Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HERNIA

A. Konsep Hernia

1. Defenisi Hernia
Secara umum hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurontik dinding perut. Buku (Nanda nic-noc 2013).
2. Anatomi dan Fisiologi 
Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar,
yang berhubungan dengan aponeurosis,fasia, lemak, dan kulit.pada bagian
lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang berhubungan satu
sama lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan aponeurois
(sherwinter 2009)
Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral otot-otot dinding perut
dan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah hernia inguinalis. Bagian
kauidah otot membentuk lingkungan apeneuritik tranversus abdominalis
sebagai tepi atas cincin ingunal internal dan diatas dasar medial kanalis
inguinalis. Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberculum pubikum
dan SIAS (spina iliaka anterior superior) kanalis inguinalis dibatasi dibatasi di
kraniolateral oleh anlus inguinal internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia trasversalis dan aponeurisis muskulus trasversus abdiminis. Pada bagian
medial bawah, di atas tuberkulun pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus
inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurisis muskulus oblukus
eksternus. Bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus, dan
pada bagian bawah terdapat ligamen ingunalis (Erickson 2009).
Secara fisiologi, terdapat beberapa mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya stuktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup
annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia tresversa yang
kuat menutupi trigomen hasselbach yang umumnya hamper tidak berotot. Pada
kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia inguinalis (sjamsuhidayat 2005)
3. Klasifikasi Hernia
Berikut ini adalah penjelasan hernia menurut letaknya. Buku (Nanda nic-noc
2013).
a. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan)
turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol.
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusat dari bagian bawah tulang rusuk digarcis tenggah
perut.
c. Hernia umbilical.
Berkembang di dalam dan sekitar umbilical (pusar) yang disebabkan
bukan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.
d. Hernia iguinalis
Adalah hernia paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum.
e. Hernia femoralis
Muncul sebagai tonjolan di pangkal paha.Hernia nucleus pulposi adalah
herbia yang melibatkan cakram tulang belakang.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut Buku (Nanda nic-noc 2013).
 Hernia reponibel/reducible,yaitu isi hernia dapat keluar masuk
 Hernia iropenibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga dan tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
 Hernia strangulate bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia
strangulate mengakibatkan neokrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Menurut World Health Organization (WHO, 2012), didapatkan data pada
tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia mencapai 19.173.279
penderita (12.7%). Penyebaran hernia paling banyak berada di negara
berkembang seperti negara-negara di Afrika, Asia Tenggara termasuk
Indonesia.

4. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Buku (Nanda nic-noc
2013).
1. Congenital.
2. Obesitas
3. Ibu hamil
4. Mengejan
5. Pengangkatan beban berat.

5. Patofisiologi
Hernia Inguinalis tidak langsung ( Hernia Inguinalis Lateralis), dimana
prostusi keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang
terletak dilateral dari pembuluh epigastrika imperior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, akan menonjol keluar dari
annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum mealu jalur yang sama seperti pada testis bermigrasi dari rongga
perul ke skrotum pada saat perkembangan janin. Jalur ini biasanya menutup
sebelm kelahir, tetapi mungkin tetap terjadi sisih hernia di kemudian hari.
Hernia inguinalis (Hernia Inguinalis Medialis), dimana kondisi prostusi
langsung kedepan melalui segitiga hesselbech, daerah yang dibatasi oleh
lugamen inguinalis dibagian inperior, pembulu epigastrika imperoir dibalian
lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga hesselbech dibentuk
oleh vacial transfersal yang diperkuat oleh serat eponeurosis muskulus
transfersus opdominis yang terkadang tidak sempurna shingga daerah ini
potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum umuynya tidak disertai stragulasi
karena cincin hernia longgar. Saraf ilioinguinalis dan saraf iliofermonalis
mempersarafi otot diregio inguinalis sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma,
serta sensibilitas kulit region inguinalis, skrotum, dan sebagian kecil kulit
tungkai atas bagian progsimomidial.
Pada kondisi hernia inguinalis yang bisa keluar masuk atau prostusidapat
bersifat hilang timbul disertai dengan hernia responibel.kondisi prostusi terjadi
jika pasien melakukan aktivitas berdiri atau mengedan kuatdan masuk lagi
berbaring atau distimulasi dengan mendorong masuk perut.kondisi ini biasanya
tidak memberikan manifestasi keluhan nyerinatau gejala obstruksi usus.
Apabila prostasi tidak dapat masuk kembali kedalam rongga perut , maka ini
disebut hernia ireponibel . kondisi ini biasanya berhubungan dengan perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Dengan berlanjutnya proses hernia, kondisi hernis inkarserata dengan
penjempitan usus menyebabkan obstruksi intestinal. Apabila suplei darah dari
bagian usus terperangkap dalam hernia terganggu (hernia ini disebut
herniastragulasi)

6. Manifestasi Klinis
a. Berupa benjolan keluar/masuk keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau disertai bila ada komplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.

7. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam (Nanda Nic-Noc 2013) :
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah di reposisi.
b. Operatif.
Operatif merupakan tindakan paling baik dan dapat di lakukan pada
 hernia reponibilitas
 hernia irreponibilitas
 hernia strangulasi
 hernia incarserata
operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :
 herniotomi
membuka dan memotong kantung hernia serta mengembalikan isi hernia
ke cavum abdomenalis
 hernioraphy
 hernioplasty
8. Pemeriksaan Penunjang.
1. Sinaf X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
2. Hutung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan peningkaan
hematrokit , peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit

9. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukan kembali
2. Terjadi penekanan pad cincin hernia,akibatnya makin banyak usus yang
masuk.
3. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung
muntah dan obstipasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan.


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada penderita post operasi (Haryono, 2012) adalah:
a. Jalan napas dan pernapasan Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi
pernapasan. Waspadai pernapasan dangkal, lambat, dan batuk lemah. Kaji
patensi jalan napas, irama, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding
dada, suara napas, dan warna mukosa.
b. Sirkulasi
Penderita berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang
disebabkan oleh hilangnya darah aktual atau potensial dari tempat
pembedahan, efek samping anestesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan
depresi mekanisme yang mengatur sirkulasi normal. Masalah umum awal
sirkulasi adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara
eksternal melalui saluran atau sayatan internal. Kedua tipe ini
menghasilkan perdarahan dan penurunan tekanan darah, jantung, dan laju
pernapasan meningkat, nadi terdengar lemah, kulit dingin, lembab, pucat,
dan gelisah.
Kontrol suhu dengan mengunakan termometer air raksa atau termometer
digital tear, aksila dan lain-lain
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk tanda-tanda
perubahan elektrolit. Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium
dengan nilai-nilai dasar dari penderita. Catatan yang akurat dari asupan
dan keluaran dapat menilai fungsi ginjal dan peredaran darah. Ukur
semua sumber keluaran, termasuk urine, keluaran dari pembedahan,
drainase luka dan perhatikan setiap keluaran yang tidak terlihat dari
diaforesis.
d. Intergritas kulit dan kondisi luka
Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase diperban. Pada
penggantian perban pertama kalinya perlu dikaji area insisi, jika tepi luka
berdekatan dan untuk perdarahan atau drainase.
e. Fungsi perkemihan
Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari sensasi
kandung kemih yang penuh. Raba perut bagian bawah tepat di atas
simfisis pubis untuk mengkaji distensi kandung kemih. Jika penderita
terpasang kateter urin, harus ada aliran urine terus menerus sebanyak 30-
50 ml/jam pada orang dewasa.
f. Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi gas.
Kaji kembalinya peristaltik setiap 4 sampai 8 jam. Auskultasi perut secara
rutin untuk mendeteksi suara usus kembali normal, 5-30 bunyi keras per
menit pada masing-masing kuadran menunjukkan gerak peristaltik yang
telah kembali.
g. Kenyamanan
Penderitya merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesadaran
penuh. Kaji nyeri penderita dengan skala nyeri.

2. Diagnose keperawatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi

3. Intervensi Keperawatan.
N Diagnosa Tujuan dan intervensi
o Kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan  Identifikasi
dengan diskontuinitas tindakan lokasi,karakteristik,durasi,frek
jaringan akibat tindakan keperawatan 1x24 uensi,kualitas,intensitas nyeri.
operasi. jam :  Identifikasi skala nyeri.
 Pasien mampu  Identifikasi faktor yang
mengontrol memperberat dan
nyeri memperingankan nyeri
 Pasien dapat  Berikan teknik non
melaporkan farmakologi untuk
nyeri berkurang mengurangi rasa nyeri (mis:
dengan TENS, Hipnosis, Akupretur,
menggunakan terapi music, terapi music,
manajemen pijat,dll)
nyeri  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Mampu  Jelaskan penyebab, periode
mengenali nyeri dan pemicu nyeri
 Menyatakan  Jelaskan strategi meredahkan
nyaman setelah nyeri
nyeri berkurang  Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan  Periksa status gizi, status
nutrisi kurang dari tindakan alergi, program diet.
kebutuhan tubuh keperawatan 1x24 Kebutuhan dan kemampuan
berhubungan dengan jam : pemenuhan kebutuhan gizi
mual muntah  Adanya  Persiapkan materi dan media
peningkatan berat sperti jenis-jenis nutrisi, tabel
badan makanan penukar, cara
 Tidak ada tanda mengelola, cara menakar
tanda malnutrisi makanan
 Tidak terjadi  Ajarkan cara melaksanakan
penurunan berat diet sesuai program
badan  Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
 Demonstrasikan cara
mengatur posisi saat makan
ajarkan pasien dan keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi
 Anjurkan mendemonstrasikan
cara memberi makan,
menghitung kalori,
menyiapkan makanan sesuai
program diet
3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan  Identifikasi gejala yang tidak
berhubungan dengan tindakan menyenagkan (mis. Mual,
gejala terkait penyakit keperawatan 1x24 nyeri, gatal, sesak)
jam :  Identifikasi pemahaman
 Mampu kondisi, situasi dan
mengontrol perasaannya
kecemasan  Beri posisi yang nyaman
 Kualitas tidur dan  Ciptakan lingkungan yang
istirahat adekuat nyaman
 Statys lingkungan  Berikan terapi akupresur
yang nyaman  Berikan terpi hypnosis
 Jelaskan mengenai kondisi
dan pilihan
terapi/pengobatan
 Ajarkan terapi relaksasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, antiproritus,
antihistamin jika perlu
4. Resiko perdarahan Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab
tindakan keperawatan perdarahan
1x24 jam :  Periksa adanya darah pada
 Tidak ada muntah, sputum, veses,
hematuria dan urine, penguluaran NGT dan
hematemesis drenas luka
 Tekanan darah  Monitor terjadinya
dalam batas normal oerdarahan
sistol dan diastolic  Istirahatkan area perdarahan
 Hemoglobin dan  Lakukan penekanan atau
hematrokrit dalam balut tekanan
batas normal  Tinggikan ekstremitas
 Jelaskan tanda-tanda
perdarahan
 Kolaborasi pemerian cairan
5. Rresiko infeksi Setelah dilakukan  Monitor tanda dan gejala
berhubungan dengan tindakan keperawatan infeksi local dan sistematik
luka insisi 1x24 jam :  Cuci tangan sebelum dan
bedah/operasi  Pasien bebas dari sesudah kontak dengan
tanda dan gejala pasien dan lingkungan
infeksi pasien
 Menunjukan  Peertahankan teknik aseptic
kemampuan untuk  Jelaskan tanda dan gejala
mencegah infeksi
timbulnya infeksi  Anjurkan meningkatkan
 Jumlah leukosit nutrisi
dalam batas normal  Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

Anda mungkin juga menyukai