I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit hernia
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Huda
dan Kusuma, 2016).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. Hernia adalah kelemahan dinding
otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau struktur abdominal yang
lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di
dalam dinding abdominal, melewati diafragma atau melewati struktur lainnya di rongga
abdominal (Ignatavicius, 2006).
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi dan anak kecil.
c. Hernia inkaserata
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini
lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
1.2 Etiologi
Menurut Huda dan Kusuma (2016), hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.2.1 Kongenital
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan
otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
1.2.2 Obesitas
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal
ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
1.2.4 Mengejan
Mengejan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
1.4 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena
adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Apabila hal ini terjadi, maka resiko HNP hanya menunggu waktu trauma
berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Herniasi nucleus pulposus dapat mencapat ke korpus tulang belakang di atas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Jika terjadi peninggian
tekanan pada diskus intervertebralis secara tiba-tiba dan berlangsung lama makan materi
nucleus pulposus akan menonjol mengisi annulus fibrosus yang rusak. Penonjolan
nucleus ke belakang lateral dan menekan saraf radiks dorsalis (mengandung serat saraf
sensorik) yang berjalan dalam kanalis vertebralis akan meninmbulkan rasa nyeri.
Gerakan-gerakan yang merubah posisi tulang belakang seperti membungkuk, bersin dan
batuk akan menambah nyeri. Kerusakan pada diskus intervertebralis ini dapat
disebabkan karena prose degenerative misalnya makin berkurangnya daya lentur,
menurunnya jaringan kolagen, dan menurunnya kandungan air dengan bertambahnya
usia, trauma tulang belang, faktor genetik, operasi tulang belakang, kelainan postur
seperti kifosis, lordosis, karena kelainan tulang belakang lainnya seperti spondilitis,
spinal stenosis.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Hernia berulang,
1.6.2 Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
1.6.3 Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
1.6.4 Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
1.6.5 Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
1.6.6 Fostes urin dan feses,
1.6.7 Residip,
1.6.8 Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
1.7 Penatalaksaan
Menurut Huda dan Kusuma (2016), penatalaksaan hernia ada dua macam, yaitu:
1.7.1 Konservatif (Townsend CM)
Pengobaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi, bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali,
terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam cavum
peritonil atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi
dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua
tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate kecuali
pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol didaerah sekitar hernia
yang menyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonil
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi
1.7.2 Operatif
Operasi hernia dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
1.8 Pathway
Faktor pencetus:
Aktivias berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal,
intraabdominal tinggi, adanya tekanan Hernia
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
b. Kriteria hasil
1. Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri(skala, frekuensi dan tanda nyeri)
2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
S : - Klien mengatakan nyerinya berkurang
- Klien mengatakan selera makannya baik
O : - Tekanan darah klien normal
- Frekuensi jantung klien normal
- Frekuensi pernafasan klien normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
- Nama : Tn. A
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 50 tahun
- Alamat : Paku Alam
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Petani
- Status Perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Suku/Bangsa : Banjar
- Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2019
- Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2019
- Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkasereta
- No. RM : 3822xx
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan merasa nyeri:
P: benjolan di atas skrotumnya (hernia inkasereta)
Q: seperti pedih
R: pada bagian lipatan paha kanan
S: 6 (sedang) (skala 1-10)
T: tidak menentu, terutama saat klien bergerak
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (Tn. A)
----- : Tinggal serumah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
1.1 Tanda-Tanda Vital:
TD : 160/90 mmHg (Normalnya: 120/80 mmHg)
Nadi : 95x / menit (Normalnya: 60-100x/menit)
Respirasi : 22x/ menit (Normalnya: 12-20x/menit)
Suhu : 36,0°C (Normalnya: 36,0-37,5°C)
1.2 Tingkat kesadaran klien compos mentis, GCS klien 4,5,6, dengan:
1) Eyes : 4 : Spontan
3 : Terhadap perintah
2 : Terhadap nyeri
1: Tidak ada respon
2) Verbal :5 : Terorientasi
4 : Bingung
3 : Kata-kata tidak teratur
2 : Tidak dapat dimengerti
1 : Tidak ada
2. Kulit
Keadaan kulit klien lembab, terlihat bersih, turgor kulit <2 detik, warna kulit
kecoklatan, tidak terdapat luka dan kelainan pada kulit klien.
3. Kepala dan Leher
Bentuk kepala normal, rambut klien hitam dan ada putih-putihnya, tidak terdapat
pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
9. Abdomen
9.1 Inspeksi : Abdomen klien terlihat kembung, warna kulit klien normal
(kecoklatan), dan ada terdapat benjolan pada daerah inguinal lateral
(sebelah kanan bawah abdomen bagian simpisis pubis tepatnya di atas
skrutom)
9.2 Auskultasi : Peristaltik usus 7x/menit (penurunan)
9.3 Palpasi : teraba kembung, terdapat benjolan dan pada abdomen klien (inguinal),
turgor kulit klien < 2 detik. Teraba massa pada inguinal, massa teraba
lunak, tidak bisa masuk kedalam dan sakit ketika ditekan denga tinggi
benjolan ±1cm dan panjang ±7 cm.
9.4 Perkusi : Bunyi perut klien hipertimpani
10. Genetalia dan Reproduksi
Keadaan genetalia dan system reproduksi klien normal
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Keadaan ekstremitas klien baik, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, klien
tidak mempunyai kelainan dan trauma pada ekstremitas atas dan bawah.
Skala kekuatan otot: Sinistra Dekstra
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Keterangan:
0 : Kontraksi otot tidak terdeteksi
1 : Kontraksi yang lemah tanpa terlihat gerakan sendi
2 : Pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi
3 : Pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawan tahanan
4 : Pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5 : Pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya kelelahan otot
2. Personal Hygiene
Di Rumah : Klien selalu mandi 2x sehari. Klien rutin keramas dan menggosok gigi
pada saat dirumah.
Di RS : Klien tidak dapat mandi saat dirumah sakit, klien hanya diseka oleh
keluargaya dan belum ada menggosok gigi.
3. Nutrisi
Di Rumah : Nafsu makan klien baik, klien makan 3x sehari. Klien tidak mempunyai
alergi terhadap makanan
Di RS : Klien belum ada makan karen maras mual dan muntah, hanya ada minum
sedikit. Menu diet klien bubur biasa, tinggi kalori tinggi protein.
4. Eliminasi
Di Rumah : Klien tidak mempunyai keluhan pada saat eliminasi, klien BAK 3-4x
sehari dan BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak berbentuk
Di RS : Klien selama dirumah sakit belum ada BAB. Tidak ada masalah dengan
BAK klien karena 3-4x sehari.
5. Seksualitas
Klien tidak mempunyai gangguan seksualitas. Anatomi dan fisiologisnya tidak ada
kecacatan ataupun mengalami gangguan.
6. Psikososial
Klien berkomunikasi menggunakan bahasa daerah (banjar), keadaan emosional baik,
kooperatif kepada lawan bicara, hubungan klien dengan keluarga klien baik, hubungan
klien dengan pasien lain baik, hubungan klien dengan dokter dan perawat baik, klien
menerima penyakitnya dan berharap sakitnya bisa segera sembuh.
7. Spiritual
Klien selalu sholat 5 waktu pada saat sebelum sakit. Pada saat sakit klien tidak mampu
melakukan sholat. Klien menganggap sakitnya adalah cobaan dari Tuhan agar dia tidak
pernah lupa bersyukur atas apa yang selalu diberikan Tuhan. Klien yakin bahwa
sakitnya akan segera sembuh.
E. DATA FOKUS
PRE OPERASI
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Nanda, 00132)
Data Subjektif : klien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah
P: benjolan di atas skrotum (hernia inkasereta)
Q: seperti pedih
R: pada bagian lipatan paha kanan
S: 6 (sedang) (skala1-10)
T: tidak menentu, terutama saat klien bergerak
Data Objektif : ada eksperi wajah meringis
Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,0 °C
Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,0 °C
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan: 03 Maret 2019
Laboratorium
No. Jenis Hasil Nilai rujukan
1. Blood Glucose Random 136 mg/dl Dws 78-120,0 mg/dl
2. Blood Urea 17,8 mg/dl 4,5-23,0 mg/dl
3. Creatinine 1,8 mg/dl Lk. 07-1,2 / Pr. 0,6-1,0 mg/dl
4. Aspartat Transaminase (GOT) 26 U/L Lk. 10-37 / Pr. 8-31 U/L
5. Alanin Transaminase (GPT) 20 U/L Lk. 12-40 / Pr. 10-32 U/L
6. Bleeding time 2 menit 1 – 4 menit
7. Clotting time 4 menit 2 – 6 menit
TTV :
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95x / menit
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 36,0°C
2 20 Maret 2019 Faktor Resiko: - Risiko aspirsi
- Klien mengatakan merasa (Nanda, 00039)
pusing mual dan muntah,
pasien sudah muntah ±5x.
Dan hanya ingin berbaring
telentang walaupun kadang-
kadang masih ingin muntah
- Terlihat posisi klien supine.
Klien terlihat nyaman
dengan posisi supine walau
terkadang terlihat tetap mual
dan muntah
- Muntahan klien berwarna
kecoklatan dan agak kental
- Inspeksi: terlihat kembung
- Palpasi: teraba kembung
- Perkusi: hipertimpani
(semua kuadran)
- Bising usus 7 x/m
TTV:
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 95x / menit
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 36,0°C
Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86x / menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,2°C
Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86x / menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,2°C
TTV:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
TTV:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
7. Tindakan
kolaborasi 7. Tindakan
Pemberian obat kolaborasi untuk
antiinflamasi non mengurangi
steroid: Antarain nyeri
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam batas normal
Q. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN POST OPERASI
Hari / Tanggal : Rabu, 21 Maret 2019
No Jam Tindakan No. Diagnosa NANDA Tindakan Evaluasi Paraf
. Tindakan
1. 10.00 wita 00132 1. Melakukan 1. P : Luka post op
pengkajian nyeri heriotomy
secara Q : Seperti
komprehensif tertusuk-tusuk
termasuk lokasi, R : Pada lipatan
karakteristik, paha kanan
durasi, frekuensi, S : 5 (sedang)
kualitas dan faktor (skala1-10)
presipitasi T : Tidak
menentu
10.10 wita 2. Mengkaji tipe dan 2. Nyeri terjadi
sumber nyeri karena luka ost
untuk menentukan op dan muncul
intervensi pada saat klien
bergerak
11.00 wita 3. Memonitor vital 3. TD: 140/80
sign mmHg
Nadi : 86x /
menit
Respirasi: 22x/
menit
Suhu : 36,2°C
10.15 wita 4. Mengajarkan 4. Klien mampu
tentang teknik non melakukan tehnik
farmakologi: relaksasi dan
relaksasi, distraksi nafas dalam
10.20 wita 5. Meningkatkan 5. Klien melakukan
istirahat istirahat
10.20 wita 6. Memberikan 6. Klien mengerti
informasi tentang tentang keadaan
nyeri seperti nyerinya
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
13.00 wita 7. Melakukan 7. Pemberian
tindakan antiinflamasi
kolaborasi. mengurangi nyeri
Pemberian obat
antiinflamasi non
steroid: Antrain
2. 10.00 wita 00004 1. Mempertahankan 1. Teknik aseptik
teknik asepttik klien terjaga
2. Mencuci tangan 2. Perawat
09.55 wita setiap sebelum dan melakukan cuci
sesudah tindakan tangan sebelum
keperawatan dan sesudah
melakukan
tindakan
11.00 wita 3. Memonitor tanda 3. Tidak terdapat
dan gejala infeksi tanda dan gejala
sistemik dan lokal infeksi
10.10 wita 4. Meningkatkan 4. Klien melakukan
istirahat istirahat
10.15 wita 5. Mengajarkan klien 5. Klien dan
dan keluarga tanda keluarga
dan gejala infeksi mengerti tentang
infeksi
6. Memberikan terapi 6. Antibiotik
13.00 wita
antibiotik: mengurangi
Ceftriaxone resiko infeksi
3. Tidak terdapat
tanda dan
gejala infeksi
4. Klien
melakukan
istirahat
6. Antibiotik
mengurangi
resiko infeksi
Hari / Tanggal : Jum’at/23 Maret 2019
No. Jam No. Respon Respon Analisa Perencanaan Paraf
Evaluasi Diagnosa Subjektif Objektif (O) Masalah (A) Selanjutnya (P)
NANDA (S)
1. 07.00 00132 Klien Klien sudah Masalah Intervensi
wita mengatakan mulai releks belum teratasi dilanjutkan:
rasa (tidak meringis) 1. Lakukan
nyerinya pengkajian
berkurang, P : Luka post op nyeri secara
tetapi masih herniotomy komprehensif
terasa nyeri Q: Seperti pedih termasuk
R: Pada lipatan lokasi,
paha kanan karakteristik,
S: 3 (ringan) durasi,
(skala 1-10) frekuensi,
T: Tidak kualitas dan
menentu, faktor
ketika presipitasi
bergerak
3. Monitor vital
TD: 160/90 sign
mmHg
Nadi: 78x / 5. Tingkatkan
menit istirahat
Respirasi: 20x/
menit 7. Lakukan
Suhu: 36,4°C tindakan
kolaborasi.
Pemberian
obat
antiinflamasi
: antrain
2. 07.00 00004 Klien Terdapat luka Masalah tidak Intervensi
wita mengatakan post op pada terjadi dilanjutkan
tidak ada lipatan paha (pertahankan):
demam kanan ditutup 1. Teknik aseptik
kasa sepanjang klien terjaga
± 12 cm
2. Perawat
Tidak ada melakukan
tanda-tanda cuci tangan
infeksi (rubor, sebelum dan
dulor, kalor, sesudah
tumor, dan melakukan
fungsi laese) tindakan
3. Tidak terdapat
tanda dan
gejala infeksi
4. Klien
melakukan
istirahat
6. Antibiotik
mengurangi
resiko infeksi
III. Daftar pustaka
Doengoes. E. Marilyn. 2000. Rencana asuhan keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.