Disusun Oleh :
CI LAHAN CI INSTITUSI
(......………………………….) (……………....……………..)
B. Etiologi
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
a) Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan
otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
b) Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal
ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
c) Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama
pada daerah rahim dan sekitarnya.
d) Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
e) Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
C. Patofisiologi
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996.
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari
Hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau
Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.
Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi
laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang
berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah
kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin
Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering
turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat
bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan
tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi
perut untuk memasuki saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan
dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada
orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana
kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi
pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan
selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak,
atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien
laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang
memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan
dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk)
dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga
perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti
dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait
dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga
perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara
terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan
meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi
terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat,
sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan
rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.
Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual,
muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas
tindakan menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti
peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum.
Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan
rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres
es akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan Medikal
Bedah, Jilid 2,1996)
D. Manifestasi Klinis
a) Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.
batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang
secara spontan.
b) Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi
reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila
usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
d) Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi
pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 %
kasus Hernia.
e) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan
nafas.
h) Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
E. Komplikasi
a) Hernia berulang,
b) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g) Residip,
F. Klasifikasi
dan sebagainya.
sebagainya).
d) Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen
sebagainya.
G. Penatalaksanaan
a) Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum.
c) Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT,
infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg
bila Hernia responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan
kantung Hernia sampai kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. PNEGKAJIAN
1) Biodata
a) Identitas klien : Nama klien, Usia, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,status
pernikahan,pekerjaan, No. RM, tanggal masuk RS,tanggal pengkajian, diagnose
medic,rencana therapy
b) Identitas penanggung jawab : Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubangan
dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi
secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap
kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.
e) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola pemecahan
masalah, Daya ingat.
3) Pemeriksaan fisik]
a) Keadaan Umum.
b) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
c) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan,
mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
d) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi
pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
e) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan
darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
f) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
g) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12,
kaku kuduk, dll.
h) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala
dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
i) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
j) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
k) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
l) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
Therapi
B. Diagnosa
a) Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
b) Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
d) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit
cairan.
e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase.
f) Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
g) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya.
C. Intervensi
a) DX 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
3) Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang
perstaltik dan lelancaran flaktus.
4) Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat
meningkatkankoping.
5) Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
b) DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
Intervensi :
1) Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
2) Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.
3) Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
4) Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien
selama melakukan aktivitas.
c) DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan,
mencegah komplikasi.
Intervensi :
1) Lihat semua insisi.
2) Evaluasi proses penyembuhan.
3) Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
4) Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
fungsi defekasi hilang.
d) DX 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
deficit cairan.
Intervensi :
Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual.
Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.
Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan
tinggi protein dan vitamin C
Berikan cairan IU, misal : albumin. Lipid, elektrolit
Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis
Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus
Tonjolanakansampaikespektrum
hernia
Tidakpapattimbulse Dapattimbulsecaraspontan
caraspontan (manual)
Adanyalukainsisi
Kekurangan Ketidaknyama
volume cairan Nutrisiinade Gangguaninte nan/keterbata
kuat gritaskulit sangerak
Kebutuhannutrisikuran Aktifitasterganggu
gdarikebutuhantubuh
Imobilitasfisik
Kuranginformasi
Kurangpengetahuan
PATWAY POST OPERASI
Gagal menutup
Pembedahan
Resiko infeksi
nyeri
Daftar Pustaka
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah
SaundersCompany.
Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC