Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA


INGUINALIS LATERAL DEKSTRA (HILD) DI RUANG 17 RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
Nuril Fauziah, S. Kep
NIM 182311101047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
OKTOBER, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hernia


Inguinalis Lateral Dekstra (HILD) di Ruang 17 IRNA II RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari, Tanggal : Jumat, 2 November 2018

Tempat: Ruang 17 IRNA II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Malang,2 November 2018

Mahasiswa

Nuril Fauziah, S.Kep.


NIM 182311101047

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang 17
Universitas Jember RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Ns. Mulia Hakam S., M.Kep., Sp.Kep.MB (…………………………….)


NIP. 19810319 201404 1 001
A. Anatomi
Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm


dan terletak 2-4 cm ke arah kaudal ligamentum inguinal. Kanal melebar di
antara cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah
satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri
dari serat-serat otot kremaster, pleksus pampiniformis, arteri testikularis n.
ramus genital nervus genitofemoralis, duktus deferens, arteri kremaster,
limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga
dimensi. Kanalis inguinalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar,
dan sefal ke kaudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliq
abdominis ekternus di bagian superfisial, dinding inferior dibangun oleh
ligamentum inguinal dan ligamentum lakunar. Dinding posterior (dasar)
kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis
transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalis adalah bagian paling
penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
Pembuluh darah epigastrik inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach’s. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran
rektus, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang
melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan
hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirek.
Gambar 1. Segitiga Hesselbach's
B. Definisi

a. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. (Nurarif Amin Huda. 2015).
b. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri
atas cincin, kantong dan isi hernia. (Suratun. 2010).
c. Hernia inguinalis atau sering kita sebut sebagai turun berok adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan jaringan lunak, biasanya
usus, melalui bagian yang lemah atau robek di bagain bawah dinding perut
di lipatan paha (Rahayuningtyas Clara. 2014).
d. Hernia inguinalis lateralis dextra yaitu suatu keadaan dimana sebagian
usus atau jaringan lemak di intestinal masuk melalui sebuah lubang pada
dinding perut kedalam kanalis inguinalis( saluran berbentuk tabung yang
merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat
sebelum bayi dilahirkan) yang terjadi pada bagian kanan (Arif dan
Kumala, 2013).

C. Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan risiko hernia, meliputi
hal-hal sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intraabdomen


Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen.
Beberapa pasien mengalami hernia setelah mengalami injuri abdomen.
Tekanan abdomen dengan intesitas tinggi seperti pada batuk atau
muntah berat, kehamilan, obesitas, cairan intraabdomen, atau
mengangkat benda berat meningkatkan dorongan dan beresiko terjadi
hernia.

b. Kelemahan kongenital
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi
melemahnya bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdomen, maka kondisi hernia menjadi meningkat.

c. Peningkatan usia
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut
meningkatkan risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya elastisitas,
sfingter kardia yang terbuka luas tidak kembali ke posisi normal. Selain
itu, kelemahan otot diafragma juga membuka jalan masuknya bagian
lambung ke rongga toraks. (Muttaqin. 2011).

D. Patofisiologi/Patologi
Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal
lain atau organ ekstraperitonel seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-
buli), dan struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau di dapat,
lebih banyak terjadi pada pria dari pada wanita. Faktor yang berperan kausal
adalah adanya prosesur faginalis yang terbuka, peningkatan tekanan
intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat berat,
mengejan saat defekasi dan miksi, akibat BPH dan kelemahan otot dinding
perut karena usia).
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui
duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti
kanalis inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke
dalam skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau oblique dan
biasanya merupakan hernia yang kongenital. Kongenital karena melalui suatu
tempat yang juga merupakan kelemahan kongenital. Karena usus keluar dari
rongga perut masuk ke dlaam skrotum dan jelas tampak dari luat maka hernia
inguinalis disebut pula “hernia eksternal”.
Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat didorong
masuk lagi keadaan ini di sebut hernia reponibel. Jika isi hernia tidak dapat
masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan
darah pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi
darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark. Infark
pada usus disertai dengan rasa nyeri dan perdarahan di sebut infark
hemoragik.
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-hitaman dengan
dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga
masuk ke dalam isi hernia (usus) atau ke dalam kantong hernia. Akibat
infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah
terjadi pembusukan atau gangren. (Suratun. 2010).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian bawah dan
benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang
disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat
tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekpresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri
tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah
panggul, belakang kaki, dan daerah genetal yang disebut reffred pain.
Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan intensitas dari aktifitas
atau kerja yang berat. Nyeri akan meredah atau menghilang jika
istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi stranggulasi karena
suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah
dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) di samping benjolan di bawah selah paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut di
sertai sesak nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan bertambah besar.
(Suratun. 2010).

F. Klasifikasi

Klasifikasi hernia menurut letaknya :

a. Hernia inguinal dibagi menjadi :


1. Hernia Indirek atau Lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
2. Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis
dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
b. Hernia Femoralis :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
di hindari kandung kemih masuk kedalam kantong.

c. Hernia Umbilikal :
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, Biasanya pada klien obesitas dan multipara.
d. Hernia Insisional :
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan
disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau
obesitas.

Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :

a. Hernia Kongenital :Hernia kongenital (bawaan) terjadi pada


pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis yang mula-mula
terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju skrotum.
b. Hernia Akuisitas :Hernia akuisitas (didapat) yang terjadi setelah
dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama,
misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), asites dan sebagainya.
Klasifikasi hernia menurut sifatnya :

a. Hernia Reponible/Reducible :Bila isi hernia dapat keluar masuk,


usus keluar jika berdiri/mengejan dan masuk lagi jika
berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi
usus.
b. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlekatan isi kantong pada pada peritoneum kantong hernia,
tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga
hernia akreta.
c. Hernia Strangulata/Inkaserata :Bila isi hernia terjepit oleh cincing
hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali dalam rongga
perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase/vaskularisasi.
(Suratun. 2010).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah
: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis intraoperasi atau post
operasi.
2. Pemeriksaan urine : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasikan infeksi.
3. Elektrokardiografi (EKG) :Penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anastesi.
4. Sinar X abdomen : Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus (Suratun. 2010).

H. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


a. Terapi Konservatif :
1. Reposisi :Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya
semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.
Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan
menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia
sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui hernia tadi.
2. Pemakaian penyangga/sabuk hernia : Pemakaian bantalan penyangga
hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Terapi Operatif :
1. Herniotomi :Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlengkapan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
2. Hernioplasti :Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
c. Medikasi :Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan pemberian
antiobiotik untuk menyembuhkan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan.
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang.
Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit
dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat,
minuman berkarbonasi, minuman beralkohol dan setiap makanan atau
bumbu yang memperburuk gejala
Clinical Pathway

Peningkatan tekanan intra Kelemahan otot dinding


abdomen: batuk, mengejan, abdomen : trauma, obesitas,
mengangkat benda berat, kehamilan, kelainan
bersin-bersin konginetal

Isi rongga abdomen(usus) melewati dinding


Isi rongga abdomen(usus) melewati dinding inguinal
inguinal

Masuk ke kanal inguinal


Masuk ke kanal inguinal

Menonjol ke rongga
tranversalis
Keluar pada cincin
kanal

Teraba benjolan, Masuk ke scrotum terjadi


Kurang
nyeri pada bagian penonjolan keluar (hernia)
pengetahuan
benjolan

Obstruksi saluran intestinal

Nyeri akut Bendungan vena

Edema

Suplai terhambat hingga ischemic dan nekrosis

Ansietas Pembedahan

Nyeri akut Resiko Infeksi


I. Komplikasi
Komplikasi hernia yaitu hernia berulang, obstruksi usus persial atau total,
luka pada usus, gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki, perdarahan
yang berlebihan, infeksi luka bedah, dan fistel urine dan feses (Suratun. 2010).

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian data keperawatan pada klien hernia menurut Suratun.
2010 yaitu :

a. pre operasi
1) identitas pasien meliputi nama pasien, umur, tempat tanggal
lahir,penanggung jawab pasien dll.
2) riwayat penyakit sekarang
3) riwayat penyakit sebelumnya
4) riwayat penyakit keluarga
5) data penunjang.
6) Aktivitas/istirahat : Klien dilakukan anamneses mengenai riwayat
pekerjaan, mengangkat beban berat, duduk dan mengemudi dalam
waktu yang lama, membutuhkan papan matras untuk tidur. Pada
pemeriksaan fisik klien mengalami penurunan rentang gerak, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot, gangguan
dalam berjalan.
7) Sirkulasi : Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung,
edema pulmonal, penyakit vaskular perifer.
8) Eliminasi : Apakah klien mengalami konstipasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
9) Makanan/Cairan : Apakah kilen mengalami gangguan bising usus,
mual, muntah, nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
10) Nyeri/Kenyamanan : Apakah klien mengalami nyeri di daerah
benjolan hernia walaupun jarang dijumpai, kalau ada biasanya
dirasakan di daerah epigastrium atau daerah periumbalikal berupa
nyeri viseral karena regangan pada mesentrium sewaktu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
11) Keamanan : Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
12) Pernafasan : Apakah klien mempunyai riwayat batuk kronik
(penyakit paru obstruksi menahun).
b. Pengkajian intra operasi untuk pasien HILD yaitu anestesi, waktu
pembedahan, jenis anestesi, posisi anestesi pemasangan alat-alat
tambahan, tanda-tanda vital,pemeriksaan fisik, total cairan masuk dan
keluar.
c. Pengkajian untuk post operasi HILD yaitu keluhan saat di ruang recovery
room, keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran dan pemeriksaan fisik.

DIAGNOSA

1. (00132) Nyeri akut

Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan


dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial, atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (International Association for the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari
tiga bulan.

Batasan karakteristik:

- Perubahan selera makan yang tidak dapat


- Perubahan pada parameter
mengungkapkannya
fisiologi - Perilaku ekspresif
- Diaforesis - Ekspresi wajah nyeri
- Perilaku distraksi - Sikap tubuh melindungi
- Bukti nyeri yang - Putus asa
- Focus menyempit
menggunakan standar daftar
- Perilaku protektif
periksa yeri untuk pasien
- Laporan tentang perilaku
nyeri
- Dilatasi pupil
- Focus pada diri sendiri
- Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri
- Keluhan tentang karakteristik
nyeri dengan standar
instrument nyeri
Faktor yang berhubungan:

- Agen cedera biologis


- Agen cedera kimiawi
- Agen cedera fisik

2. (00004) Resiko Infeksi


Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik
yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor resiko :
- Gangguan peristaltic
- Gangguan integritas kulit
- Vaksinasi tidak adekuat
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
- Malnutrisi
- Obesitas
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
Populasi beresiko:
Terpajan pada wabah
Kondisi Terkait :
- Perubahan pH sekresi
- Penyakit kronis
- Penurunan kerja siliaris
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi
- Prosedur invasive
- Leukopenia
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lambat
- Supresi respon inflamasi

3. (00146) Ansietas
Definisi: perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak bertindak menghadapi
ancaman.
Batasan Karakteristik:
- Perilaku
- Afektif
- Fisiologis
- Simpatis
- Parasimpatis
- Kognitif
Faktor yang berhubungan:
- Konflik tentang tujuan hidup
- Hubungan interpersonal
- Penularan interpersonal
- Stressor
- Penyalahgunaan zat
- Ancaman kematian
- Ancaman pada status terkini
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Konflik nilai
Populasi yang beresiko
- Terpapar pada toksin
- Riwayat keluarga tentang ansietas
- Hereditas
- Perubahan besar
- Krisis situasi
4. (00126) Defisit Pengetahuan
Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu, atau kemahiran.
Batasan Karakteristik:
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Ketidakakuratan melakukan tes
- Perilaku tidak tepat
- Kurang pengetahuan
Faktor yang berhubungan:
- Kurang informasi
- Kurang minat untuk belajar
- Kurang sumber pengetahuan
- Keterangan yang salah dari orang lain
Kondisi terkait:
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan memori

INTERVENSI

No. Masalah NOC NIC


Keperawatan
1. (00132) Nyeri Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri
akut 1. Mengenali nyeri yang (1400):
terjadi 1. Kaji nyeri
2. Menggambarkan faktor pasien
penyebab 2. Observasi TTV
3. Melaporkan nyeri yang pasien
terkontrol 3. Gunakan
Tingkat nyeri (2102): strategi
1. TTV dalam rentang komunikasi
normal terapeutik
2. Ekspresi wajah 4. Kolaborasi
menunjukkan nyeri pemberian
ringan analgesic
3. Nafsu makan kembali Terapi relaksasi
normal (6040):
4. Pasien dapat beristirahat 1. Ciptakan
dengan baik lingkungan
aman dan
nyaman untuk
pasien
2. Minta pasien
rileks dan
merasakan
sensasi yang
terjadi
3. Berikan
informasi
tentang terapi
relaksasi
4. Ajarkan terapi
relaksasi
seperti nafas
dalam atau
guided imagery
dengan mata
tertutup
2. Resiko Infeksi Kontrol resiko proses Kontrol infeksi
infeksi (1924) : (6540)
1. Mengidentifikasi faktor 1. Manajemen
lingkungan yang
resiko infeksi (192426)
baik dengan cara
2. Mengetahui konsekuensi
rutin dibersihkan
terkait infeksi (192402) 2. Ajarkan cuci
3. Mengidentifikasi tanda tangan yang baik
dan gejala infeksi dan benar pada
(192405) perasat dan juga
Memonitor faktor keluarga.
lingkungan yang 3. Gunakan sabun
selama proses
berhubungan dengan
pelaksanaaan cuci
resiko infeksi (192409) tangan
4. Jaga lingkungan
agar tetap bersih
dan rapi
5. Anjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup
6. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
yang lain dalam
pemberian
antibiotik
3. Ansietas Tingkat kecemasan (1211) 1. Kaji tingkat
1. dapat beristirahat dengan kegelisahan dan
tenang (121101) penyebab
2. Tidak gelisah (121105) kegelisahan utama
3. wajah tidak tegang klien
(121107) 2. Menjelaskan
4. tidak mengalami gangguan tentang penyakit
klien
tidur (121129) 3. Ajarkan klien
terapi relaksasi
4. Ajarkan
serangkaian
manajemen
sebelum tidur
4. Deficit Pengetahuan: Manajemen Pendidikan kesehatan
pengetahuan penyakit (1844) (5510)
1. Faktor-faktor yang 1. identifikasi
pengetahuan klien
menyebabkan dan
mengenai
berkontribusi (184401) penyakitnya.
2. Perjalanan penyakit 2. berikan informasi
(184401) pada klien mengenai
3. Tanda dan gejala penyebab penyakitnya
3. informasikan pada
penyakit (184404)
klien mengenai
4. Penatalaksanaan perjalanan
penyakit (184424) penyakitnya.
4. identifikasi
hambatan klien dalam
memanajemen
penyakitnya
5. informasikan pada
klien mengenai
penatalaksanaan yang
tepat untuk
manajemen
penyakitnya.

K. Discharge Planning
1. Berikan pendidikan kesehatan klien mengenai perawatan luka manajemen
nyeri
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai konsumsi makanan sehat dan
seimbang
3. Berikan pendidikan kesehatan pada klien mengenai faktor penyebab
terjadinya hernia.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction

Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif :


Konsep Proses dan aplikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba Medika

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016). Nursing


intervention classification (NIC). United States of America: Elsevier
Mosby.

Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015. Manual diagnosis


keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan keperawatan .
editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi 3. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku: Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai