Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit hernia
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Huda
dan Kusuma, 2016).

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. Hernia adalah kelemahan dinding
otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau struktur abdominal yang
lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di
dalam dinding abdominal, melewati diafragma atau melewati struktur lainnya di rongga
abdominal (Ignatavicius, 2006).

Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a.   Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi dan anak kecil.

b.  Hernia Inguinalis Medialis (direk)


Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.

c.   Hernia femoralis


Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.

d.  Hernia umbilikalis


Batang usus melewati cincin umbilical. Sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi
yang tidak adekuat.
e.   Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
a.   Hernia reponibel
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel
ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b.   Hernia ireponibel
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.

c.   Hernia inkaserata
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini
lebih dimaksudkan hernia irreponibel

d.   Hernia strangulata 
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

1.2 Etiologi
Menurut Huda dan Kusuma (2016), hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.2.1 Kongenital
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan
otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.

1.2.2 Obesitas
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal
ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.

1.2.3 Ibu hamil


Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama
pada daerah rahim dan sekitarnya.

1.2.4 Mengejan
Mengejan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

1.2.5 Pengangkatan beban berat


Mengangkat beban berat juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-
abdomen.

1.3 Tanda gejala


Menurut Huda dan Kusuma (2016), tanda gejala hernia adalah sebagai berikut:
1.3.1 Berupa benjolan keluar msuk/keras dan yang sering tampak benjolan di lipat paha
1.3.2 Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
1.3.3 Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
1.3.4 Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas
1.3.5 Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kecing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha
1.3.6 Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak
nafas
1.3.7 Bila mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

1.4 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena
adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Apabila hal ini terjadi, maka resiko HNP hanya menunggu waktu trauma
berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.

Herniasi nucleus pulposus dapat mencapat ke korpus tulang belakang di atas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Jika terjadi peninggian
tekanan pada diskus intervertebralis secara tiba-tiba dan berlangsung lama makan materi
nucleus pulposus akan menonjol mengisi annulus fibrosus yang rusak. Penonjolan
nucleus ke belakang lateral dan menekan saraf radiks dorsalis (mengandung serat saraf
sensorik) yang berjalan dalam kanalis vertebralis akan meninmbulkan rasa nyeri.
Gerakan-gerakan yang merubah posisi tulang belakang seperti membungkuk, bersin dan
batuk akan menambah nyeri. Kerusakan pada diskus intervertebralis ini dapat
disebabkan karena prose degenerative misalnya makin berkurangnya daya lentur,
menurunnya jaringan kolagen, dan menurunnya kandungan air dengan bertambahnya
usia, trauma tulang belang, faktor genetik, operasi tulang belakang, kelainan postur
seperti kifosis, lordosis, karena kelainan tulang belakang lainnya seperti spondilitis,
spinal stenosis.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Menurut Huda dan Kusuma (2016), pemeriksaan penunjang hernia adalah sebagai
berikut:
1.5.1 Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus
1.5.2 Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit

1.6 Komplikasi
1.6.1   Hernia berulang,
1.6.2   Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
1.6.3   Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
1.6.4   Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
1.6.5   Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
1.6.6   Fostes urin dan feses,
1.6.7   Residip,
1.6.8   Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
1.7 Penatalaksaan
Menurut Huda dan Kusuma (2016), penatalaksaan hernia ada dua macam, yaitu:
1.7.1 Konservatif (Townsend CM)
Pengobaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi, bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali,
terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam cavum
peritonil atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi
dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua
tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate kecuali
pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol didaerah sekitar hernia
yang menyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonil
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi

1.7.2 Operatif
Operasi hernia dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis

b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)

c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
1.8 Pathway

Faktor pencetus:
Aktivias berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal,
intraabdominal tinggi, adanya tekanan Hernia

Hernia umbilikalis Hernia para umbilikalis Hernia inguinalis


kongenital
Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki
Masuknya omentum organ dinding abdomen celah inguinal
intestinal kekantong
umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
inguinal yang lemah
Gangguan suplai darah ke
intestinal Ketidaknyamanan
abdominal Benjolan pada region
inguinal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah
relatif/konservatif Diatas ligamentum iguinal
mengecil bila berbaring
Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Nafsu makan menurun


Peristaltik usus menurun
Resti perdarahan
Resti infeksi Intake makanan inadekuat

Terputusnya jaringan Ketidakseimbangan


saraf nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri

Kantung hernia memasuki


Hernia insisional
celah insisi

Kantung hernia memasuki


Heatus hernia rongga thorak

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan hernia


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Hernia dapat terjadi dengan gejala nyeri, mual dan muntah.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain,
dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek
samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh
penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada
klien dengan Hernia berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit
serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum
OAT.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi di dalam rumah.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


a.   Inspeksi daerah Inguinal dan femoral
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau
sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua
Hernia ditemukan di daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas
dilihat dari pada diraba. Ajak pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk
atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk
melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh
nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah
tersebut.

b.   Palpasi Hernia Inguinal


Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan
memeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum
kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin
inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan
bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul
kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar
dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal
eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk
ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien
untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya
ada Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan
jari pemeriksa. Jika ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan
perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut
dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan dengan
kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan,
tindakan ini tidak menimbulkan nyeri (Tambayong, 2000).

Pengkajian pasien Pre operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :


1.    Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.    Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
3.    Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/
ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering
(pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4.    Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5.    Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi imun (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek
dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfusi darah / reaksi transfuse.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6.    Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretik, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


Menurut Huda dan Kusuma (2016), pemeriksaan penunjang hernia adalah sebagai
berikut:
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat
2.2.2 Batasan karakteristik
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan

2.2.3 Faktor yang berhubungan


Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Asuhan


Keperawatan Praktis, 396)
2.2.4 Definisi
Asuhan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic

2.2.5 Batasan karakteristik


a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menghindari makanan
d. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e. Mual dan muntah

2.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level

b. Kriteria hasil
1. Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri(skala, frekuensi dan tanda nyeri)

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


a. Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui keadaan nyeri
b. Intervensi : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui adanya nyeri
c. Intervensi : Ajarkan tentang penanganan nonfarmakologi, manajemen nyeri
Rasional : Manajemen nyeri membuat pasien merasa lebih nyaman
d. Intervensi : Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan untuk
nyeri tidak berhasil
Rasional : Membantu mengurangi nyeri

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Asuhan


Keperawatan Praktis, 396)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1. Nutritional status
2. Fluid intake
3. Weight control
b. Kriteria hasil
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


a. Intervensi : Kaji adanya alergi makanan
Rasional : Untuk mengetahui adanya alergi
b. Intervensi : Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : Pemerian informasi agar pasien mengerti pentingnya nutrisi untuk
kebutuhan tubuh
c. Intervensi : Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan tubuh
d. Intervensi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang diperlukan pasien
Rasional : Untuk pemenuhan nutrisi yang sesuai

2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
S : - Klien mengatakan nyerinya berkurang
- Klien mengatakan selera makannya baik
O : - Tekanan darah klien normal
- Frekuensi jantung klien normal
- Frekuensi pernafasan klien normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2.4.2 Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Asuhan


Keperawatan Praktis, 396)
S : - Klien mengatakan makannya baik
O : - Klien mau menghabiskan makannya
- Nyeri abdomen klien berkurang
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
- Nama : Tn. A
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 50 tahun
- Alamat : Paku Alam
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Petani
- Status Perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Suku/Bangsa : Banjar
- Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2019
- Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2019
- Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkasereta
- No. RM : 3822xx

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


- Nama : Tn. M
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Umur : 36 tahun
- Pekerjaan : Swasta
- Alamat : Paku Alam
- Hubungan dengan klien : Anak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan merasa nyeri:
P: benjolan di atas skrotumnya (hernia inkasereta)
Q: seperti pedih
R: pada bagian lipatan paha kanan
S: 6 (sedang) (skala 1-10)
T: tidak menentu, terutama saat klien bergerak

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang


Nyeri perut klien dimulai pada hari sabtu siang SMRS pada hari Senin, 19 maret 2019
klien sempat di infus dirumah oleh mantri disana. Klien dirawat dikarenakan
didiagnosa Dokter di poli menderita penyakit hernia dan disarankan untuk operasi.
Klien juga merasa pusing, mual, dan ada muntah ±5x pada hari Selasa, 20 maret 2019.
Klien juga mengatakan bahwa klien sebelum juga merasa pusing, mual dan ada muntah
beberapa hari yang lalu, sudah 3 hari tidak ada BAB dan buang angin. Klien hanya
menginginkan berbaring saja (supine) karena dirasa lebih nyaman dan tidak pusing,
namun kadang tetap mual dan muntahnya. Klien sesekali menampakkan wajah
meringis menahan nyerinya.

3. Riwayat Kesehatan /Penyakit Dahulu


Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat darah tinggi.
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Keluarga menyebutkan saudara dari klien juga memilik penyakit darah tinggi namun
tidak ada memiliki penyakit benjolan seperti yang diderita klien

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (Tn. A)
----- : Tinggal serumah

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
1.1 Tanda-Tanda Vital:
TD : 160/90 mmHg (Normalnya: 120/80 mmHg)
Nadi : 95x / menit (Normalnya: 60-100x/menit)
Respirasi : 22x/ menit (Normalnya: 12-20x/menit)
Suhu : 36,0°C (Normalnya: 36,0-37,5°C)
1.2 Tingkat kesadaran klien compos mentis, GCS klien 4,5,6, dengan:
1) Eyes : 4 : Spontan
3 : Terhadap perintah
2 : Terhadap nyeri
1: Tidak ada respon

2) Verbal :5 : Terorientasi
4 : Bingung
3 : Kata-kata tidak teratur
2 : Tidak dapat dimengerti
1 : Tidak ada

3) Motorik: 6 : Mematuhi perintah


5 : Melokalisasi nyeri
4 : Penarikan karena nyeri
3 : Fleksi abnormal
2 : Ekstensi abnormal
1 : Tidak ada respon

2. Kulit
Keadaan kulit klien lembab, terlihat bersih, turgor kulit <2 detik, warna kulit
kecoklatan, tidak terdapat luka dan kelainan pada kulit klien.
3. Kepala dan Leher
Bentuk kepala normal, rambut klien hitam dan ada putih-putihnya, tidak terdapat
pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

4. Penglihatan dan Mata


Penglihatan klien normal, klien dapat melihat nama pada tanda pengenal perawat pada
jarak 2 meter. Konjungtiva, sclera normal (tidak ada animes). Klien tidak menggunakan
alat bantu penglihatan.

5. Penciuman dan Hidung


Hidung klien normal, tidak terdapat kelainan pada hidung. Penciuman klien normal,
tidak terdapat polip, peradangan, sekret pada hidung klien. Klien tidak menggunakan
alat bantu pernafasan.

6. Pendengaran dan Telinga


Telinga klien normal, simetris, bersih dan tidak ada gangguan pendengaran. Klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran

7. Mulut dan Gigi


Mulut klien bersih, gigi klien sudah ada yang tidak ada dan ada beberapa yang
berlubang, klien tidak mengalami gangguan menelan, tidak terdapat peradangan dan
kelainan pada mulut klien.

8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi


8.1 Inspeksi : Klien tidak mengalami sesak nafas, ekspansi dada klien terlihat
simetris, tidak terlihat retraksi dinding dada dan penggunaan otot
bantu nafas, frekuensi nafas 22 x/menit.
8.2 Palpasi : Taktil premitus klien teraba
8.3 Perkusi : Suara perkusi paru klien sonor
8.4 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi nafas tambahan
8.5 Sirkulasi : ada mengeluh pusing, posisi duduk meningkatkan perasaan pusing,
perfusi darah ke perifer baik, CRT < 2 detik, konjungtiva normal,
kulit teraba lemab dan bibir terlihat lembab. BAK tidak ada
mengalami gangguan.

9. Abdomen
9.1 Inspeksi : Abdomen klien terlihat kembung, warna kulit klien normal
(kecoklatan), dan ada terdapat benjolan pada daerah inguinal lateral
(sebelah kanan bawah abdomen bagian simpisis pubis tepatnya di atas
skrutom)
9.2 Auskultasi : Peristaltik usus 7x/menit (penurunan)
9.3 Palpasi : teraba kembung, terdapat benjolan dan pada abdomen klien (inguinal),
turgor kulit klien < 2 detik. Teraba massa pada inguinal, massa teraba
lunak, tidak bisa masuk kedalam dan sakit ketika ditekan denga tinggi
benjolan ±1cm dan panjang ±7 cm.
9.4 Perkusi : Bunyi perut klien hipertimpani
10. Genetalia dan Reproduksi
Keadaan genetalia dan system reproduksi klien normal
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Keadaan ekstremitas klien baik, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, klien
tidak mempunyai kelainan dan trauma pada ekstremitas atas dan bawah.
Skala kekuatan otot: Sinistra Dekstra
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Keterangan:
0 : Kontraksi otot tidak terdeteksi
1 : Kontraksi yang lemah tanpa terlihat gerakan sendi
2 : Pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi
3 : Pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawan tahanan
4 : Pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5 : Pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya kelelahan otot

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Aktivitas dan Istirahat (Dirumah/Sebelum Sakit dan Dirumah Sakit/Saat Sakit)
Di Rumah : Klien selalu melakukan aktivitas dirumah secara mandiri.
Di RS : Klien dirumah sakit terbaring di bed dengan posisi supine, karena ketika
bangun menambah pusing dirinya. Sesekali pasien bisa bangun sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Skala aktivitas klien 2, dengan:
1 : Mandiri
2 : Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
3 : Memerlukan bantuan/pengawasan/bimbingan sederhana
4 : Memerlukan bantuan/pengawasan orang lain dan alat bantu
5 : Tergantung secara total

2. Personal Hygiene
Di Rumah : Klien selalu mandi 2x sehari. Klien rutin keramas dan menggosok gigi
pada saat dirumah.
Di RS : Klien tidak dapat mandi saat dirumah sakit, klien hanya diseka oleh
keluargaya dan belum ada menggosok gigi.

3. Nutrisi
Di Rumah : Nafsu makan klien baik, klien makan 3x sehari. Klien tidak mempunyai
alergi terhadap makanan

Di RS : Klien belum ada makan karen maras mual dan muntah, hanya ada minum
sedikit. Menu diet klien bubur biasa, tinggi kalori tinggi protein.

4. Eliminasi
Di Rumah : Klien tidak mempunyai keluhan pada saat eliminasi, klien BAK 3-4x
sehari dan BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak berbentuk
Di RS : Klien selama dirumah sakit belum ada BAB. Tidak ada masalah dengan
BAK klien karena 3-4x sehari.
5. Seksualitas
Klien tidak mempunyai gangguan seksualitas. Anatomi dan fisiologisnya tidak ada
kecacatan ataupun mengalami gangguan.

6. Psikososial
Klien berkomunikasi menggunakan bahasa daerah (banjar), keadaan emosional baik,
kooperatif kepada lawan bicara, hubungan klien dengan keluarga klien baik, hubungan
klien dengan pasien lain baik, hubungan klien dengan dokter dan perawat baik, klien
menerima penyakitnya dan berharap sakitnya bisa segera sembuh.

7. Spiritual
Klien selalu sholat 5 waktu pada saat sebelum sakit. Pada saat sakit klien tidak mampu
melakukan sholat. Klien menganggap sakitnya adalah cobaan dari Tuhan agar dia tidak
pernah lupa bersyukur atas apa yang selalu diberikan Tuhan. Klien yakin bahwa
sakitnya akan segera sembuh.

E. DATA FOKUS
PRE OPERASI
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Nanda, 00132)
Data Subjektif : klien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah
P: benjolan di atas skrotum (hernia inkasereta)
Q: seperti pedih
R: pada bagian lipatan paha kanan
S: 6 (sedang) (skala1-10)
T: tidak menentu, terutama saat klien bergerak
Data Objektif : ada eksperi wajah meringis

Inspeksi : tampak benjolan di daerah simpisis pubis sebelah kanan


Auskultasi : -
Palpasi : tinggi benjolan ±1 cm dengan panjang ±7 cm, teraba lunak dan tidak
bisa masuk kedalam disertai rasa sakit ketika ditekan.
Perkusi : -

Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,0 °C

b) Risiko Aspirasi (Nanda, 00039)


Faktor risiko:
- Klien mengatakan merasa pusing mual dan muntah, pasien sudah muntah ±5x. Dan
hanya ingin berbaring teletang walaupun kadang-kadang masih ingin muntah, sudah
3 hari tidak ada BAB dan buang angin
- Terlihat posisi klien supine. Klien terlihat nyaman dengan posisi supine walaupun
terkadang terlihat tetap mual dan muntah
- Muntahan klien berwarna kecoklatan dan agak kental
- Inspeksi: abdomen klien terlihat kembung
- Auskultasi: bising usus 7 x/m
- Palpasi: abdomen klien teraba kembung
- Perkusi: hipertimpani (semua kuadran)

Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,0 °C

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan: 03 Maret 2019
Laboratorium
No. Jenis Hasil Nilai rujukan
1. Blood Glucose Random 136 mg/dl Dws 78-120,0 mg/dl
2. Blood Urea 17,8 mg/dl 4,5-23,0 mg/dl
3. Creatinine 1,8 mg/dl Lk. 07-1,2 / Pr. 0,6-1,0 mg/dl
4. Aspartat Transaminase (GOT) 26 U/L Lk. 10-37 / Pr. 8-31 U/L
5. Alanin Transaminase (GPT) 20 U/L Lk. 12-40 / Pr. 10-32 U/L
6. Bleeding time 2 menit 1 – 4 menit
7. Clotting time 4 menit 2 – 6 menit

No. Jenis Hasil Nilai rujukan


1 WBC 13,24 [10^3/uL] 4,0-11,0
2 RBC 5,35 [10^6/uL] 4,0-5,0
3 HGB 15,5 g/dl 12,3-15,3
4 HCT 48,6 % 35-47
5 MCV 90,8 fl 80-96
6 MCH 29,0 pg 28-33
7 MCHC 31,9 g/dl 33-36
8 PLT 184 [10^3/uL] 150-400
9 RDW-SD 43,2 fl 35-56
10 RDW-CV 12,7 % 11-16
11 PDW 16,7 fl 15,0-17,0
12 MPV 12,2 fl 7,0-11,0

G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)


1. Ceftriaxone
2. Ranitidin
3. Antrain
4. Infus RL

H. TERAPI SAAT INI


Nama Obat Komposisi Golongan Indikasi / Dosis Cara
Obat Kontraindikasi Pemberian
Ceftriaxone Tiap vial Antibiotik Indikasi: 2x1 Injeksi
Ceftriaxone cephalosp  Infeksi saluran gr intravena
mengandung orin pernapasan
ceftriaxone  Infeksi saluran
sodium setara kemih
dengan
 Infeksi gonore
ceftriaxone 1
gram.  Sepsis
 Meningitis
 Infeksi tulang dan
jaringan lunak
 Infeksi kulit
Kontraindikasi:
Hipersensitif
terhadap Ceftriaxone
atau sefalosporin
lainnya.
Ranitidin Tiap ml Antihista 2x1 Injeksi
injeksi min Indikasi: amp intravena
mengandung Untuk pasien rawat
Ranitidin HCI inap di RS dengan
setara dengan keadaan hipersekresi
ranitidine patologis atau ulkus
25mg usus dua belas jari
yang sulit diatasi
atau sebagai
pengobatan
alternative jangka
pendek pemberian
oral pada pasien
yang tidak bisa
diberi ranitidine
oral.
Kontraindikasi:
Hipersensitif
Infus RL Per 1000 Normal 20 Intravena
mL Natrium saline Indikasi: tpm
laktat 3,1 Mengembalikan
gram, NaCl 6 keseimbangan
gram, KCl 0,3 elektrolit pada
gram, dehidrasi
CaCl2 0,2 Kontraindikasi:
gram, air Hipernatremia,
untuk injeksi kelainan ginjal,
ad 1,000 mL kerusakan sel hati,
laktat asidosis
Antrain Metamizole Antiinfla 3x1 Injeksi
masi Indikasi:
amp intravena
nonsteroid Untuk kasus-kasus
nyeri akut dan parah
setelah operasi
pembedahan atau
trauma, nyeri karena
tumor, kolik ginjal
dan empedu dan
suhu tinggi yang
tidak mempan
dengan obat lain.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas
terhadap metamizol,
penyakit hati dan
ginjal, penyakit
hematologi (anemia,
aplastik, leukopenia
dan agranulositosis),
hamil trimester
pertama dan ketiga
dan pemberian tidak
boleh parenteral
pada anak dibawah 1
tahun.
I. ANALISIS DATA PRE OPERASI
No Tanggal / Jam Data Fokus Etiologi Problem
.
1. 20 Maret 2019 Ds : Agen cedera biologis Nyeri akut (Nanda,
- Klien mengatakan nyeri pada (hernia inkasereta) 00132)
bagian perut bawah
P : benjolan di atas skrotum
(hernia inkasereta)
Q : Seperti pedih
R : Pada bagian lipatan paha
kanan
S : 6 (sedang) (skala 1-10)
T : Tidak menentu, terutama
saat klien bergerak
Do:
- Tampak benjolan di daerah
simpisis pubis sebelah kanan
- Dengan tinggi benjolan ±1
cm dengan panjang ±7 cm
- Lunak ketika ditekan dan
tidak bisa masuk kedalam
disertai rasa sakit ketika
ditekan
- Dan ada ekspresi wajah
meringis

TTV :
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95x / menit
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 36,0°C
2 20 Maret 2019 Faktor Resiko: - Risiko aspirsi
- Klien mengatakan merasa (Nanda, 00039)
pusing mual dan muntah,
pasien sudah muntah ±5x.
Dan hanya ingin berbaring
telentang walaupun kadang-
kadang masih ingin muntah
- Terlihat posisi klien supine.
Klien terlihat nyaman
dengan posisi supine walau
terkadang terlihat tetap mual
dan muntah
- Muntahan klien berwarna
kecoklatan dan agak kental
- Inspeksi: terlihat kembung
- Palpasi: teraba kembung
- Perkusi: hipertimpani
(semua kuadran)
- Bising usus 7 x/m

TTV:
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95x / menit
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 36,0°C

J. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (hernia inkasereta) (Nanda, 00132)
2. Risiko aspirasi (Nanda, 00039)
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
No No. Diagnosa Diagnosa Nursing Outcome Nursing Rasional
. Keperawatan Intervention
1. 00132 Nyeri akut  Pain level, 1. Lakukan 1. Untuk
berhubungan  pain control, pengkajian nyeri mengetahui
dengan agen  comfort level secara daerah nyeri,
cedera Setelah dilakukan komprehensif kualitas, kapan
biologis tindakan keperawatan termasuk lokasi, nyeri dirasakan,
(hernia selama 1x6 jam satu karakteristik, faktor pencetus,
inkasereta) shift dinas nyeri klien durasi, frekuensi, berat ringannya
dapat diatasi, dengan kualitas dan nyeri yang
kriteria hasil: faktor presipitasi dirasakan
 Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab 2. Kaji tipe dan 2. Untuk
nyeri, mampu sumber nyeri menentukan
menggunakan tehnik untuk penanganan
nonfarmakologi menentukan selanjutnya
untuk mengurangi intervensi
nyeri, mencari
bantuan) 3. Monitor vital sign 3. Untuk
mengetahui
 Melaporkan bahwa keadaan umum
nyeri berkurang klien
dengan menggunakan 4. Ajarkan tentang 4. Agar
manajemen nyeri teknik non mengurangi rasa
farmakologi: nyeri klien
 Mampu mengenali relaksasi,
nyeri (skala, distraksi
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri) 5. Tingkatkan 5. Meningkatkan
istirahat rasa nyaman
 Menyatakan rasa klien
nyaman setelah nyeri
berkurang (Skala:3) 6. Berikan informasi 6. Agar klien
tentang nyeri mengetahui
 Tanda vital dalam seperti penyebab tindakan yang
rentang normal nyeri, berapa dapat dilakukan
lama nyeri akan untuk
berkurang dan mengurangi
antisipasi nyeri
ketidaknyamanan
dari prosedur
7. Tindakan 7. Tindakan
kolaborasi kolaborasi untuk
Pemberian obat mengurangi
antiinflamasi nyeri
nonsteroid:
Antarain
2 00039 Risiko  Fungsi 1. Kaji risiko 1. Menentukan
aspirasi gastrointestinal terjadinya aspirasi tindak lanjut
Setelah dilakukan keperawatan
tindakan keperawatan selanjutnya
selama 1x6 jam satu 2. Posisikan klien 2. Posisi
shift aspirasi tdak dengan nyaman mengurangi
terjadi, dengan kriteria penyebab
hasil: aspirasi
 Melaporkan mual 3. Monitor vital sign 3. Untuk
dan muntah sudah klien sebelum dan mengetahui
tidak ada sesusudah intubasi keadaan umum
 Refluks lambung gastrointestinal klien
(muntah) tidak ada 4. Pemasangan 4. Mengeluarkan
intubasi cairan residu
 Perkusi abdomen
menjadi timpani gastrointestinal lambung
penyebab mual
dan muntah
5. Tindakan 5. Meringakan
kolaborasi. sensasi mual
Pemberian obat: muntah klien
Ranitidin

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PRE OPERASI


Hari / Tanggal : Selasa, 20 Maret 2019
No Jam Tindakan No. Diagnosa NANDA Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
.
1. 08.30 wita 00132 1. Melakukan 1. P : benjolan di atas
pengkajian nyeri skrotum
secara Q : Seperti pedih
komprehensif R : Pada lipatan
termasuk lokasi, paha kanan
karakteristik, S : 6 (Sedang)
durasi, frekuensi, (skala 1-10)
kualitas dan T : Tidak menentu
faktor presipitasi
08.35 wita 2. Mengkaji tipe 2. Nyeri terjadi karena
dan sumber nyeri benjolan di atas
untuk skrotum dan
menentukan muncul pada saat
intervensi klien bergerak
11.00 wita 3. Memonitor vital 3. TD : 160/90
sign mmHg
Nadi : 95x / menit
Respirasi: 22 x/m
22x/ menit
4. Mengajarkan Suhu : 36,0°C
08.40 wita
tentang teknik 4. Klien mampu
non farmakologi: melakukan tehnik
relaksasi, relaksasi dan nafas
distraksi dalam
08.45 wita 5. Menganjurkan
untuk 5. Klien melakukan
meningkatkan istirahat
istirahat
13.00 wita
6. Memberikan
informasi tentang 6. Klien mengerti
nyeri seperti tentang keadaan
penyebab nyeri, nyerinya
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
7. Melakukan
tindakan 7. Pemberian
kolaborasi. analgetik
Pemberian obat: mengurangi nyeri
Antrain

2 9.00 wita 00039 1. Mengkaji risiko 1. Risiko muncul


terjadinya aspirasi karena klien
pada klien sering muntah dan
tidak bisa di
posisikan
semifowler.
peningkatan
tekanan
gastrointestinal
09.10 wita 2. Membantu klien 2. Klien merasa
dalam mengatur nyaman dengan
posisinya posisi supine
11.00 wita 3. Memonitor tanda- 3. TD: 160/90 mmHg
tanda vital klien Nadi : 95x / menit
Respirasi: 22 x/m
22x/ menit
09.30 wita 4. Memasang selang Suhu : 36,0°C
NGT 4. Klien mengatakan
masih belum
terbiasa dengan
selang NGTnya.
Keluarnya cairan
13.00 wita 5. Melakukan residu ±1200 ml.
tindakan 5. Pemberian
kolaborasi obat: ranitidin
Ranitidin meringankan
sensai mual dan
muntah
M. EVALUASI KEPERAWATAN (CATATAN PERKEMBANGAN) PRE OPERASI
Hari / Tanggal : Selasa/20 Maret 2019
No. Jam No. Respon Respon Analisa Perencanaan Paraf
Evaluasi Diagnosa Subjektif (S) Objektif (O) Masalah (A) Selanjutnya (P)
NANDA
1. 14.00 00132 Klien Klien terlihat Masalah Intervensi
mengatakan masih meringis belum teratasi dilanjutkan:
rasa nyerinya 1. Lakukan
berkurang, TD: 130/90 pengkajian
tetapi masih mmHg nyeri secara
terasa nyeri Nadi: 87x / komprehensi
menit f termasuk
P : benjolan Respirasi: 20x/ lokasi,
di atas menit karakteristik,
skrotum Suhu: 36,3°C durasi,
Q: Seperti frekuensi,
pedih kualitas dan
R: Pada faktor
lipatan presipitasi
paha kanan 3. Monitor vital
S: 4 (sedang) sign
T : Tidak 5. Tingkatkan
menentu, istirahat
terutama saat 7. Lakukan
klien tindakan
bergerak kolaborasi.
Pemberian
obat
antiinflamas
i nonsteroid:
Antrain

2. 14.00 00039 Klien Perkusi mulai Masalah tidak Hentikan


mengtakan redup terjadi: faktor intervensi
sudah tidak risiko tidak
ada lagi TD: 130/90 ada.
muntah dan mmHg
hanya merasa Nadi: 87x /
mual sedikit menit
Respirasi: 20x/
menit
Suhu: 36,3°C
DATA FOKUS
POST OPERASI
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post op herniotomy) (Nanda, 00132)
Data Subjektif :- Klien mengatakan nyeri pada bagian luka post operasi
P : Luka post op herniotomy
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Pada lipatan paha kanan
S : 5 (sedang) (skala1-10)
T : Tidak menentu, terutama saat klien bergerak

Data Objektif : - Klien tampak meringis saat bergerak


- Terdapat luka post op pada lipatan paha kanan ditutup kasa
sepanjang ± 12 cm

Inspeksi : Klien tampak meringis


Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -

Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86x / menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,2°C

b) Resiko Infeksi (Nanda, 00004)


Inspeksi : Terdapat luka post op herniotomy pada abdomen bagian bawah
ditutup dengan kasa sepanjang ± 12cm
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -

Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86x / menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,2°C

N. ANALISIS DATA POST OPERASI


No. Tanggal / Data Fokus Etiologi Problem
Jam
1. 21 Maret Ds : Agen cedera fisik Nyeri akut (Nanda,
2019 - Klien mengatakan nyeri pada (post op herniotomy) 00132)
bagian luka post operasi
P : Luka post op herniotomy
Q : Seperti seperti tertusuk-
tusuk
R : Pada bagian lipatan paha
kanan
S : 5 (sedang) (skala 1-10)
T : Tidak menentu, terutama
saat klien bergerak
Do:
- Klien tampak meringis saat
bergerak
- Terdapat luka post op pada
lipatan paha kanan ditutup
kasa sepanjang ± 12cm

TTV:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C

2. 21 Maret Faktor resiko: Resiko Infeksi (Nanda,


2019 Terdapat luka post op herniotomy 00004)
pada abdomen bagian bawah
ditutup dengan kasa sepanjang ±
12 cm

TTV:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C

O. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post op herniotomy) (Nanda, 00132)
2. Resiko Infeksi (Nanda, 00004)

P. PERENCANAAN KEPERAWATAN POST OPERASI


No No. Diagnosa Diagnosa Nursing Outcome Nursing Rasional
. Keperawatan Intervention
1. 00132 Nyeri akut  Pain Level, 1. Lakukan 1. Untuk
berhubungan  pain control, pengkajian nyeri mengetahui
dengan agen  comfort level secara daerah nyeri,
cedera fisik Setelah dilakukan komprehensif kualitas, kapan
(prosedur tindakan keperawatan termasuk lokasi, nyeri dirasakan,
invasive selama 1x6 jam satu karakteristik, faktor pencetus,
post op shift dinas klien tidak durasi, frekuensi, berat ringannya
herniotomy) mengalami nyeri, kualitas dan faktor nyeri yang
dengan kriteria hasil: presipitasi dirasakan
 Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab 2. Kaji tipe dan 2. Untuk
nyeri, mampu sumber nyeri menentukan
menggunakan tehnik untuk penanganan
nonfarmakologi menentukan selanjutnya
untuk mengurangi intervensi
nyeri, mencari
bantuan) 3. Monitor vital sign 3. Untuk
mengetahui
 Melaporkan bahwa keadaan umum
nyeri berkurang klien
dengan menggunakan 4. Ajarkan tentang 4. Agar
manajemen nyeri teknik non mengurangi rasa
farmakologi: nyeri klien
 Mampu mengenali relaksasi,
nyeri (skala, distraksi
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri) 5. Tingkatkan 5. Meningkatkan
istirahat rasa nyaman
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri klien
berkurang (skala 3) 6. Berikan informasi
tentang nyeri 6. Agar klien
 Tanda vital dalam seperti penyebab mengetahui
rentang normal nyeri, berapa tindakan yang
lama nyeri akan dapat dilakukan
berkurang dan untuk
antisipasi mengurangi
ketidaknyamanan nyeri
dari prosedur

7. Tindakan
kolaborasi 7. Tindakan
Pemberian obat kolaborasi untuk
antiinflamasi non mengurangi
steroid: Antarain nyeri

2. 00004 Resiko  Immune Status 1. Pertahankan teknik 1. Mencegah


Infeksi  Knowledge : aseptif terjadinya
Infection control infeksi
 Risk control
Setelah dilakukan 2. Cuci tangan setiap 2. Mencegah dari
tindakan keperawatan sebelum dan infeksi
selama 1 x 6 jam sesudah tindakan nasokomial
pasien tidak mengalami keperawatan
infeksi dengan kriteria
hasil: 3. Monitor tanda dan 3. Menghindari
 Klien bebas dari gejala infeksi terjadinya
tanda dan gejala sistemik dan lokal tanda-tanda
infeksi (rubor, infeksi
dulor, kalor, tumor
dan fungsi laese) 4. Tingkatkan 4. Agar kebutuhan
istirahat istrahat klien
 Menunjukkan tercukupi
kemampuan untuk
mencegah 5. Ajarkan klien dan 5. Menggali peran
timbulnya infeksi keluarga tanda dan keluarga dalam
gejala infeksi pencegahan
 Jumlah leukosit infeksi
dalam batas normal
6. Berikan terapi 6. Membantu
 Menunjukkan antibiotik: mencegah dari
perilaku hidup Ceftriaxone infeksi
sehat

 Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam batas normal
Q. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN POST OPERASI
Hari / Tanggal : Rabu, 21 Maret 2019
No Jam Tindakan No. Diagnosa NANDA Tindakan Evaluasi Paraf
. Tindakan
1. 10.00 wita 00132 1. Melakukan 1. P : Luka post op
pengkajian nyeri heriotomy
secara Q : Seperti
komprehensif tertusuk-tusuk
termasuk lokasi, R : Pada lipatan
karakteristik, paha kanan
durasi, frekuensi, S : 5 (sedang)
kualitas dan faktor (skala1-10)
presipitasi T : Tidak
menentu
10.10 wita 2. Mengkaji tipe dan 2. Nyeri terjadi
sumber nyeri karena luka ost
untuk menentukan op dan muncul
intervensi pada saat klien
bergerak
11.00 wita 3. Memonitor vital 3. TD: 140/80
sign mmHg
Nadi : 86x /
menit
Respirasi: 22x/
menit
Suhu : 36,2°C
10.15 wita 4. Mengajarkan 4. Klien mampu
tentang teknik non melakukan tehnik
farmakologi: relaksasi dan
relaksasi, distraksi nafas dalam
10.20 wita 5. Meningkatkan 5. Klien melakukan
istirahat istirahat
10.20 wita 6. Memberikan 6. Klien mengerti
informasi tentang tentang keadaan
nyeri seperti nyerinya
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
13.00 wita 7. Melakukan 7. Pemberian
tindakan antiinflamasi
kolaborasi. mengurangi nyeri
Pemberian obat
antiinflamasi non
steroid: Antrain
2. 10.00 wita 00004 1. Mempertahankan 1. Teknik aseptik
teknik asepttik klien terjaga
2. Mencuci tangan 2. Perawat
09.55 wita setiap sebelum dan melakukan cuci
sesudah tindakan tangan sebelum
keperawatan dan sesudah
melakukan
tindakan
11.00 wita 3. Memonitor tanda 3. Tidak terdapat
dan gejala infeksi tanda dan gejala
sistemik dan lokal infeksi
10.10 wita 4. Meningkatkan 4. Klien melakukan
istirahat istirahat
10.15 wita 5. Mengajarkan klien 5. Klien dan
dan keluarga tanda keluarga
dan gejala infeksi mengerti tentang
infeksi
6. Memberikan terapi 6. Antibiotik
13.00 wita
antibiotik: mengurangi
Ceftriaxone resiko infeksi

Hari / Tanggal : Kamis, 22 Maret 2019


No Jam Tindakan No. Diagnosa NANDA Tindakan Evaluasi Paraf
. Tindakan
1. 21.30 wita 00132 1. Melakukan 1. P : Luka post
pengkajian nyeri op heriotomy
secara Q : Seperti
komprehensif tertusuk-tusuk
termasuk lokasi, R : Pada lipatan
karakteristik, paha kanan
durasi, frekuensi, S : 4 (sedang)
kualitas dan faktor (skala1-10)
presipitasi T : Tidak
menentu
21.40 wita 2. Mengkaji tipe dan 2. Nyeri terjadi
sumber nyeri karena luka ost
untuk menentukan op dan muncul
intervensi pada saat klien
bergerak
22.00 wita 3. Memonitor vital 3. TD: 150/80
sign mmHg
Nadi : 92 x /
menit
Respirasi: 18 x/
menit
Suhu: 36,6°C
21.40 wita 4. Mengajarkan 4. Klien mampu
tentang teknik non melakukan
farmakologi: tehnik relaksasi
relaksasi, distraksi dan nafas dalam
22.00 wita 5. Meningkatkan 5. Klien
istirahat melakukan
istirahat
21.45 wita 6. Memberikan 6. Klien mengerti
informasi tentang tentang keadaan
nyeri seperti nyerinya
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
01.00 wita 7. Melakukan 7. Pemberian
tindakan analgetik
kolaborasi. mengurangi nyeri
Pemberian obat
antiinflamasi non
steroid: Antrain
2. 21.30 wita 00004 1. Mempertahankan 1. Teknik aseptik
teknik aseptik klien terjaga
2. Mencuci tangan 2. Perawat
21.25 wita setiap sebelum dan melakukan cuci
sesudah tindakan tangan sebelum
keperawatan dan sesudah
melakukan
tindakan
21.50 wita 3. Memonitor tanda 3. Tidak terdapat
dan gejala infeksi tanda dan gejala
sistemik dan lokal infeksi
22.00 wita 4. Meningkatkan 4. Klien melakukan
istirahat istirahat
5. Mengajarkan klien 5. Klien dan
21.55 wita dan keluarga tanda keluarga
dan gejala infeksi mengerti tentang
infeksi
01.00 wita 6. Memberikan terapi 6. Antibiotik
antibiotik: mengurangi
Ceftriaxone resiko infeksi
R. EVALUASI KEPERAWATAN (CATATAN PERKEMBANGAN) POST OPERASI
Hari / Tanggal : Rabu/21 Maret 2019
No. Jam No. Respon Respon Analisa Perencanaan Paraf
Evaluasi Diagnosa Subjektif Objektif (O) Masalah (A) Selanjutnya (P)
NANDA (S)
1. 14.00 00132 Klien Klien terlihat Masalah Intervensi
wita mengatakan masih meringis belum teratasi dilanjutkan:
rasa 1. Lakukan
nyerinya P : Luka post op pengkajian
berkurang, herniotomy nyeri secara
tetapi masih Q: Seperti pedih komprehensif
terasa nyeri R: Pada lipatan termasuk
paha kanan lokasi,
S: 4 (sedang) karakteristik,
(skala 1-10) durasi,
T: Tidak frekuensi,
menentu kualitas dan
faktor
TD : presipitasi
150/100 mmHg
Nadi : 85x / 3. Monitor vital
menit sign
Respirasi: 21x/
menit 5. Tingkatkan
Suhu : istirahat
36,6°C
7. Lakukan
tindakan
kolaborasi.
Pemberian
obat
antiinflamasi:
antrain
2. 14.00 00004 Klien Terdapat luka Masalah tidak Intervensi
wita mengatakan post op pada terjadi dilanjutkan
tidak ada lipatan paha (pertahankan):
demam dan kanan ditutup 1. Teknik aseptik
sudah kasa sepanjang klien terjaga
mengetahui ± 12 cm
tanda gejala 2. Perawat
infeksi Tidak ada melakukan
tanda-tanda cuci tangan
infeksi (rubor, sebelum dan
dulor, kalor, sesudah
tumor, dan melakukan
fungsi laese) tindakan

3. Tidak terdapat
tanda dan
gejala infeksi

4. Klien
melakukan
istirahat

6. Antibiotik
mengurangi
resiko infeksi
Hari / Tanggal : Jum’at/23 Maret 2019
No. Jam No. Respon Respon Analisa Perencanaan Paraf
Evaluasi Diagnosa Subjektif Objektif (O) Masalah (A) Selanjutnya (P)
NANDA (S)
1. 07.00 00132 Klien Klien sudah Masalah Intervensi
wita mengatakan mulai releks belum teratasi dilanjutkan:
rasa (tidak meringis) 1. Lakukan
nyerinya pengkajian
berkurang, P : Luka post op nyeri secara
tetapi masih herniotomy komprehensif
terasa nyeri Q: Seperti pedih termasuk
R: Pada lipatan lokasi,
paha kanan karakteristik,
S: 3 (ringan) durasi,
(skala 1-10) frekuensi,
T: Tidak kualitas dan
menentu, faktor
ketika presipitasi
bergerak
3. Monitor vital
TD: 160/90 sign
mmHg
Nadi: 78x / 5. Tingkatkan
menit istirahat
Respirasi: 20x/
menit 7. Lakukan
Suhu: 36,4°C tindakan
kolaborasi.
Pemberian
obat
antiinflamasi
: antrain
2. 07.00 00004 Klien Terdapat luka Masalah tidak Intervensi
wita mengatakan post op pada terjadi dilanjutkan
tidak ada lipatan paha (pertahankan):
demam kanan ditutup 1. Teknik aseptik
kasa sepanjang klien terjaga
± 12 cm
2. Perawat
Tidak ada melakukan
tanda-tanda cuci tangan
infeksi (rubor, sebelum dan
dulor, kalor, sesudah
tumor, dan melakukan
fungsi laese) tindakan

3. Tidak terdapat
tanda dan
gejala infeksi

4. Klien
melakukan
istirahat

6. Antibiotik
mengurangi
resiko infeksi
III. Daftar pustaka
Doengoes. E. Marilyn. 2000. Rencana asuhan keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.

Huda, A. dan Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Volume 1. Jogjakarta:


MediAction

Ignatavicius, Donna, et.All. 2006. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B


SaundersCompany.

Tambayong, dr. Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai