Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

A. DEFINISI HERNIA
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding
rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu
berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar
berupa bagian dari usus. Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeorotik dinding perut, dimana hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia (Nurarif & Kusuma, 2015).
Hernia diklasifikasikan dalam beberapa jenis adalah sebagai berikut
(Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Jenis hernia menurut letaknya:
a. Hernia Hiatal, adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan)
turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (thorax).
b. Hernia Epigastrik, terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak
dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif
lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong
kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia Umbilikal, berkembang di dalam dan sekitar umbilicus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Hernia jenis ini biasanya
secara bertahap sebelum usia 12 tahun.
d. Hernia Inguinalis, adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa
menyebutnya “turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui
celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut yang lembut, kecil,
dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena hernia ini.
Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia Femoralis, merupakan hernia yang muncul sebagai tonjolan di
pangkal paha. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkn laki-laki.
f. Hernia Insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi melalui luka pasca
operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang
terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g. Hernia Nekleus Pulposi (HNP), hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang. Di antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang
menyerap guncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mortilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi hernia diskus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciastica). HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
2. Jenis hernia menurut sifatnya dibagi atas:
a. Hernia Reponibel atau Reducible, yaitu isi hernia masih dapat
dikembalikan ke kavum abdominalis lagi tanpa operasi. Pada hernia ini
usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk dan tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
b. Hernia Ireponibel, yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini juga disebut dengan hernia
akreta (accretes yaitu perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia Strangulata atau Inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia. Hernia ini berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
varikulasi. Hernia strangulate mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh darah
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat
karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
B. ETIOLOGI
Hernia dapat di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kongenital
Risiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Pasien dengan penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Nurarif & Kusuma,
2015).
3. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
4. Ibu hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
5. Pengangkatan beban berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

C. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum
ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital, pada orang tua kanalis tersebut telah menutup
namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate (Nurarif & Kusuma, 2015).
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis. Kelemahan
dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding abdominalis
sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya penahanan
maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis yang tipis,
sehingga usus dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser kebawah atau
keatas sesuai celah kelemahan dingding abdominalis. Usus yang menembus
dinding akan terjepit sehingga menimbulkan asam laktat meningkat yang
membuat penderita merasakan mual dan muntah dan sakit di daerah perut
(Mansjoer, 2013).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
di lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai hematuria (kencing
darah) di samping benjolan di bawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai
sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit.
3. Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada
sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau
tidak.
4. USG abdomen : untuk menentukan isi hernia

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), penanganan hernia ada dua macam yaitu:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat
kambuh kembali, yang terdiri atas:
a. Reposisi
Merupakan suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual, dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai kedua tangan
dan tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik di daerah sekitar hernia yang
menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak untuk
dilakukan operasi.
2. Pembedahan atau Operatif
a. Herniotomy
Tindakan pembedahan dengan membuka dan memotong kantong hernia
serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Tindakan pembedahan dengan mengembalikan isi kantong hernia ke
dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus
ke ligamen inguinal.
c. Hernioplasty
Tindakan pembedahan dengan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.
pengkajian memberikan dasar penentuan penegakan diagnose keperawatan yang
akurat, yang terbagi atas:
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
1) Data Subjektif
Merupakan keluhan yang dirasakan oleh pasien dan diutarakan secara
langsung dimana keluhan tersebut mengganggu aktivitas pasien. Pada
anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan adanya
benjolan akibat masuknya material melalui kanalis inguinal bisa
bersifat hilang timbul atau juga tidak. Keluhan nyeri hebat bersifat akut
berupa nyeri terbakar. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
2) Data Objektif
Merupakan data keluhan pasien yang dapat dilihat secara langsung
berupa pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi
perut kanan bawah, pasien tampak menangis, pasien tampak lemas, dan
lain-lain.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada
respon biasanya keluhan yang ada berupa adanya benjolan setelah
mengalami aktivitas peningkatan tekanan intraabdominal, seperti batuk,
bersin, atau mengejan. Bila sudah terjadi stranggulasi akan didapatkan
keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan kelelahan pasca nyeri
sering didapatkan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan tidak
ditemukan penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes dengan
luka di perut sangat beresiko terjadinya penghambatan proses
penyembuhan luka.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, yang cenderung
diturunkan secara genetik.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
2) Thorax
Adanya penonjolan di dada akibat kerongkongan turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus (pada hernia hiatal)
3) Abdomen
Adanya penonjolan pada rongga perut atau bisa muncul juga pada
umbilikal (hernia umbilikal)
4) Genetalia
Adanya penonjolan di selangkangan atau skrotum (pada hernia
inguinalis)
5) Ekstremitas
Adanya penonjolan di pangkal paha (pada hernia femoralis)
6) Sistem Neurologi
Adanya nyeri abdomen atau nyeri di daerah sekitar hernia.
7) Eliminasi
Terjadi perubahan pola eliminasi
8) Integritas ego
Stress timbul baik emosional maupun fisik, emosi labil.
9) Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri pada daerah sekitar hernia
h. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik seperti
Sinar X abdomen, USG Abdomen dll.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
5. Risiko infeksi
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital pasien. 1. Mengetahui keadaan umum
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 jam, pasien.
agen cidera biologis diharapkan nyeri pasien dapat 2. Kaji skala nyeri, intensitas, 2. Mengetahui skala nyeri,
berkurang atau dapat dikontrol frekuensi, lokasi, waktu dan intensitas, frekuensi, lokasi,
dengan kriteria hasil: penyebab nyeri. waktu, dan penyebab nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri. pasien.
2. Nyeri berkurang dengan 3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi. 3. Melemaskan otot-otot dan
melakukan manajemen nyeri. mengurangi spasme.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Dengan memeberikan analgetik,
intensitas, frekuensi, dan tanda- analgetik. dapat mengurangi nyeri pasien.
tanda nyeri).
4. Pasien tampak relax.
5. TTV dalam batas normal yaitu
N: 60-100x/mnt, S: 36-37,5oC,
RR: 18-20x/mnt, TD: 110-
120/70-80 mmHg.

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital pasien 1. Mengetahui keadaan umum
nutrisi kurang dari keperawatan selama …. x 24 jam pasien.
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi terpenuhi dengan
berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Observasi intake pasien (makan 2. Mengawasi masukan makanan
mual, muntah 1. Peningkatan nafsu makan dan minum) kalori atau kualitas kekurangan
2. Pasien dapat menghabiskan porsi konsumsi makanan
makanannya 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Makan dalam porsi kecil sedikit
3. Tidak terjadi penurunan berat memberikan makanan dalam porsi tapi sering dapat merangsang
badan yang berarti kecil tapi sering sesuai diet. nafsu makan dan memudahkan
untuk diterima oleh lambung
4. Delegatif dalam pemberian vitamin 4. Menambah nafsu makan.
B complek
3. Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TTV klien 1. Mengetahui keadaan umum klien.
dengan perubahan keperawatan selama ….x 30 menit, 2. Kaji tingkat kecemasan klien. 2. Mengetahui tingkat kecemasan
status kesehatan diharapkan kecemasan klien dapat klien.
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Berikan klien penjelasan mengenai 3. Penjelasan mengenai status
1. Cemas berkurang status kesehatannya kesehatan pasien dapat
2. Klien tidak tampak tegang dan memberikan informasi dan
gelisah lagi menambah pengetahuan klien.
3. TTV dalam batas normal yaitu 4. Ajarkan pasien tektik nafas dalam 4. Membuat klien menjadi lebih
N: 60-100x/mnt, S: 36-37,5oC, relax.
RR: 18-20x/mnt, TD: 110-
120/70-80 mmHg.

4. Defisiensi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui tingkat pengetahuan
pengetahuan keperawatan selama ….x 30 menit, dan keluarga dan pemahaman pasien dan
berhubungan dengan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
kuran pajanan keluarga dapat meningkat dengan pasien
informasi kriteria hasil : 2. Beri KIE pada pasien dan keluarga 2. Menambah pengetahuan pasien
1. Pasien dan keluarga menyatakan tentang status kesehatan pasien keluarga tentang status kesehatan
pemahaman terhadap penyakit pasien
pasien, kondisi dan perawatan 3. Mengajarkan pasien dan keluarga 3. Menambah pengetahuan keluarga
serta pengobatan pasien keluarga cara perawatan pasien mengenai cara perawatan pasien
2. Keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan tenaga kesehatan.
5. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Monitoring TTV pasien 1. Mengetahui keadaan umum
keperawatan selama … x 24 jam, pasien.
diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Pertahankan teknik aseptik dan 2. Mencegah terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: steril (cuci tangan dan gunakan bakteri.
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi APD saat melakukan tindakan
(kalor, dolor, rubor, tumor, keperawatan).
fungsiolaesa). 3. Lakukan perawatan luka. 3. Menjaga luka tetap bersih
2. TTV dalam batas normal yaitu; sehingga mengurangi resiko
N: 60-100x/mnt, S: 36-37,5oC, infeksi bakteri.
RR: 18-20x/mnt, TD: 110- 4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Mencegah terjadinya infeksi.
120/70-80 mmHg. antibiotik.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2015).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, supaya hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu:
1. Nyeri berkurang atau dapat di kontrol
2. Nutrisi dapat terpenuhi
3. Ansietas dapat teratasi
4. Pengetahuan pasien dapat meningkat
5. Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul H. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba


Medika.
Brunner dan Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (2012). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Jakarta: EGC.
Lynda Juall, C. (2015). Diagnosa keperawatan aplikasi praktek dan klinik. Jakarta:
EGC
Masjoer, A. (2013). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Nurarif, A.H dan Kusuma H. (2014). Handbook for health student. Yogyakarta:
MediAction.
Nurarif, A.H dan Kusuma H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA Nic-Nioc jilid 1.Yogyakarta: MediAtion.
Nursalam. (2015). Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Budi. (2012). Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika.
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2015). Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC
Syaifuddin, H. (2014). Anatomi Fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan dan kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Taylor, Chinthia M dan Sheila Sparks Ralph. (2012). Diagnosa keperawatan dengan
rencana asuhan. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, Esti (2012). Buku Saku Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai