PADA LANSIA
Disusun Oleh :
Priyono 18.0601.0044
2020
KATA PENGANTAR
Demikian akhir kata dari penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
II.1. Pengertian..................................................................................................3
II.2. Klasifikasi..................................................................................................3
II.5. Etiologi....................................................................................................13
II.6. Patofisiologi.............................................................................................13
II.8. Penatalaksanaan.......................................................................................14
III.1. Kesimpulan..............................................................................................25
III.2. Saran........................................................................................................25
Daftar Pustaka........................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Inkontinensia Urine?
2. Apa klasifikasi dan anatomi fisiologi dari Inkontinensia Urine?
3. Apa etiologi dan tanda gejala dari Inkontinensia Urine?
4. Bagaimana jalan nya penyakit serta penatalaksanaan dari Inkontinensia
Urine?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan konsep asuhan keperawatan pada
pasien Inkontinensia Urine?
2. Tujuan Khusus:
1) Menjelaskan definisi Inkontinensia Urine
2) Menjelaskan klasifikasi dan anatomi fisiologi Inkontinensia Urine
3) Menjelaskan etiologi dan tanda gejala Inkontinensia Urine
4) Menjelaskan Patofisiologi serta penatalaksanaan Inkontinensia
Urine
5) Menjelaskan pemeriksaan penunjang dan konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien Inkontinensia Urine
2
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
I.4. Pengertian
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. (Wartonah, 2011)
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih
yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner & Suddarth,
2013)
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang
tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis
penderitanya (FKUI, 2006).
Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine
adalah kondisi keluarnya urin tak terkendali yang dapat didemonstrasikan
secara obyektif dan menimbulkan gangguan hygiene dan social.
I.5. Klasifikasi
1. Inkotenensia dorongan. Merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah
merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
2. Inkotenensia total. Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
3. Inkotenensia stress. Merupakan stress yang terjadi paada saat tekanan
intra abdomen meningkat seperti pada saat batuk dan tertawa.
4. Inkotenensia refleks. Merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan terjadi pada interval
yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah
tertentu.
5. Inkotenensia fungsional. Merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urin tanpa disadari dan tidak dapat
diperkirakan. (Brunner & Suddarth, 2013)
3
I.6. Anatomi fisiologi system perkemihan
1. Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
transversus abdominalis,kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.
Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi
kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal.
Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan
beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut
bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara
katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal
lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang
penting karena kebanyakan penyakit ginjal
dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Ginjal diliputi oleh suatu
kapsula tribosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan
jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari
permukaan ginjal.
Bagian – Bagian Ginjal
Tiga bagian ginjal, yaitu :
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan
darah ini banyak mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun
bergumpal-gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi
oleh simpai bowman, dan gabungan antara glomerolus dengan
simpai bowman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi
pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai
bowman. Zat-zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bowman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju ke
pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bowman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
4
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut pyramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
puncaknya disebut apeks atau papilla renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan
duktuskoligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang
disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan
pembuluh halus yangmerupakan lanjutan dari simpai bowman. Di
dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil
penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks
minor ini menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula
urinaria).
2. Fungsi Ginjal
Ginjal berfungsi sebagai berikut :
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam
tubuh akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang
encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urine yang di eksresi berkurang dan konsentrasinya
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relatif normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan
5
elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion
–i on akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit
perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan eksresi ion –
ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan fosfat).
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada
apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang
bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir
metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur – sayuran, urine
akan bersifat basa. pH urine bervariasiantara 4 , 8 – 8,2. Ginjal
menyekreksi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4) Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat
toksik , obat- obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan
kimia asing (pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon
rennin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah
(system rennin angiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis
mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel
darah merah (eritropoiesis).
3. Nefron
Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada
dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Bagian-bagian nefron:
1) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah
yang melewatinya.
2) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
3) Tubulus, dibagi menjadi 3 yaitu:
6
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan
tubuli. Kemudian Lengkung Henle Lengkung henle membentuk
lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu
bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars
ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian
bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis
sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih
tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle berfungsi reabsorbsi
bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam
cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme
konsentrasi dan dilusi urin. Tubulus distal Berfungsi dalam
reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
Duktus pengumpul (duktus kolektifus) Satu duktus pengumpul
mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan.
Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
4. Ureter
7
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
5. Vesica Urinaria
Disebut juga bladder/kandung kemih. Vesica urinaria merupakan
kantung berongga yang dapat diregangkan dan volumenya dapat
disesuaikan dengan mengubah status kontraktil otot polos di
dindingnya. Secara berkala urin dikosongkan dari kandung kemih ke
luar tubuh melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi sebagai
reservoir urine (200 - 400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot
yang kuat. Letaknya di belakang os pubis. Bentuk bila penuh seperti
telur (ovoid). Apabila kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica
urinaria terletak di belakang symphysis pubis.
Fungsi vesica urinaria: Sebagai tempat penyimpanan urine,
Mendorong urine keluar dari tubuh.
6. Uretra
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh
melalui ginjal, ureter, vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit
yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air
kemih keluar.Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui
tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
8
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1) Uretra Prostaria
2) Uretra Membranosa
3) Uretra Kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam),dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang
simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4
cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di
sini hanya sebagai saluran ekskresi. (Syaifudin, 2012)
9
jukstaglomerular akan meningkat. Ini berpengaruh pada konsentrasi
urin yang berkurang pada usia lanjut akibat gangguan
pengaturan sistem keseimbangan.
2. Perubahan Aliran Darah Ginjal pada Lansia
Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1
liter per menit darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir
sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20% dari plasma disaring di
glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari.
Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99% yang
terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter
per hari. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
memperlihatkan bahwa aliran darah ginjal pada usia 80 tahun hanya
menjadi sekitar 300 ml/menit. Pengurangan dari aliran darah ginjal
terutama berasal dari korteks. Pengurangan aliran darah ginjal
mungkin sebagai hasil dari kombinasi pengurangan curah jantung dan
perubahan dari hilus besar, arcus aorta dan arteri interlobaris yang
berhubungan dengan usia.
3. Perubahan Fungsi Ginjal pada Lansia
Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang,
sehingga merupakan predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal
yang sudah tua tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh dan fungsi hemostasis, kecuali bila timbul
beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal. Penurunan fungsi ginjal
mulai terjadi pada saat seseorang mulai memasuki usia 30 tahun dan
60 tahun, fungsi ginjal menurun sampai 50% yang diakibatkan karena
berkurangnya jumlah nefron dan tidak adanya kemampuan untuk
regenerasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut
usia antara lain:
1) Fungsi konsentrasi dan pengenceran menurun.
2) Keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda.
10
3) Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi
ureum yang menurun.
4) Kreatinin darah normal karena produksi yang menurun serta massa
otot yang berkurang.
5) Maka yang paling tepat untuk menilai faal ginjal pada lanjut usia
adalah dengan memeriksa Creatinine Clearance.
6) Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR)
menurun sejak usia 30 tahun.
4. Perubahan Laju Filtrasi Glomerulus pada Lansia
Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi
glomerulus (GFR). Pada usia lanjut terjadi penurunan GFR. Hal ini
dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus. Pada beberapa penelitian yang
menggunakan bermacam-macam metode, menunjukkan bahwa GFR
tetap stabil setelah usia remaja hingga usia 30-35 tahun, kemudian
menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade. Penurunan bersihan
kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan peningkatan
konsentrasi kreatinin serum. Produksi kreatinin sehari-hari (dari
pengeluaran kreatinin di urin) menurun sejalan dengan penurunan
bersihan kreatinin. Untuk menilai GFR/creatinine clearance rumus di
bawah ini cukup akurat bila digunakan pada usia lanjut. Cratinine
Clearance (pria) = (140-umur) x BB (kg) ml/menit 72 x serum
cretinine (mg/dl) Cretinine Clearance (wanita) = 0,85 X CC pria.
11
yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
gangguan pada transport tubulus, tetapi berhubungan dengan atrofi
nefron sehingga kapasitas total untuk transpor menurun.
Transpor glukosa oleh ginjal dievaluasi oleh Miller, Mc Donald dan
Shiock pada kelompok usia antara 20-90 tahun. Transpor maksimal
Glukosa (TmG) diukur dengan metode clearance. Pengurangan TmG
sejalan dengan GFR oleh karena itu rasio GFR : TmG tetap pada
beberapa dekade. Penemuan ini mendukung hipotesis jumlah nefron
yang masih berfungsi, kapasitas total untuk transpor menurun sejalan
dengan atrofi nefron. Sebaliknya dari penurunan TmG, ambang ginjal
untuk glukosa meningkat sejalan dengan peningkatan usia.
Ketidaksesuaian ini tidak dapat dijelaskan tetapi mungkin dapat
disebabkan karena kehilangan nefron secara selektif.
6. Perubahan Pengaturan Keseimbangan Air pada Lansia
Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada
peningkatan usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu
yang sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh
menurun sejalan dengan peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti
pada perempuan daripada laki-laki, prinsipnya adalah penurunan
indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan jumlah lemak dalam
tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau
kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya rasa
haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus timbul
terletak pada daerah yang menghasilkan ADH di hypothalamus.
Pada lanjut usia, respon ginjal pada vasopressin berkurang
biladibandingkan dengan usia muda yang menyebabkan konsentrasi
urin juga berkurang, Kemampuan ginjal pada kelompok lanjut usia
untuk mencairkan dan mengeluarkan kelebihan air tidak dievaluasi
secara intensif. Orang dewasa sehat mengeluarkan 80% atau lebih
dari air yang diminum (20 ml/kgBB) dalam 5 jam.
12
I.8. Etiologi
1. Poliuria, nokturia
2. Gagal jantung
3. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini
disebabkan oleh :
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra
dan efek akibat melahirkan dapat mgengakibatkan penurunan otot-
otot dasar panggul.
2) Perokok, Minum alkohol. 3) Obesitas
3) Infeksi saluran kemih (ISK)
I.9. Patofisiologi
Inkontinesia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain :
13
berlebihan. Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih
bocor bila batuk atau bersin.
(Abata, 2014)
I.11. Penatalaksanaan
a. Pemanfaatan catatan berkemih
Catat pada kartu misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang
keluar, baik secara normal, maupun yang keluar karena tidak tertahan
catat waktu jumlah dan jenis minuman yang di miinum.
14
b. Terapi non farmakologi
c. Terapi farmakologi
d. Terapi pembedahan
e. Modalitas lain
15
batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri.
16
I.13. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
6. Pemeriksaan Fisik
17
Pemeriksaan Fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
a. B1 (breathing)
b. B2 (blood)
d. B4 (bladder)
e. B5 (bowel)
f. B6 (bone)
18
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya
dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada
persendian.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
1) Diagnosa 1
Kriteria Hasil :
19
R: Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri
distensi kandung kemih
2) Diagnosa 2
20
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
klien dapat berkemih dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
21
dibatasi. R: Hidrasi optimal diperlukan untuk
mencegah ISK dan batu ginjal.
3) Diagnosa 3
Intervensi :
22
benar-benar menutupi kulit periostomal.
Kosongkan kantung urostomi bila telah
seperempat sampai setengah penuh. R:
Peningkatan berat urine dapat merusak segel
periostomal, memungkinkan kebocoran urine.
Pemajanan menetap pada kulit periostomal
terhadap asam urine dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi
4) Diagnosa 4
Intervensi
23
kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa
haus
(NIC-NOC, 2013)
24
BAB III
PENUTUP
I.14. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan jumlah
dan frekuensi yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan dan social. Inkontinensia urine banyak terjadi pada
lansia perempuan, karena system anatomis dan personal hygiene.
I.15. Saran
Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna dan masih
banyak kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya.
25
Daftar Pustaka
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah (12 ed.). (E.
A. Merdella, Ed.) Jakarta: EGC.
26