Anda di halaman 1dari 13

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

Definisi Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita
(dapatan). Suatu penonjolan pada regio inguinalis dikatakan hernia
apabila memiliki 3 syarat, yaitu: cincin (fasia), kantong (peritoneum),
dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. 1
Epidemiologi  Berdasarkan jenis kelamin hernia lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan Wanita, dengan presentasi kasus hernia yang di alami
laki-laki sebanyak 97% di daerah inguinalis, lalu 2% pada daerah
femoralis, dan 1% pada daerah umbilikus. Sedangkan pada
perempuan 50% dialami di daerah inguinalis, 34% dari daerah
kanalis femoralis, dan 16% pada daerah umbilicus.2
 Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka
kejadian yang paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio
inguinalis, 50% merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% adalah
hernia inguinal direk.2
Etiologi Secara garis besar etiologi penyebab hernia dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kongenital (Bawaan), yang terjadi sejak lahir karena tidak
menutupnya processus vaginalis pada saat penurunan testis.
2. Akuisita (Didapat), yang terjadi akibat kelemahan dinding bawah
abdomen (aponeurosis dan fasia transversalis) dan peningkatan
tekanan intraabdominal.1
Faktor Resiko Hernia memiliki beberapa kondisi dan factor yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya hernia, yakni jenis kelamin lebih cenderung terjadi
pada pria, kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang lebih
banyak pada bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu
seperti, yang harus berdiri dalam waktu jangka lama atau harus
mengangkat beban yang sangat berat, kelahiran prematur, dan riwayat
penyakit hernia.3
Klasifikasi Klasifikasi hernia dibedakan menjadi beberapa, yakni:
1. Berdasarkan terjadinya, dibagi menjadi 2:
a. Kongenital (bawaan), hernia yang didapatkan semenjak
dilahirkan.
b. Akuisita (didapat), hernia yang didapatkan akibat adanya factor
predisposisi yang mendorong terjadinya hernia.4
2. Berdasarkan Letak anatomi
a. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis.
b. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus
yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang
inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis.
c. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang
keluar melalui defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus
xifoideus.
d. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle,
hernia littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
e. Hernia Spiegheli
Hernia spieghell ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di
linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
f. Hernia Inguinalis
- Hernia Inguinalis Lateralis (indirek), Hernia ini disebut lateralis
karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan
hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat.
- Hernia Inguinalis Medialis (Direk), Hernia ingunalis direk
hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdominal kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini hampir tidak pernah
mengalami inkarserasi atau strangulasi.4
3. Berdasarkan Sifatnya
a. Hernia Reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus
b. Hernia Irreponibilis: bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia tanpa
adanya gangguan pasase atau vaskularisasi.4
4. Berdasarkan Komplikasi
a. Hernia Akreta, merupakan hernia irreponibilis yang mengalami
perlengkatan pada dinding dari pada kantung hernia
b. Hernia Inkarserata, merupakan hernia irreponibilis yang
mengalami gangguan vasase tanpa disertai adanya gangguan
vaskularisasi
c. Hernia Strangulata, merupakan hernia irreponibilis yang
mengalami gangguan vasase yang disertai dengan adanya
gangguan vaskularisasi.4
Patofisiologi Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-
8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis
inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila
kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada
orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang tua
otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun
karena daerah ini merupakan lokus minoris resistansi, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti,
batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barangbarang berat dan
mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.5
Diagnosis Anamnesis
Secara klasik, anamnesis pada penderita hernia inguinalis biasanya
ditemukan keluhan-keluhan, antara lain:5
1. Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan
adanya “benjolan” di lipatan paha atau perut bagian bawah pada
scrotum atau labium mayor pada wanita.
2. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya. Benjolan
timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat.
Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring
(reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang ketika
berbaring (irreponibilis).
3. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena
regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia
4. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan
vaskularisasi). Faktor-faktor predisposisi. 5
a. Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi,
tentara, kuli bangunan).
b. Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, striktur urethra, batuk
kronis, ascites, atau susah BAB).
c. Faktor usia (semakin tua otot-otot dinding abdomen semakin
lemah).
d. Faktor kegemukan (obesitas).5

Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia:
1. Pada inspeksi perlu diperhatikan
a. Keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha skrotum atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengejan
atau batuk sehingga ada benjolan atau keadaan asimetri dapat
dilihat
b. Saat pasien mengejan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah.4
2. Pada palpasi
a. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya dan dicoba didorong apakah benjolan dapat di
reposisi.
b. Bila kantong berisi organ maka bergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Isi
hernia pada bayi wanita yang terasa seperti sebuah massa yang
padat biasanya ovarium.
c. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak.
d. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
dalam annulus eksternus, pasien diminta mengejan. Kalau
hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau sampai jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis.
e. Setelah benjolan direposisi dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba
berupa annulus inguinalis yang melebar. .4
3. Auskultasi Terutama pada kasus hernia inguinalis lateralis untuk
mendeteksi isi kantong apakah ada bising usus.4

Pemeriksaan Khusus
1. Finger Test (Invagination Test) Hernia direposisi terlebih dahulu.
Kulit skrotum diinvaginasikan dengan ujung jari telunjuk dari arah
testis dan jari masuk mencapai annulus eksternus. Normal annulus
eksternus hanya dapat dilalui ujung jari kelingking. Jari pemeriksa
masuk hingga mencapai kanalis inguinalis, kemudian pasien
diminta untuk batuk atau mengejan. Apabila benjolan teraba di
ujung jari di sebut hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari disebut hernia inguinalis medialis. Pemeriksaan
ini hanya dilakukan pada pasien laki-laki.1

2. Thumb Test (Deep Ring Occlusion Test) Hernia direposisi terlebih


dahulu. Jempol ditempatkan pada annulus internus, kemudian
pasien diminta batuk atau mengejan. Annulus internus terletak titik
pertengahan antara SIAS dan simfisis pubis. Apabila tidak timbul
benjolan maka hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila timbul
benjolan di medial dari annulus internus disebut hernia inguinalis
medialis.1
3. Ziemann Test Hernia direposisi terlebih dahulu. 3 jari diletakkan di
tiga titik. Jari kedua diletakkan di annulus internus, jari ketiga
diletakkan di annulus eksternus dan jari ke-empat diletakkan di
annulus femoralis, setelah itu pasien diminta untuk batuk atau
mengejan. Apabila benjolan menyentuh jari kedua disebut hernia
inguinalis lateralis, apabila benjolan meyentuh jari ketiga disebut
hernia inguinalis medialis, sedangkan apabila menyentuh jari ke-
empat disebut hernia femoralis.1

Penatalaksanaan Konservatif
Penatalaksanaan konservatif terbatas pada reposisi dan penggunaan
penyangga gunak mempertahankan isi hernia yang telah dikembalikan
ke posisi semula. Tindakan reposisi tidak dilaikan pada hernia yang
telah mengalami strangulasi. Pengembalian atau reposisi dilakukan
dengan dua tangan (bimanual) dengan tangan kiri membentuk corong
dan tangan kanan mendorong kea rah cincin hernia hingga isi hernia
kembali ke posisi semula. Penggunaan penyangga hanya untuk
mempertahankan posisi isi hernia yang telah dilakukan reposisi.1
Pembedahan
Tindakan pembedahan adalah satusatunya modalitas untuk
penatalaksanaan hernia. Prinsip utama operasi hernia adalah herniorafi,
yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. herniotomi merupakan
tindakan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong,
sedankan hernioplastik bertujuan untuk memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis.1
Teknik-Teknik Pembedahan
a. Bassini: dahulu merupakan metode yang sering digunakan,
dengan cara conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum
Poupart’s dan spermatic cord diposisikan seanatomis mungkin
di bawah aponeurosis muskulus oblikuus ekstrena. Menjahit
conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
b. Shouldice: seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa
dengan lig. Cooper.
c. Lichtenstein: menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup
segitiga Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
d. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara
cord kebalikannya cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus
spermatikus berada diluar Apponeurosis M.O.E.
e. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper,
meletakkan conjoint tendo
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama:
1. Open Anterior Repair
Operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis
eksternus dan membebaskan funnikulus spermatikus. Fascia
transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah:
a. Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dikanalis inguinalis hingga ke cincin eksternal.
b. Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk
mencari hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari
kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
c. Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis
inguinalis (fascia transversalis)
d. Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
e. Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia
transversalis, otot transversalis abdominis dan otot
abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.4

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam


rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen
untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari
kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga
dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan
terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.4
2. Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke
cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian
diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama
antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi
dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan
parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan
dengan anastesi regional atau anastesi umum.6
3. Tension-free repair with Mesh
Operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan
tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek,
tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak
diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa
menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil
yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan
dilaporkan kurang dari 1 persen. Beberapa ahli bedah
meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant
prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan.
Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai
menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.
Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau
general.7,8
4. Laparoscopi
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa
tahun terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal
pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi
obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan
usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic
herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar
laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio
inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan
TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan
masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya,
usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi

Komplikasi Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis. Hal ini dapat terjadi jika isi dari hernia terlalu besar.
Semakin besar isi hernia semakin besar pula untuk tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi strangulata dan inkarserata yang menimbulkan
gejala obstruksis usus yang sederhana.4
Prognosis Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak-anak sangat
baik. Angka kejadian komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Tingkat
infeksi pasca operasi kurang dari 1% dan kekambuhan kurang dari 1%.1
Insiden hernia recuren tergantung pada usia pasien, lokasi hernia, dan
teknik hernioplasti. Tingkat kekambuhan hernia indirek lebih rendah
dibandingkan dengan hernia direk atau femoralis pada semua kelompok
umur.1
Daftar Pustaka

1. Meliani, I, K., Dytho, S, M. Hernia. Continuing Medical Education. 2022.

2. Nicholas, A, C. Prevalensi dan Karakteristik Pasien Hernia Inguinalis di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kedokteran (JURRIKE).

2023:2(1);Hal 18-26.

3. Langitan, A. dkk. Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Dengan Hemiparese Sinistra.

Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019:1(1):Hal 12-15.

4. Sjamsuhidayat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4, volume 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC Publishers. 2017.

5. Muttaqin A Dan Sari K. Syifa’medika. Gastrointestinal. Medika. Jakarta. 2015:6(1).

6. Crass, M. D et al. Surgical Options in the Managamenet of Groin Hernias. American

Family Physican. 2010:59(1):Hal 143-156.

7. Yamamoto, S. et al. Open Tension-Free Mesh Repair dor Adult Inguinal Hernia: Eight

Years of Experience in a Community Hospital. Asial journal of Surgery. 2012:25(2):Hal

121-125.

8. Pavlidis, T, E. Tension-Free by Mesh-Plug Technique for Inguinal Hernia Repair in


Elderly Patients. Europe PMC. 2010:99(03):Hal 137-141.

Anda mungkin juga menyukai