Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Hernia adalah penyakit yang disebabkan oleh turunnya usus

kebawah selaput perut sampai ke kantung buah zakar.Penyakit ini

sering terjadi pada pekerja berat yang banyak mengangkut benda atau

barang seperti kuli pelabuhan dan pekerja pabrik (Ratu & Adwan,

2017).

Hernia inguinalis adalah hernia paling umum terjadi dan

muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam

biasanya menyebutnya “ turun bero “ atau “ hernia “. Hernia

inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus

menerobos ke bawah melalui celah ( Nurarif & Kusuma,2016).

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Muttaqin dan Sari (2011), anatomi fisiologi Hernia

inguinalis adalah sebagai berikut :

1.1. Gambar anatomi penyakit hernia inguinalis

9
10

Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot – otot

multilaminar, yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak,

dan kulit. Pada bagian lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia

oblik yang berhubungan satu sama lain. Pada setiap tendon yang

disebut dengan oponeurosis.

Otot transversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot

otot dinding perut yang mencegah hernia inguinalis. Bagian kauda

otot membentuk lengkungan apneurotik transversus abdominis

sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan di atas dasar medial

kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal menghubungkan antara

tuberkulum pubikum dan SIAS (spina iliaka anterior

superior).Kanalisinguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus

inguinalis internus yang merupakan terbuka dari fasia tranveralis dan

aponeurosis muskulus transversus abdominis.Pada bagian medial

bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus

inguinalis eksternum, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus

oblikus eksternus.Bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus

eksternus, dan pada bagian bawah terdapat ligament inguinalis.

Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat

mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang

berjalan miring, adanya struktur dari muskulus oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika

berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi


11

trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.Pada

kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan

hernia inguinalis.

3. Etiologi

Menurut Kasron & Susilawati ( 2018 ), Hernia inguinalis dapat

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah.

Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra

abdominal akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk,

mengejan, mengangkat benda berat atau menangis. Hernia inguinalis

dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang

didapat, hernia inguinalis lateris dapat di jumpai pada semua usia,

lebih banyak pada pria dari pada wanita.Berbagi faktor penyebab

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus

yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia.Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah cukup lebar itu. Anak yang

menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan

mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Bertambahnya umur

menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena meningkatnya penyakit

yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan

jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah,

adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam

rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Setelah
12

apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis karena

kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.

Menurut Nuari (2015), Hernia dapat disebabkan oleh beberapa

hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong congenital

sisa dan prosesus vaginalis

b. Kerja otot yang terlalu kuat

c. Mengangkat beban yang berat

d. Batuk kronik

e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi

4. Patofisiologi

Menurut Muttaqin & Sari (2011), berikut ini adalah

patofisiologi Hernia inguinalis:

Hernia inguinalis tidak langsung (hernia inguinalis lateralis),

dimana prostusi keluar dari rongga peritoneum melalui anulus

inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika

inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis dan jika cukup

panjang, akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.

Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum pada

saat perkembangan janin. Jalur ini biasa menutup sebelum kelahiran,

tetapi mungkin tetap menjadi sisi hernia di kemudian hari.


13

Hernia inguinalis langsung (hernia inguinalis medialis), dimana

kondisi prostusi langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach,

daerah yang dibatasi oleh legamen ingunalis di bagian inferior,

pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di

bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh fasia

transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus

transversus abdominis yang terkandung tidak sempurna sehingga

daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena

tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,

umumnya tidak disertai stangulasi karena cincin hernia longgar.

Saraf ilioingunalis dan saraf iliofemoralis mempersarafi otot di region

ingunalis, sekitar inguinalis kanalis, dan tali sperma, serta sensibilitas

kulit region inguinalis, skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas

bagian proksimomedial.

Pada kondisi hernia inguinalis yang bisa keluar masuk atau

prostusi dapat bersifat hilang timbul disertai dengan hernia

responibel.Kondisi prostrusi terjadi jika pasien melakukan aktivitas

berdiri atau mengedan kuat dan masuk lagi jika berbaring atau di

stimulasi dengan mendorong masuk perut.Kondisi ini biasa tidak

memberikan manifestasi keluhan nyeri atau gejala obstruksi

usus.Apabila prostusi tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga

perut, maka ini disebut hernia ireponibel atau hernia akreta.Kondisi

ini biasanya berhubungan dengan perlekatan kantong pada


14

peritoneum kantong hernia.Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda

sumbatan usus.

Dengan berlanjutnya proses hernia, kondisi hernia inkarserata

dengan penjepitan usus menyebabkan obstruksi intestinal. Apabila

suplai darah dari bagian usus terperangkap dalam hernia terganggu

(hernia disebut dengan hernia strangulasi), dan usus akan mengalami

iskemia dan gangren, serta akan memberikan manifestasi yang fatal.

Komplikasi ini tidak dapat diprediksi, beberapa hernia tetap statis

selama bertahun – tahun, tetapi pada beberapa pasien yang lain akan

mengalami progresivitasi cepat.

5. Tanda dan gejala

Menurut Heather Herdman(2012), tanda dan gejala yang sering

muncul pada pasien hernia inguinalis adalah:

a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang sering tampak

benjolan di lipatan paha.

b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit

disertai perasaan mual.

c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada

komplikasi.

d. Bila terjepit hernia inguinalis kulit diatasnya menjadi merah dan

panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.

e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing

sehingga menimbulkan gejala sakit kencing disertai hematuria.


15

Adapun gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan

tindakan operasi:

1) Nyeri

2) Peradangan

3) Edema

4) Perdarahan

5) Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis

indirek

6) Retensi urin

6. Komplikasi

Menurut Haryono (2012), berikut ini adalah Komplikasi dari

Hernia inguinalis.

Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong

hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali, terjadi

penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus

yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan

gangguan penyaluran isi usus, timbul edema bila terjadi obstruksi

usus yang menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis,

terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

muntah dan obstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama

kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh

darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit,
16

melainkan ususnya terputar. Dan bila isi perut terjepit dapat terjadi,

shock,demam, acidosis metabolik dan abses.

7. Tindakan Medis

Menurut Haryono (2012), berikut adalah tindakan medis yang

dilakukan :

a. Pembedahan

Tujuannya adalah untuk mengembalikan (reposisi) terhadap

benjolan hernia tersebut. Tindakan bedah pada hernia disebut

herniotomi yaitu memotong kantung hernia lalu mengikatnya dan

hernioraphi dengan perbaikan defek dengan pemasangan jarring

melalui operasi terbuka (laparoskopik). Pada elektif maka kanalis

dibuka isi hernia dimasukkan kantong diikat dan dilakukan

bassini plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Pada bedah darurat pada prinsipnya seperti bedah

elektif cincin hernia langsung dicari dan dipotong, usus dilihat

apakah vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut

dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anatomosis. Pada

ireponibilis maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan

kembali, penderita istirahat baring dan dipuaskan, dilakukan

tekanan yang continue pada benjolan misalnya dengan bantal

pasir baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi

pemebengkakan lakukan secara berulang sehingga isi hernia

masuk untuk kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari.


17

b. Terapi konservatif

Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengolaan

sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventaralis,

sementara itu pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak

dianjurkan.

8. Prosedur diagnostic

a. Sinar x abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus

atau obstruksi usus.

b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah

putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

c. Pada pemeriksaan endoskopi dapat segera ditentukan komplikasi

yang mungkin timbul akibat hernia dilakukan pemeriksaan biopsy

jaringan untuk pemeriksaan hispatologi.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Nuari ( 2015), pengkajian pada klien dengan hernia

inguinalis sebagai berikut.

a. Inspeksi :Akan terlihat ada benjolan abnormal pada lipatan paha,

inguinalis dan scrotalis.

b. Auskultasi :penurunan bising usus atau tidak ada bising usus

merupakan salah satu tanda terjadinya obstruksi.


18

c. Perkusi :Nyeri ketuk dan tympani terjadi karena adanya flatulen,

menandakan sekunder adanya obstruksi.

d. Palpasi : Turgor < 3 detik menandakan gejala dehidrasi, palpasi

pada kantong hernia apakah terisi organ dan melihat kemungkinan

apakah hernia dapat di reposisi.

e. Data subyektif

Sebelum operasi : Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan,

nyeri di daerah benjolan, mual, muntah, kembung, konstipasi,

tidak nafsu makan, mengejan dan batuk - batuk kuat timbul

benjolan.

Sesudah operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual,

kembung.

f. Data obyektif

Sebelum operasi : nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah,

spasme otot, demam, dehidrasi, terdengar bising usus pada

benjolan.

Sesuadah operasi : terdapat luka pada selangkangan, puasa, selaput

mukosa mulut kering.

Menurut Doenges (2001), pengkajian pada pasien dengan

hernia inguinalis

g. Aktivitas/istirahat

Gejala : riwayat yang mengangkat benda berat, duduk,

mengemudi dalam waktu lama.


19

Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.

Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.

Tanda : Atrofi otot pada bagian yang terkena.

Gangguan dalam berjalan.

Eliminasi

Gejala : konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya

inkotenisia/retensi urine.

h. Integritas ego

Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah

pekerjaan, finansial keluarga.

Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang

terdekat.

Neurosensori

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.

Tanda : penurunan refleks tondon dalam, kelemahan otot,

hiptonia.

Nyeri tekan/spasme otot periver tebralis, penurunan persepsi nyeri

(sensori).

i. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk

dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan,

mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher,

nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang
20

lebih berat secara ada hentinya atau adanya episode nyeri yang

lebih berat secara intermiten : nyeri yang menjalar kaki, bokong

(lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher (servikal).

j. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : gaya hidup : mononton atau hiperaktif

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang muncul

menurut Nurarif & Kesuma (2016), pada klien dengan hernia

inguinalis yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat

tindakan operasi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual muntah

c. Gangguan rasa nyaman

d. Resiko perdarahan

e. Resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai