuju anulus inguinalis eksterna walaupun anulus
inguinalis interna dipaksa bila klien berdiri atau mengejan, akan
timbul benjolan.
1.4 MANIFESTASI KLINIS
a) Penonjolan di daerah inguinal
b) Nyeri pada benjolan bila terjadi strangulasi/tekanan
c) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen
d) Terdengar bising usus pada benjolan
e) Kembung
f) Perubahan pola eliminasi BAB

1.5 KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, (2007) Komplikasi hernia adalah :
a) Terjadi perlengketan berupa isi hernia sama isi kantung hernia sehingga
isi kantung hernia belum diketahui kembalinya lagi,keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis ireponibilis. Saat kondisi ini tidak
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang sering menyebabkan
keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus
halus.
b) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi) hernia inguinalis
strangulate.

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

a.Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada


waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c.Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e.Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.

2. Palpasi

a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL)


ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di
sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia
inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai
nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan
canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika
terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis
jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
d. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah
ligamentum inguinal
e. Hernia inkarserata : nyeri tekan
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

b. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
c. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
d. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak
terlihat tonjolan.

1.9. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer, (2007) penatalaksanaan Hernia adalah:
a) Secara konservatif
1. Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang
isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi.
2. Pemakaian bantalan - bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
b) Secara operatif
1. Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya,
kantong dibuka dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan
kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.
2. Hernio plastic : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus
inguinalis iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
3. Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan
menjepit defek (bagian lemak di dinding rongga yang
bersangkutan) didalam fasia[ CITATION Sja11 \l 1057 ].

1.10. KONSEP KEPERAWATAN


1.1.1. Pengkajian
a. Posisi yang terlihatkan dari pasien
1) Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang
memberikan rasa nyaman
b. Ekspresi umum
1) Tampak meringis, merintih
2) Cemas, wajah pucat
3) Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
4) Keluar keringat dingin
5) Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak
dalam posisi menggenggam
6) Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
7) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
8) Lokasi nyeri
9) Waktu timbulnya nyeri
10) Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
11) Karakteristik nyeri
12) Faktor pencetus timbulnya nyeri
13) Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
1.1.2 Diagnosa keperawatan
a) Pre-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis
2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal
3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan
untuk makan)
4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi
b) Post-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik
2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif
3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan
4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri
1.1.3 Perencanaan

1. Pre Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Biologis 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri (L.08063)
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077)  Kemampuan mengenali onset nyeri
kualitas, intensitas nyeri
dipertahankan pada skala 3
 Identifikasi respon nyeri non verbal
ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
 Kemampuan mengenali penyebab nyeri
nyeri
dipertahankan pada skala 4
cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
meningkat. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Kemampuan menggunakan teknik non-  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
farmakologis dipertahankan pada skala 3  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup nyeri
meningkat  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Keluhan nyeri dipertahankan pada skala 3
sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup
menurun

2. Konstipasi b/d Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen Konstipasi (I.4155)


Penurunan Motilitas 24 jam diharapkan Eliminasi Fekal (L.04033)  Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
Gastrointestinal  Mengejan saat defekasi dipertahankan pada bentuk, volume, dan warna)
(D0049) skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 5  Periksa tanda dan gejala konstipasi
menurun.  Anjurkan diet tinggi serat
 Distensi abdomen dipertahankan pada skala 3  Lakukan masase abdomen jika perlu
sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup  Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
menurun. kontraindikasi
 Nyeri dan kram abdomen dipertahankan pada Kolaborasi dengan tim medis tentang
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 5 penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
menurun  Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu
 Peristaltic usus dipertahankan pada skala 3
sedang ditingkatkan ke skala 5 membaik
3. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan perawatan selama.....x Manajemen Mual (I.03117)
Faktor Psikologis 24 jam diharapkan Status Nutrisi  Monitor mual
(L.03030)  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
(misal, stress,
 Porsi makanan yang dihabiskan diper-  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
keengganan untuk tahankan pada skala 4 cukup meningkat  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
makan) (D.00019) ditingkatkan pada skala 5 meningkat  Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
 Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
nutrisi dipertahankan pada skala 3 cukup terapi music, akupresur)
meningkat ditingkatkan pada skala 5  Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
meningkat
4. Defisit Pengetahan Setelah dilakukan perawatan selama x Edukasi Kesehatan (I.12383)
b/d Kurang 24 jam diharapkan Tingkat Pengetahuan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima
Membaik (L.01211) informasi
Terpapar
 Perilaku sesuai anjuran dipertahankan pada  Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Informasi (D.0111) skala 4 cukup meningkat ditingkatkan pada menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
skala 5 meningkat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
 Persepsi yang keliru terhadap masalah meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
dipertahankan pada skala 4 cukup menurun  Berikan kesempatan untuk bertanya
ditingkatkan pada skala 5 menurun.  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Post Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Fisik 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri (L.08063)  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077)  Kemampuan mengenali onset nyeri kualitas, intensitas nyeri
dipertahankan pada skala 3 sedang  Identifikasi respon nyeri non verbal
ditingkatkan pada skala 4 cukup meningkat  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
 Kemampuan mengenali penyebab nyeri nyeri
dipertahankan pada skala 4  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5 suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
meningkat.  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
 Kemampuan menggunakan teknik non-  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
farmakologis dipertahankan pada skala 3 nyeri
sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perluI
meningkat Pemberian Analgesik (I.08243)
 Keluhan nyeri dipertahankan pada skala 3
 Identifikasi riwayat alergi obat
sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup
menurun  Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
 Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan selama.....x Pencegahan Infeksi (I.14539)


Dengan Factor 24 jam diharapkan Kontrol Risiko  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
meningkat (L.14128)  Batasi jumlah pengunjung
Resiko Efek
 Kamampuan mengidentifikasi faktor risiko  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Prosedur Invasif dipertahankan pada skala 3 sedang dan lingkungan
(D.0142) ditingkatkan pada skala 5 meningkat.  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Kemampuan melakukan strategi control risiko Perawatan Luka (I.14564)
dipertahankan pada skala 3 sedang  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
ditingkatkan pada skala 5 meningkat. nontoksik, sesuai kebutuhan
 Kemampuan menghindari faktor risiko  Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
dipertahankan pada skala 3 sedang
ditingkatkan pada skala 5 meningkat luka
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
3. Resiko Syok Setelah dilakukan perawatan selama.....x Manajemen Perdarahan (I.02040)
24 jam diharapkan Tingkat Syok  Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,
Dengan Faktor menurun (L.03032) pengeluaran NGT, dan drainase luka, jika perlu
Resiko Kekurangan  Kekuatan nadi dipertahankan pada skala 4  Monitor intake dan output cairan
Volume Cairan cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5  Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
(D.0039) meningkat setelah kahilangan darah
 Tingkat kesadaran dipertahankan pada skala 4  Pertahankan akses IV
sedang ditingkatkan pada skala 5 meningkat  Anjurkan melapor jika menemukan tanad-tanda
perdarahan
Pemantauan Cairan (I.03121)
 Indentifikasi tanda-tanda hipovolemi (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
 Dokumentasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan perawatan selama.....x Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Fisik b/d Nyeri 24 jam diharapkan Mobilitas Fisik Meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(L.05042) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(D.0054)
 Nyeri dapat dipertahankan pada skala sedang  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun pagar tempat tidur)
 Gerakan terbatas dapat dipertahankan pada  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
skala 3 sedang ditingkatkan ke skala 4 cukup meningktakan pergerakan
menurun.  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Duduk di tempat tidur, atau duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
5. Ansietas b/d Setelah dilakukan perawatan selama.....x Reduksi Ansietas (I.09134)
Ancaman Terhadap 24 jam diharapkan Tingkat Kecemasan  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Menurun (L.09093)  Dengarkan dengan penuh perhatian
Konsep Diri
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang  Pahami situasi yang membuat ansietas
(D.0080)
dihadapi dipertahankan pada skala 4 cukup  Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
menurun ditingkatkan ke skala 5 menurun pengobatan, dan prognosis
 Perilaku gelisah dan tegang dapat  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
dipertahankan pada skala 4 cukup menurun  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
ditingkatkan ke skala 5 menurun  Latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.

Muttaqiin, A. &. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif. (2016). Asuhan keperawatan praktis jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

Sjamsuhidajat, & Jong, W. D. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai