Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

‘’HERNIA INGUINALALIS LATERAL’’

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


MINGGU KE 4

DISUSUN OLEH:
VERDINANDUS AGUINALDO
NIM. 891232033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hernia inguinalis adalah penonjolan organ, seperti usus dan jaringan yang
ada di dalam perut ke area inguinal atau selangkangan. Hernia
inguinalis merupakan salah satu jenis hernia yang paling sering terjadi, terutama
pada pria (Alodokter, 2022).
Hernia inguinalis terjadi ketika usus atau lemak dari perut menonjol
melalui dinding perut bagian bawah ke daerah inguinal, atau selangkangan.
Akibatnya, timbul tonjolan atau pembengkakan pada daerah selangkangan
atau pembesaran skrotum (kantung buah pelir). Tonjolan ini terutama
dirasakan ketika batuk, membungkuk, atau mengangkat benda yang berat
(Halodoc, 2022).
Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu penyakit hernia atau
berupa tonjolan yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di
sebelah lateral epigastrika inferior, menyusuri kanalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus (Rizaldy, 2018).
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan, berdasarkan
letaknya hernia terbagi menjadi hernia hiatal, hernia epigastrik, hernia
umbilical, hernia femoralis, hernia insisional, hernia nucleus pulposi (HNP),
dan hernia inguinalis (Nuruzzaman, 2019).
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus (Sjamsuhidajat, 2016).
B. Etiologi
Kongential terjadi akibat prosessus vaginalis perisisten disertai dengan
annulus yang terbuka lebar. Terutama ditemukan adanya faktor kausal yang
berperan untuk timbulnya Hernia :
1. Prosesus vaginalis yang cepat terbuka
2. Peninggian tekanan intra abdomen
a. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat
b. Batuk kronik: bronchitis kronik, TBC
c. Hipertropi prostat, stikter ureta, konstipasi, asites
3. Kelemahan otot dinding perut
a. Usia tua, sering melahirkan
b. Kerusakan, N Mouguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi
(bedah digestif)

C. Klasifikasi Hernia
1. Klasifikasi Hernia
a. Hernia externa : yaitu hernia yang tonjolanya tampak atau dapat
dilihat dari luar, antara lain : Hernia inguinalis lateralis (Hernia
indirecta), Hernia inguinalis medialis (Hernia directa), Hernia
femoralis, Hernia umbilikalis, Hernia supra umbilikalis, Hernia
cicatricalis
b. Hernia interna : yaitu hernia yang tonjolanya tidak tampak dari luar,
tonjolan ke fossa intra abdomen, antara lain :Hernia obturatoria,
Hernia diafragmatika, Hernia foramen Winslowi, Hernia pada
ligament Treitz
2. Menurut Letaknya
a. Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun
berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di
selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis
dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia
inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan,
tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum,
maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis
dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis
eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya
defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
b. Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum
dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam
kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada
klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi
insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat
karena masalah pasca operasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat,
distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.
3. Menurut Terjadinya
a. Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga peruttidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,
kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita.
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu. Terjadi
setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intra
abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya
batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi
prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
4. Menurut Sifatnya
a. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.
b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini
juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis).
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap,
carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata”
lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

D. Manifestasi Klinis
Umumnya pasien mengatakan turun berok atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan diselengkangan kemaluan, benjolan tersebut
biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila menangis
mengejam atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat
timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri.
Hernia yang berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan bisa
meningkatkan risiko terjepitnya usus dan jaringan yang ada di dalam kantong
hernia. Kondisi tersebut dikenal dengan hernia strangulata. keluhan yang
dialami berupa:
1. Nyeri yang terasa makin parah
2. Nyeri perut mendadak
3. Mual dan muntah
4. Benjolan tidak dapat ditekan masuk kembali ke dalam
5. Perubahan warna hernia menjadi merah, ungu, atau gelap
6. Tidak bisa BAB dan buang angin
7. Demam
Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta
mengejam dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan.
Bila massa tersebut menyentuh jari maka itu adalah Hernia ingunalis lateral,
sedangkan bila sisi jari maka diagnosanya adalah Hernia ingunalis medialis.

E. Patofisiologi
Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada bulan ke-8
kehamilan terjadi testis melalui kanal tersebut. Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum, sehingga terjadi penonjolan peritoneum ke
daerah skrotum disebut dengan prosesus vaginalis peritonei
Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal sering kali kanali sini tidak tertutup, karena testis turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis lebih sering terbuka , maka yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak dapat mengalami
obliterapi) akan timbul Hernia inguinalis lateralis abuisita atau kongenital
Pada orang dewasa kanalis tersebut telah tertutup, namun karena lokus
minoris resistensie, maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat kanal tersebut dapat terbuka kembali Hernia ingunalis
lateralis.
F. Pathway
Kelemahan otot abdomen karena
bayi baru lahir usia, pekerjaan berat, batuk
kronis, riwayat pembedahan
karena otot dinding tipis

penurunan testis

peningkatan tekanan abdomen


menarik peritoneum
ke skrotum

vaginalis fasia terkoyak

penonjolan peritonium
hernia inguinalis perubahan status
daerah skrotum
lateral

penekanan kurang terpapar


pembuluh usus informasi

peristaltic usus strangulasi deficit


menurun pengetahuan

nyeri pembedahan

konstipasi Detstruksi
pertahanan
Terputusnya
Ansietas kontinuitas jarinagn
lunak
Masuknya mikroorganisme

Nyeri akut Risiko infeksi


G. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif seperti pemberian sedatif. Kompres, posisi tidur
Trandelenburg hanya ditujukan pada hernia kanal.
2. Pembedahan
Operasi merupakan satu pengobatan yang rasional untuk hernia. Prinsip
dasar operasi terdiri dari herniotomi dan herniorafi.
a. Herniotomi : kantong hernia dibuka dan didorong kedalam rongga
abdomen kantong proximal dijahit, ikat stangulasi, mungkin
dipotong, kantong distal dibiarkan.
b. Herniorafi : setelah heniotomi dilakukan tindakan memperkecil
annulus internus diperkuat dinding belakang kanalis ingunal ini
penting untuk mencegah terjadinya residif.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X (thorax)
2. Sinar X pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas
3. pemeriksaan darah lengkap menunjukan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi
darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau
post operasi. Pemeriksaan Hb yang rendah dapat mengarah pada
anemia/kehilangan darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan
pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi.
4. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra Membedakan
masa di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan
membedakan jenis-jenis hernia.
5. EKG : penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal
membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi.
I. Pengkajian Fokus
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa
medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
DS ( Data Subjektif ) Pada anemnesis keluhan utama yang
lazim didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat
masuknya material melalui kanalis inguinal bisa bersifat
hilang timbul atau juga tidak.Keluhan nyeri hebat bersifat
akut berupa nyeri terbakar. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi
yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk padamalam hari atau siang hari.
DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan ,
pasien tampak memegangi perut kanan bawah , pasien
tampak menangis , pasien tampak lemas, dan lain-lain.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada
respon biasanya keluhan yanga ada berupa adanya benjolan
setelah mengalami aktivitas peningkatan tekanan
intraabdominal, seperti batuk, bersin, atau mengejan.Bila
sudah terjadi stranggulasi akandidapatkan keluhan nyeri
hebat pada abdominal bawah, keluhan gastrointestinal seperti
mual, muntah, anoreksia, serta perasaan kelelahan pasca nyeri
sering didapatkan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
hernia dan tidak ditemukan Penyakit-penyakit tertentu
seperti, penyakit diabetes dengan luka di perut sangat
beresiko terjadinya penghambatan proses penyembuhan luka.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya Hernia,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, yang cenderung diturunkan secara
genetic.
e. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
f. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik:
1) Aktivitas istirahat
Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas,
lelah, tirah baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan
tunos otot, dan letargi.
2) Sirkulasi
Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan
tekanan darah (hipotensi, hipertensi).
3) Eliminasi
Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya
inkontinesia atau retensi urine.
4) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot,
kesemutan
Tanda : Deformitas lokal : agulasi abnormal,
pemendekan, rotasi krepitasi.
5) Nyeri / kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan,
distensi kandung kemih.
6) Keamanan
Tanda : Laserasi , avulsi jaringan, perdarahan, perubahan
warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap atau tiba-tiba).

J. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


1. Defisit pengetahuan tentang medikasi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukkan prilaku yang tidak sesuai anjuaran, menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
dibuktikan dengan defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran
feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
ditandai dengan merasa kahwatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur,
mengeluh pusing, palpitasi, frekuensi nafas meningkat.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protekti,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
5. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
K. Perencanaan Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Dx Rasional
(SLKI) (SIKI)

1 Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


keperawatan selama 3 x 24 jam, Identifikasi kesiapan dan kemampuan Mengetahui kesiapan dan kemampuan
maka status tingkat pengetahuan menerima informasi pasien untuk menerima informasi
meningkat, dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Perilaku sesuai anjuran 1. Sediakan materi dan media pendidikan Terapeutik
meningkat kesehatan 1. materi dan media pendidikan untuk
2. Verbalisasi minat dalam 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan membantu mempermudah pasien
belajar meningkat sesuai kesepakatan dalam menerima informasi
3. Kemampuan menjelaskan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya kesehatan
pengetahuan tentang suatu 4. Gunakan variasi model pembelajaran 2. Untuk membuat kontrak waktu
topik meningkat 5. Berikan pujian dan dukungan terhadap dengan pasien yang terjadwal
4. Kemampuan usaha positif dan pencapaiannya 3. Untuk memberikan kesempatan
menggambarkan pengalaman Edukasi pada pasien untuk bertanya hal
sebelumnya yang sesuai 1. Jelaskan penanganan masalah yang belum difahami
dengan topik meningkat kesehatan 4. menambah pemahaman pasien
5. Perilaku sesuai dengan 2. Informasikan sumber yang tepat yang tentang penyakitnya
pengetahuan meningkat tersedia di masyarakat 5. dengan dukungan dapat
6. Pertanyaan tentang masalah 3. Anjurkan menentukan perilaku spesifik meningkatkan semangat dan
yang dihadapi menurun yang akan diubah (mis. keinginan kepercayaan diri.
7. Persepsi yang keliru terhadap mengunjungi fasilitas kesehatan)
masalah menurun 4. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang
akan dicapai
5. Ajarkan program kesehatan dalam Edukasi
kehidupan sehari hari 1. Agar pasien tau factor penyebab
dan cara mengatasi dari
penyakitnya
2. Untuk memudahkan pasien dalam
menggali informs yang
berhubungan dengan penyakitnya
3. Membantu pasien dalam
menetukan tindak lanjut
pengobatan
4. Mendukung pasien agar
melakukan pengobatan lebih lanjut
5. agar pasien dapat menetukan hal-
hal yang perlu dihindari terkait
dengan penyakitnya.

2 Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi masalah usus dan 1. Mengetahui persitaltik usus
maka eliminasi fekal membaik, penggunaan obat pencahar 2. Mengetahui riwayat pengobatan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi pengobatan yang berefek sebelumnya
1. Frekuensi BAB membaik pada kondisi gastrointestinal 3. Untuk mengetahui fator tanda dan
2. Keluhan defekasi lama dan 3. Monitor buang air besar (mis: warna, gejala penyebab kondisi tersebut
sulit menurun frekuensi, konsistensi, volume) 4. Untuk menetukan tindakan
3. Konsistensi feses membaik 4. Monitor tanda dan gejala diare, selanjutnya
4. Peristaltik usus membaik konstipasi, atau impaksi
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan air hangat setelah makan 1. membatu keteraturan persitaltik usus
2. Jadwalkan waktu defekasi Bersama 2. untuk melatih buang air besar
pasien 3. meningkatkan penyerapan nutrisi
3. Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
Edukasi 1. agar pasien mengetahui makanan
1. Jelaskan jenis makanan yang membantu yang baik bagi pencernaannya
meningkatkan keteraturan peristaltik 2. mengetahui tanda dan gejala
usus gangguan pada gastrointestinal
2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, 3. membantu pasien dalam memenuhi
konsistensi, volume feses aktifitas secara mandiri
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik, 4. mengurangi rasa tidak nyaman
sesuai toleransi diperut
4. Anjurkan pengurangan asupan makanan 5. makanan yang tinggi serat dapat
yang meningkatkan pembentukan gas meningkatkan keteraturan perstaltik
5. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang usus
mengandung tinggi serat 6. untuk memenuhi kebutuhan cairan
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, pasien
jika tidak ada kontraindikasi 7.
Kolaborasi
Kolaborasi Membatu mengurangi konstipasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria anal,
jika perlu
3 Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui penyebab, tanda
maka tingkat ansietas menurun, berubah (mis: kondisi, waktu, stresor) dan gejala awal ansietas
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan mengambil 2. Agar dapat membandingkan
1. Verbalisasi kebingungan keputusan pengambilan keputusan pasien awal
menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan saat ini
2. Perilaku gelisah menurun dan nonverbal) 3. Untuk dapat memperhatikan kondisi
3. Perilaku tegang menurun pasien
4. Konsentrasi membaik Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk Terapeutik
menumbuhkan kepercayaan 1. Agar pasien dapat merasakan
2. Temani pasien untuk mengurangi kenyamanan saat mengungkapkan
kecemasan, jika memungkinkan perasaannya
3. Pahami situasi yang membuat ansietas 2. Untuk mengurangi rasa cemas pada
4. Dengarkan dengan penuh perhatian pasien
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan 3. Untuk mengantisipasi kenyamanan
meyakinkan kondisi pasien
6. Tempatkan barang pribadi yang 4. Untuk menimbulkan rasa nyaman
memberikan kenyamanan pada pasien
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang 5. Agar pasien merasa diperhatikan
memicu kecemasan 6. Untuk menimbulkan rasa saling
8. Diskusikan perencanaan realistis percaya satu sama lain
tentang peristiwa yang akan dating 7. Untuk memfasilitasi kenyamanan
pasien
8. Memberi support agar pasien tidak
merasa bingung
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi 1. Memberikan penjelasan kepada pasien
yang mungkin dialami sesuai dengan situasi pasien
2. Informasikan secara faktual mengenai 2. Memberikan penjelasan sesuai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis prognosis pasien
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama 3. Agar pasien tidak merasa kesepian dan
pasien, jika perlu mendapatkan support
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang 4. Untuk menyesuaikan diri pasien
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan dengan kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan 5. Untuk mengetahui sejauh apa tingkat
persepsi kecemasan pasien
6. Latih kegiatan pengalihan untuk 6. Memberikan teknik relaksasi pada
mengurangi ketegangan pasien
7. Latih penggunaan mekanisme 7. Untuk menguatkan psikologi pasien
pertahanan diri yang tepat 8. Untuk memberikan rasa nyaman
8. Latih Teknik relaksasi pasien secara mandiri

Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika Mengurangi kecemasan
perlu

4 Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
maka tingkat nyeri menurun, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri dari pasien
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan 2. mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
2. Meringis menurun memperingan nyeri pasien
3. Sikap protektif menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 3. mengetahaui hal-hal yang dapat
4. Gelisah menurun hidup memperberat ataupun memperingan
5. Kesulitan tidur menurun nyeri yang dirasakan pasien
6. Frekuensi nadi membaik Terapeutik 4. mengetahui seberapa besar rasa nyeri
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mempengarui kualitas hidup pasien
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, Terapeutik
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi 1. mengurangi tingkat nyeri pasien/
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi mengalihkan pasien dari rasa nyerinya
bermain) 2. mengurangi resiko factor yang dapat
2. Kontrol lingkungan yang memperberat memperberat nyeri/menimbulkan nyeri
rasa nyeri (mis: suhu ruangan, 3. mengalihkan dan memenuhi kebutuhan
pencahayaan, kebisingan) istrahat pasien
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Edukasi 1. Memberikan informasi terkait nyeri
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu yang dirasakan pasien
nyeri 2. Membantu pasien mengatasi saat rasa
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri nyeri muncul
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 3. Pasien dapat mengetahui sendiri
4. Ajarkan Teknik non farmakologis untuk karakteristik, penyebak, lokasi saat nyeri
mengurangi nyeri muncul
4. Memudahkan pasien untuk mengotrol
nyeri dengan cara sederhana

Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Mengurangi/ Menghilangkan Rasa Nyeri
Yang dirasakan pasien
5 Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan Untuk mengetahui gejala awal proses
maka tingkat infeksi menurun, sistemik infeksi
dengan kriteria hasil:
1. Demam menurun Terapeutik Terapeutik
2. Kemerahan menurun 1. Batasi jumlah pengunjung 1. Mengurangi risiko kontaminasi
3. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area mikroorganime
4. Bengkak menurun edema 2. Mempercepat proses penyembuhan
5. Kadar sel darah putih 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah luka
membaik kontak dengan pasien dan lingkungan 3. Menurunkan kontaminasi silang
pasien 4. Mengurangi kontaminasi
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien mikroorganisme
berisiko tinggi
Eduukasi
Edukasi 1. Memberikan informasi kepada pasien
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi terkait tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan 2. Menurunkan kontaminasi silang
benar 3. Mencegah penyebaran mikroorganime
3. Ajarkan etika batuk saat batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka 4. Mendeteksi tanda infeksi secara
atau luka operasi mandiri
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 5. Nutrisi yang baik meningkatkan daya
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan tahan tubuh terhadap infeksi
6. Membantu proses penyembuhan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu Kolaborasi
Mencegah terjadinya infeksi dan membunuh
bakteri
L. Daftar Pustaka

Alodokter. (2022). diakses pada 22 Oktober 2023 dari


https://www.alodokter.com/hernia-inguinalis
Amrizal, A. (2018). Hernia Inguinalis. Syifa’ MEDIKA: Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 6(1), 1.
Halococ. (2022). Diakses pada 22 Oktober 2023 dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/hernia-inguinalis
Muttaqin, A. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Salemba Medika
Nuruzzaman, M. R. (2019). Abdominal Hernias. Emedicine Speciaties
General Surgery Abdomen. Kesehatan, 4(3), 2.
Rizaldy. (2018). Telaah Kritis Dokumen Clinical Pathway Appendisitis Akut,
Hernia Ingunalis Lateralis Dan Hemorroidektomi Di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Mycological Research, 106(11), 1323–1330.
Sjamsuhidajat. (2016). Buku Ajar Ilmu Bedah. Nurse Journal, 2, 1–7
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai