Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG EDELWEIS


RSUD dr.R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh :
Ari Budianti
2011010032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di dinding otot
perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya terdiri dari kulit , peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ
internal lainnya. Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan
tekanan intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban
berat atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Schwartz, 2000).
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia
inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding sehingga
menerobos usus. (Nurarif&kusuma 2016) Hernia inguinalis dimana merupakan suatu
keadaan keluarnya struktur organ dari tempatnya yang normal melalui suatu area pada
defek inguinal yang secara manual tidak bisa kembali ke tempat semula dan akan
memberikan implikasi tindakan invasif bedah dengan secara pembedahan
mengembalikan struktur organ terebut dengan menutup defek di inguinal. (Arif, 2009).
Hernia inguinalis lateralis adalah merupakan hernia melalui inguinalis internis yang
terdapat di bagian lateral vasa evisgastrika imperior melewati kanalis inguinalis dan
lewat melalui rongga perut samapi anulus inguinalis eksternus. (Mansjoer Arif, 2000).
Dari pengetahuan di atas penulis dapat buat kesimpulan bahwa hernia adalah
merupakan dimana keadaan keluarnya suatu organ yang tidak bisa kembali ke tempat
semula secara manual atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui suatu
defek pada area inguinal dan akan memberikan implikasi tindakan invasif bedah
dengan mengembalikan struktur organ terebut secara pembedahan dengan menutup
defek di inguinal, dan yang melalui inguinalis internis yang terdapat di sebalah lateral
vasa evisgastrika imperior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus, serta suatu keadaan terjadi pembesaran nya pada
isi usus atau suatu rongga melalui lubang ( Oswari, 2000).
B. Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah
mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites (terjadi
kumpulan cairan abnormal di daerag rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan.
Etiologi terjadinya hernia yaitu :
Hernia Inguinal
Menurut Black,J dkk (2002) penyebab Hernia Inguinal adalah
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal
c. Trauma
b. Terjadi tekanan pada intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengaambil barang berat
c. Mengejan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk dalam jangka waktu lama
f. prostate Hipertropi
Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi karena adanya
kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya Hernia Hiatal adalah:
1. Pertambahan usia, kegemukan, dan Merokok.
2. Hernia Umbilical Hernia Umbilical/Umbilikus terdapat jika penutupan umbilikus
(didapat tali pusar) tidak sempurna.
Hernia Femoralis
1. Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara, kegemukan dan
keturunan penahan ikat.
2. Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa, degenerasi/atropi,
tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan mengangkat benda-benda berat,
batuk kronik, gangguan BAB, dan gangguan BAK.
C. Tanda dan Gejala
1. Nyeri ulu hati (heartburn)
2. Penyakit asam lambung (GERD)
3. Kesulitan menelan (disfagia)
4. Sesak napas.
5. Muntah darah.
6. Dada nyeri.
7. Sakit perut.
8. Tinja berwarna kehitaman.

D. Patofisilogis
Pendapat Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis bisa didapatkan sebab anomali
kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat diketahui jika setiap usia. Penyakit
ini sering diderita pada laki-laki ketimbang pada perempuan.Berbagai faktor akibat
terjadi pada depat pintu masuk anulus internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, yang dapat mendorong melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar itu diperlukan pula faktor isi herniayang ada. Faktor
peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian tekanan di dalam rongga
perut perut yang dipandang berperan kausal. Kanalis inguinalis adalah terjadi Pada
bulan ke-8 kehamilan kanal yang normal pada fetus, terjadi melalui kanal tersebut
desensus testis. Penurunan testis terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei yang akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga. prosesus ini telah mengalami obliterasi Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. kanalis ini tidak menutup
dalam beberapa hal tersebut. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. jika kanalis kanan terbuka maka biasanya yang
kiri juga terbuka. Dalam keadaan normal, pada usia 2 bulan kanalis yang terbuka ini
akan menutup. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital . kanalis inguinalis telah menutup Pada
orang tua. tetapi karena menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan
yang terjadinya tekanan intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis akuisita
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan
Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi Kelemahan otot dinding perut terjadi
akibatakibat jaringan kanal (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh
prolaps sebagian. kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus
(perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). bila
usus yang prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata terjadi konstriksi bila suplai
darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut
hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis
(Mansjoer, 2004). keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring
terjadi pada hernia reponibilis. Keluhan nyeri jarang dijumpai pada hernia ini,
walaupun ada nyeri dirasakan di daerah epigastrium atau didaerah umbilikal berupa
viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantung hernia. Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus
inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. rasa sakit yang terus menerus Secara
klinis keluhan klien adalah Terjadi gangguan pada usus seperti nyeri padaperut
kembung dan muntah. Akibat penimbunan racun yang akan mengakibatkan terjadinya
infeksi dalam tubuh Pembuluh darah yang terjepit . dinding usus yang akan berakibat
buruk yaitu kematian Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh tubuh.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2. Pemeriksaan koagulasi darah
Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
3. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
4. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
5. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
G. Penatalaksanaan
Menurut Amin dan Kusurna (2015) penatalaksanaan yang diberikan pada Hernia
adalah sebagai berikut :
Konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia inguinalis. Reposisi tidak dilakukan
pada hernia strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual, tangan kiri memegang isi hernia membentuk cocor sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian
sodatif dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi ini berhasil pasien disiapkan
untuk oprasi besok harinya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam
jam harus dilakukan oprasi segera.. Adapun tindakannya terdiri atas:
a. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di
lakukan pada hernia repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang
satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi
hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia
irrepobilis apabila pasien takut oprasi, yaitu dengan cara : bagian hernia di
kompres dingin, penderita di beri penenang valium 10 mg agar tidur, pasien di
posisikan trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera
lakukan operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah
sekitar Hernia, yang menyebabkan pintu Hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan sehingga isi Hernia keluar dari kavum peritoneum.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang Hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada Hernia
reponibilis, Hernia irreponibilis, Hernia strangulasi dan Hernia inkarserata. Operasi
Hernia ada 3 macam:
(a) Herniotomy
Mernbuka dan mernotong kantong Hernia serta mengembalikan isi Hernia ke
kavum abdominalis.
(b) Hemioraphy
Mulai dari mengangkat leher Hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus Intra abominalis dan
musculus tranversus abdominal yang beresiko di tuberculum pubicum.
(c) Hernioplasry
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hemioplasry pada Hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam 23 menurut
kebutuhanya (Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada Hernia inguinalis
media dan Hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay).
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dimulai dengan pemberian antacid (Mylanta, Maalox,
Gaviscoon). Bila manifestasi berat dan menetap, klien diberikan antagonis reseptor
histamine seperti ranitidine (Zantac) atau famotidin (Pepcid). Obat-obatan lain,
Bethanchol (Urecholine) adalah obat koligernik yang meningkatkan sekresi asam
lambung (harus diberikan sebelum makan). Metoklopramid (raglan) yang
meningkatkan tekanan SEB dengan merangsang otot polos saluran gastrointestinal
dan meningkatkan kecepatan pengosongan lambung.
H. Focus Pengkajian
Menurut Doengoes (2000) pengkajian adalah proses dimana data yang
berhubungan dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses
yang dinamis dan terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar, yaitu mengumpulkan
secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta
mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian
digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan
klien serta keperawatan baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian ini berisi :
c. Identitas
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa
medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan
tanggal pengkajian.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan
dengan klien dan sumber biaya.
d. Keluhan Utama
Berisi keluhan utama saat dikaji. Klien post operasi apendisitis biasanya
mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan akivitas.
e. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan
dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan
sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (Paliatif and Provokasi, Quality
and Quantity, Region and Radiasi, Severity scale and Timing). Klien yang telah
menjalani operasi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan
bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi
obat dan istirahat. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri
lebih dari lima (1-10). Untuk membantu pasien mengutarakan masalah atau
keluhan secara lengkap, pengkajian yang dapat dilakukan untuk mengkaji
karakteristik nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis symptom.
Komponen pengkajian meliputi (PQRST). P (Paliatif/Provocatif) = yang
menyebabkan timbulnya masalah, Q (Quality dan Quantity) = kualitas dan
kuantitas nyeri yang dirasakan, R (Region) = lokasi nyeri, S (Severity) =
keparahan dan T (Timing) = waktu. Nyeri akan terlokalisasi diarea operasi
dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya 30
menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mengganggu aktivitas sesuai
dengan rentang toleransi masing-masing klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang di derita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau
menular dalam keluarga.
4) Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun tetap perlu dilakukan mengenai
kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan
harga diri).
5) Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami gangguan dalam
hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan
hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani operasi.
6) Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami
keterbatasan dalam aktivitas, begitu juga dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji
keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi auntuk kesembuhannya.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.

J. Intervensi Keperawatan
Dx
Tgl/Jam SLKI SIKI
Kep
20/05/2022 I Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
14.30 WIB
keperawatan 3x24 jam maka tingkat Observasi
nyeri menurun dengan kriteria hasil :
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
Indikator Awal Akhir
durasi, frekuensi, kualitas,
Keluhan nyeri 2 4
intensitas nyeri.
Meringis 3 4
 Identifikasi skala nyeri
1 : Meningkat
 Identifikasi respon nyeri non
2 : Cukup Meningkat
verbal.
3 : Sedang
 Identifikasi faktor yang
4 : Cukup Menurun
memperberat dan memperingan
5 : Menurun
nyeri.
Terpeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri.

21/05/2011 II Setelah dilakukan tindakan Redukasi Ansietas


21.30
keperawatan 3x24 jam maka tingkat
Observasi
ansietas menurun dengan kriteria hasil :
 Identifikasi saat tingkat anxietas
Indikator Awal Akhir
berubah (mis. Kondisi, waktu,
Pola tidur 2 4 stressor)
 Identifikasi kemampuan
Perilaku gelisah 2 4
mengambil keputusan
1 : Memburuk  Monitor tanda anxietas (verbal
dan non verbal)
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang Terapeutik
4 : Cukup Menurun
 Ciptakan suasana terapeutik
5 : Menurun untuk menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat
anxieta

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat anti


anxietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Kurniawan A dkk. 2013. Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi terhadap tingkat
kecemasaan pada Pasien Pre hernia di RSUD KUDUs Semarang. Semarang : Fikkes universitas
muhamadiyah semarang

Masjoer A dkk,kapita selekta kedokteran jilid 2 2003,media Aesculapius:Jakarta Medical


Record, 2019 RSUD

H. Hanafie Muara Bungo Nurarif, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 1 . Jogjakarta :
Mediaciton Sabiston 2002, buku ajar bedah bagian 2, penerbitan buku kedokteran .jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai