Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TINJAUN TEORI

A. Batasan

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia

abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi

hernia.

1
B. Pengertian

Hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia

abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah

suatu protusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang

secara normal berisi bagian lemah (Black, 2006).

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga

peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari

pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis

inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis

eksternus ( Sjamsuhidayat, 2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang

melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut

melalui anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ).

Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Hernia eksterna

Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu

hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk),

hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia

sikatrikalis, dan lain – lain.

2. Hernia interna

2
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika,

hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz

(Oswari, 2005).

C. Etiologi

Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang

normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus

testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga

retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.

Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga

perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus

inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam

beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia

didaerah tersebut.

Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah

tersebut ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan

tekanan intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia

inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan

melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa

ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau

karena pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering

mengedan pada saat BAB.

3
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan

semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia

medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga

disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi

prostat.

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan terjadinya:

a. Hernia kongenital :

- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempat-tempat

tertentu.

- Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal (kelainan belum

tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu

(predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia

melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra

abdominal.

b. Hernia akuisita

hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan

tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama

hidupnya, antara lain :

- Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien

yangsering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK

4
- Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan

ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena

herniakarena banyaknya jaaringan lemak pada tubuhnya yang

menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR

- Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk

- Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.

2. Berdasarkan klinis:

a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar

jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau

didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Dapat direposisi tanpa operasi.

b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat

kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak

ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah

mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.

c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan

vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi

hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah

terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan

mulai dari bendungan sampai nekrosis.

d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin

hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah

5
disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran

makanan tidak bisa lewat).

3. Berdasarkan arah hernia:

a. Hernia eksterna: Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar

karena menonjolnya ke arah luar, misalnya:

- Hernia umbilicalis

- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)

- Hernia femoralis

- Hernia epigastrika

- Hernia lumbalis

- Hernia obturatoria

- Hernia semilunaris

- Hernia parietalis

- Hernia ischiadica

6
b. Hernia interna:

7
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum

thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum

abdomen.

Pada cavum abdominalis:

- Hernia epiploica Winslowi

- Hernia bursa omentalis

- Hernia mesenterika

- Hernia retro peritonealis

Pada cavum thorax:

- Hernia diafragmatika traumatika

- Hernia diafragmatika non-traumatika:

 Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia

Morgagni

 Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus.

E. Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,

muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini

hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual).

Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi

gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri

8
pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit

dengan keadaan ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale

di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut

berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada

hernia inkarserata hernia strangulata

Nyeri Kolik Menetap

Suhu badan Normal Normal/meninggi

Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

Leukosit Normal Leukositosis

Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang

menyebabkan nekrosis atau ganggren

Teknik pemeriksaan

9
Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus

eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia

Inguinalis Lateralis.

 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan

dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

10
Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

F. Diagnosis Banding

1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi

di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat

umbilikus.

2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak

preperitoneal pada hernia femoralis.

3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol

di fosa ovalis.

11
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat

hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang

disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain

seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

G. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi.

a. Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada

pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri

memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan

mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap

sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi

pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan

sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan

dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih

elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative

dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak

12
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak

berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada

tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti

pada gambar :

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang

telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai

seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih

saja dipakai sampai sekarang.

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara

13
lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan

sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat

menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang

mengandung pembuluh darah dari testis

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis

yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip

dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan

hernioplasti.

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)

2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)

3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan

(elektif)

4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

14
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan

inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor

penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah

terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai

metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus

dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan

menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.

oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon

ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau

menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus

internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila

defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian

bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk

menutup defek.

 Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini

multi layer, di klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau

15
34 untuk menjahit defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan

benang monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto.

 Lichtenstein Tension free

16
Operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan pendekatan

awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit

lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah

prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek

hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil

yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan

kurang dari 1 persen.

H. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia

irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum,

organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik

kecuali berupa benjolan.

17
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan

cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur

di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong

hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia

terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses

lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,

muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.

Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat

darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

I. Prognosis

Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka

kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

18
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. A

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Blok Kolor RT03/06- Kadema

Agama : Islam

Suku bangsa : Madura

Tanggal MRS : 10 Oktober 2018

Tanggal KRS : 16 Oktober 2018

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Keluar benjolan di lipatan paha kanan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD pukul 05.34 Wib dengan keluhan muncul benjolan dari

lipatan paha kanannya sejak 1 tahun lalu, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika

pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat

masuk lagi. Saat ini benjolan tidak dapat dimasukkan sejak 1 jam lalu dan

dirasakan nyeri pada benjolan dan nyeri yang tajam pada seluruh perut disertai

19
mual dan muntah. BAB (+), BAK (+)

3. Riwavat Penyakit Dahulu

- Riwayat asma (-)

- Riwayat hipertensi (-)

- Riwayat DM (-)

- Riwayat Penyakit Jantung (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada yang sakit seperti pasien

5. Riwayat Pengobatan

- Tidak pernah berobat sebelumnya

6. Riwayat Sosial

- Pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan sering mengangkat

beban berat

C. PEMERIKSAAN FISIK

KU : sedang Kesadaran: Composmentis

VS : TD : 140/85 x/menit RR : 22 x/menit

N : 88 x/menit tº : 36,4ºC

1. Status generalis:

Kepala:

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada secret/perdarahan

Telinga : tidak ada secret/perdarahan

20
Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa tidak pucat.

Leher:

Deviasi trakea (-), kelanjar tiroid tidak membesar

Thoraks:

Cor:

Inspeksi : bentuk dada simetris, jejas (-)

Palpasi : iktus coerdis tidak teraba

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : S1S2 tunggal

Pulmo:

Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi, ketinggalan gerak (-)

Palpasi : Fremitus raba normal kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

Abdomen:

Inspeksi : flat, masa (-), bekas oprasi (-)

Auskultasi : bising usus (+)

Perkusi : tympani

Palpasi : soepel, tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ + - -

21
2. Status Lokalis:

Regio inguinalis D :

Inspeksi : terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 6 cm x 4 cm,

permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.

Palpasi : tidak teraba hangat, kenyal,tidak dapat dimasukkan,

Auskultasi : bising usus (+).

Massa (+) diameter


± 6 cm x4 cm,
kenyal, hiperemi(-).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium (10 Oktober 2018):

Hematologi

Hb : 15,1 gr/dl (13-18 gr/dL)

Lekosit : 13.320 mm3 (4000- 11000 mm3)

Trombosit :200.000 (150.000- 450.000 mm3)

Faal Hati

SGOT : 29 u/L ( ≤ 31 u/L)

SGPT : 18 u/L ( ≤ 31 u/L)

22
Faal Ginjal

Serum Kreatinin : 1,0 mg/dL (0,5-1,7 mg/dl)

BUN : 14,6 mg/dL (10-20 mg/dl)

Elektrolit

Calsium : 1,1 mmol/L ( 1,12- 1,32 mmol/L )

Clorida : 103,5 mmol/L ( 96,0- 106,0 mmol/L)

Kalium : 3,2 mmol/L ( 3,6-5,5 mmol/L )

Natrium : 144,8 mmol/L ( 135-155 mmol/L )

Imumunologi

HBsAg : Non Reaktif

Faal Hemostasis

APTT : 22,7 detik ( 35- 45 detik )

PPT : 11,6 detik ( 10-15 detik )

E. Diagnosa

Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata

23
F. PLANNING

1. Pre- Operasi

- Infus RL 20 tpm

- injeksi ketorolac 3x 1 ampul

- injeksi Ranitidin 2x1 ampul

- njeksi Ceftriaxon 2x 1

- Pemasangan NGT

- Pemasangan DC

2. Operasi

Herniotomy + Hernioplasty

3. Pasca Operasi

- Observasi tanda vital

- Edukasi

- Kontrol poli

24
BAB III

KESIMPULAN

Pasien datang ke dengan keluhan muncul benjolan dari lipatan paha

kanannya sejak 1 tahun lalu, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri

dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk lagi.

Saat ini benjolan tidak dapat dimasukkan sejak 1 jam lalu dan dirasakan nyeri

pada benjolan dan nyeri pada seluruh perut disertai mual dan muntah. BAB (+),

BAK (+).

Terjadinya benjolan pada lipatan kanan akibat peningkatan tekanan

intraabdominal menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal yang

disebabkan oleh salah satunya pekerjaan mengangkat benda berat, terjadinya

mual dan muntah akibat isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia

yang mengakibatkan terjadinya gangguan pasase usus.

Berdasarkan pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan benjolan di

bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm, permukaan rata, warna sesuai warna

kulit, tidak kemerahan dan tidak ada tanda peradangan, perabaan kenyal,tidak

dapat dimasukkan. Dari hasil laboratorium tidak ditemukan adanya

peningkatan pada hasil lab.

Penatalaksaan pasien ini adalah pemberian infus RL untuk

menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Pemberian obat antiinflasi non

steroid ( Ketorolac ) untuk mengurangi rasa nyeri, pemberian h2 histamin

25
bloker ( Ranitidin ) mengatasi dan mencegah rasa panas perut, pemberian obat

antibiotik (ceftriaxone) mencegah terjadinya infeksi, pemasangan NGT untuk

menurunkan tekanan intraabdomen dengan mengeluarkan isi lambung pre

operasi serta dilakukan pemasangan DC.

Tindakan pembedahan yang dilakuan pada pasien ini yaitu dengan tehnik

Herniotomy + Hernioplasty. Herniotomi yaitu kantong dibuka dan isi hernia

dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-

ikat setinggi mungkin lalu dipotong, hernioplasti yaitu dilakukan tindakan

memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang

kanalis inguinalis salah satunya menggunakan tehnik Tension-free repair with

Mesh.

Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai

penyakit yang diderita pasien, pengobatan serta tindakan oprasi yang

diperlukan, untuk menghilangkan penyebab keluhan serta mecegah terjadinya

komplikasi lebih lanjut. Selain itu perlu juga penjelasan tentang pemulihan

pasca oprasi pasien agar menjaga kebersihan luka post operasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of America:

The McGraw-Hill Companies.

Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell

Publishing Company.

Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai