Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HERNIA

Oleh :

KELOMPOK III/KELAS PAJ DI.C

1. Luh Made Sri Yulian Wulan Dewi C2121110


2. Sang Ayu Wini Anarky C2121111
3. Ni Kadek Andri Yuniati C2121112
4. Ni Putu Sri Udayani C2121113
5. Ni Ketut Ari Riantini C2121114
6. Anatasia Melani C2121115
7. Ni Putu Dian Purnami Artha C2121116
8. Ni Made Juita Kama Perastika Yanthi C2121117

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA USADA BALI
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN HERNIA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, fermonalis, dll (Syamsuhidajat, 2011).
Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ
melalui lubang (aperture) pada struktur di sekitarnya, umumnya protusio organ
abdominal, melalui celah dari dinding abdomen (Sue Hinchliff, 1999: 206).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya (Winter Griffith, 1997: 340). Hernia
inguinalis lateralis (indireek) adalah hernia yang melalui anulusinguinalis internus
yang terletak di sebelah lateralvasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis dan
keluar ke ronggaperut melalui anulus inguinalis eksternus (Siti Aisyah, Dkk 2013).
Kesimpulannya adalah hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan atau
struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut. Karena adanya defek kongenital dan faktor predisposisi seperti kelemahan
otot abdomen, peningkatan tekanan intar abdomen karena beberapa hal. Hernia
mengacu pada herniasi omentum (lipatan peritoneum yang memanjang dari
lambung ke organ abdomen yang berdekatan), usus atau struktur tubuh lainnya
melalui dinding abdomen.

2. Epidemiologi Hernia
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipatan paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikus 3%. Pada hernia inguinalislebih sering pada laki-laki daripada
perempuan (Sjamsuhidajat, R, 2011).

3. Etiologi
Penyebab/ Faktor Predisposisi
Lemahnya dinding rongga perut, dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
Akibat dari pembedahan sebelumnya.
a. Kongenital:
Hernia kongenital sempurna,
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).

b. Aquisial
Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain:
1) Tekanan intra abdominal yang tinggi:
2) Banyak dialami pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun
BAK.
3) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intra abdominal
4) Penyakit yang melemahkan dinding perut
5) Merokok
6) Diabetes mellitus

4. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital
yaitu kegagalan penutupan proses usvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, factor yang
kedua adalah factor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjolkeluardariannulus inguinalis ekstermus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi
tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat
kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara
spontan ataupun manual akibat terjdi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini
akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cin-cin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus
yaitu gejala obstruksiusus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi
hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abseslocal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltic usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan
timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
(Manjoer, Arief, dkk, 2000).
Pathway Hernia
5. Manifestasi Klinis
Menurut Jong (2008), tanda dan gejala dari hernia, antara lain:
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

6. Klasifikasi Hernia
Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya, terjadinya, dan sifatnya. Berikut
klasifikasi yang dimaksudkan yaitu:

a. Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya


1) Hernia Femoralis Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk
corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan
keluar pada fosa ovalis.
2) Hernia Hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian
perut menonjol ke dada (toraks).
3) Hernia Umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak
adanya fasia umbilikalis.
4) Hernia Paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan operasi untuk
dikoreksi.
5) Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.
6) Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan hernia
sikatriks.
7) Hernia Lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua
trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis
inferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
8) Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia littre
dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
9) Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di linea
semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
10) Hernia Obturatoria adalah hernia melalui foramen obturatorium.
11) Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot dan
fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada
perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi
pelvis. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator
anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua
daerah dasar panggul.
12) Hernia Pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satu sisi.
13) Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui dinding
bawah perut ke arah sekitar kelamin. Hal ini membuat munculnya benjolan
pada kantung buah zakar (skrotum) yang dapat terasa sakit atau panas.

b. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya


1) Hernia bawaan atau kongenital.
2) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) adalah hernia yang
timbul karena berbagai faktor pemicu.

c. Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya


1) Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus.
2) Hernia irreponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3) Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate apabila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai
gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut
hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.
4) Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi perforasi
usus.
5) Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara
lapisan dinding perut.
6) Hernia Eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
7) Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis
atau defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus.
8) Hernia Insipiens yang membalut merupakan hernia indirect pada kanalis
inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus.
9) Hernia Sliding yang isi kantongnya berasal dari organ yang letaknya
ekstraperitoneal.
10) Hernia Bilateral Defek terjadi pada dua sisi.
7. Gejala Klinis Hernia
Hernia Hiatus dengan bagian yang menonjol masih kecil tidak selalu menunjukkan
gejala. Gejala Hiatus Hernia baru muncul ketika hernia membesar dan
memngakibatkan asam lambung naik ke kerongkongan. Gejala yang dapat
dirasakan antara lain:
a. Sensasi terbakar di dada (heartburn)
b. Sering bersendawa
c. Terasa pahit atau asam di tenggorokan
d. Sulit menelan napas pendek

Anatomi Fisiologi
Anatomi Sistem Pencernaan
Anatomi Usus

1) Usus halus (Intestinum Minor)


Adalah sebagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari: Lapisa mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa sebelah luar).
Intestinum minor terdiri dari:
a) Duodenum (usus 12 jari)
Panjang ±25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri. Pada
papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus) dan
saluran pankreas (duktus pankreatikus).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5
meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas
dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang
arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang
antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan
antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung
bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan
perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini
diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup
valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas, melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini
dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus.
Pada penampangan melintang vili dilapisi oleh epiel dan kripta yang
menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.

2) Usus besar (Intestinium Mayor)


Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,
dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari:
a) Seikum
Dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawh hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon
transversum.
c) Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
Mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan masih
dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang
pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak
horizontal di belakang seikum.
d) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari
atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.

a. Fisologi
1) Usus Halus
Fungsi usus halus adalah mengangkut kimus dari lambung ke usus besar,
menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari dinding dan
kelenjar lain, menyerap hasil akhir pencernaan kedalam darah dan limfe, dan
mengerahkan hormon tertentu. Agar dapat melaksanakan semua itu, usus
halus harus mempeluas permukaan mukosanya, antara lain dengan plica
sirkularis kerckring, vitus dan kriptus mikrovili. Bahkan makanan yang ada
didalam lumen usus halus mendapat tambahan sekret dari banyak kelenjar,
yaitu kelejar intestinal atau kriptus, lieberkuhn, kelenjar submokosa dari
duodenum. Kelenjar yang letaknya di luar saluran cerna, tetapi menyalurkan
sekretnya ke dalam lumen duodenum, yaitu hati (hepar) dan pankreas.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum)
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui springter pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dindingusus kaya akan pembuluh darah yang mengangkat zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender
(yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pencahan-
pencahan makanan yang di cerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

2) Usus Besar
Salah satu fungsi usus besar adalah mengabsorbsi cairan. Fungsi lain adalah
mensekresi mucus (lendir) yang berfungsi sebagai pelumas. Pelumas ini
menjadi lebih penting karena cairan di absorbsi dan feses menjadi lebih keras
sehingga kemungkinan merusak mukosa menjadi lebih besar.
Usus besar terdiri dari:
a) kolon asendens (kanan);
b) kolon transversum;
c) kolon desendens (kiri);
d) kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi membuat zat-zat
penting seperti vitamin k, bakteri ini penting untuk fungsional dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadi diare.

Beberapa sifat khas otot polos pada usus adalah sebagai berikut:
a) Sensitium fungsional, yang berarti bahwa potensial aksi yang berasal dari
salah satu serabut otot polos umumnya di hantarkan dari serabut ke
serabut.
b) Kontraksi otot intestinalis, otot polos saluran pencernaan menunjukkan
kontraksi tonik dan kontraksi ritmik, kontraksi tonik bersifat kontinue.
Springter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan
makanan dalam usus. Kontraksi ritmik bertanggung jawab akan fungsi
fasik saluran pencernaan, seperti percampuran makanan atau dorongan
peristaltik makanan. Pleksus mieterikus terutama mengatur gerakan
gastrointestinalis sedangkan pleksus submukosa penting dalam mengatur
sekresi dan juga melakukan melakukan banyak fungsi serosis, yang
menerima isyarat terutama dari epitel usus dari reseptor regangan dalam
dinding usus.

Jenis pergerakan pada saluran pancernaan:


a) gerak mencampur yang membuat isi usus terus- menerus tercampur
setiap saat, dan;
b) garakan propulsive/mendorong yang menyebabkan makanan bergerak ke
depan sepanjang saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai untuk
pencernaan dan absorbsi (Tambayong, 2000).

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Suratan dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik pada klien hernia
yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan 14 ketidakseimbangan
elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
b. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi.
d. Sinar X abdomen Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.

9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitive berupa
operasi.

a. Tindakan konservatif antara lain:


1) Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi segera.
2) Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi
konservatif dengan:
a) Obat penenang(valium)
b) Posisi trandelenburg
c) Kompres Es

b. Tindakan Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan herniorapi serta
herniograpi
1) Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung
dibuka dan isi hernia dibebaskan;
2) Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalisinternus dan memperkuat
dinding belakang kanalisinguinalis;
3) Herniografi: membuat plasty diabdomen sehingga LMR (Locus Minorus
Resisten) menjadi kuat.
c. Penanganan pasca operasi:
1) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
2) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar dniding abdomen tidak tegang.
3) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
5) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen. (Romi, 2006).
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Identitas Klien
Pada pasien hernia adalah riwayat pekerjaan biasanya mengangkat benda berat,
nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk
dan bersin Discharge Planing pasien adalah hindari mengejan, mengangkat
benda berat, menjaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, biasanya
penderita hernia yang sering terkena adalah laki-laki pada hernia inguinalis dan
pada heria femoralis yang sering terkena adalah perempuan untuk usia antara
45-75 tahun (Baradero, 2005).

b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah terasa nyeri. Nyeri
tersebut adalah akut karena disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan (insisi pembedahan). Dalam mengkaji adanya nyeri, maka
digunakan teknik PQRST.

P= Provoking : Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi


timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian
tubuh yang menjalani prosedur pembedahan dan biasanya
nyeri akan bertambah apabila bersin, mengejan, batuk
kronik dll.

Q= Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.

R= Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.

S= Scale of pain : Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.
T=Time : Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk. (Arief,
Muttaqin, 2008).

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari hernia, yang
nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa di tentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena, merasa ada benjolan
di skrotum bagian kanan atau kiri dan kadang-kadang mengecil/menghilang.
Bila menangis, batuk, mengangkat beban berat akan timbul benjolan lagi, timbul
rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa kemeng disertai mual-muntah. Akibat
komplikasi terdapat shock, demam, asidosis metabolik, abses, fistel, peritonitis.
Pada pasien post operasi hernia juga akan merasakan nyeri dimana nyeri tersebut
adalah akut karena disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat tindakan
pembedahan (insisi pembedahan).

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor
predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, riwayat
penyakit menular atau penyakit keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya
pada daerah abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien
sebelumnya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama sepert klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular
dalam keluarga.

f. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yakni keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan meliputi
ketersediaan klinik kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku
meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih dan
sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang sehat
dan memenuhi persyaratan (Notoatmodjo, 2003). Kerja otot yang terlalu kuat,
mengangkat beban yang berat, batuk kronik, mengejan sewaktu miksi dan
defekasi, peregangan otot abdomen karena peningkatan tekanan intra abdomen
(TIA). Seperti obesitas dan kehamilan, kelemahan abdomen bisa disebabkan
kerena cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat
mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding
abdomen semakin melemah). Peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya
mengangkat beban berat, batuk kronis, kehamilan, kegemukan dan gerak badan
yang berlebih, (Nuari, 2015).

g. Status Nutrisi dan Cairan.


Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan
minum klien dalam sehari. Kaji apakah klien mengalami anoreksia, mual atau
muntah dan haus terus menerus. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang,
ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang NGT, timbang juga berat
badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal
klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan
serta tingkat kesadaran composmentis. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali
akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi
appendiks.
b. Sistem Pernafasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret, pergerakan dada
simetris, Irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul ada kemungkinan terjadi
nafas yang pendek dan cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada retraksi
otot bantu nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri sama, pada hernia
inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt) pada
perkusi terdapat bunyi paru resonan, suara nafas vesikuler tidak ada suara
tambahan seperti ronkhi dan whezzing.
c. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada clubbing finger, CRT < 3 detik, tidak terdapat sianosis, peningkatan
frekuensi dan irama denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyi jantung
pekak/redup, bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, bunyi jantung normal
S1 S2 tunggal lup dup.

d. Sistem Persyarafan (Brain)


Umumnya pada pasien hernia tidak mengalami gangguan pada persyarafannya,
namun gangguan bisa terjadi dengan adanya nyeri pada post operasi sehingga
perlu dikaji nilai GCS.

e. Sistem Perkemihan (Bladder)


Pada Post Operasi kaji apakah terdapat benjolan pada abdomen bagian bawah /
kandung kemih. Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai penurunan
produksi urine. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih.

Kaji PQRST.
P= Provoking : Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian
tubuh yang menjalani prosedur pembedahan dan biasanya
nyeri akan bertambah apabila berdin mengejan batuk
kronik dll.
Q= Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.

R= Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.

S= Scale of pain : Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.

T=Time : Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan


dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk. (Arief,
Muttaqin, 2008).
f. Sistem Pencernaan (Bowel)
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak ada asites, pada pasien post-op
biasanya sudah tidak ada benjolan pada abdomen, pada pasien post-op biasanya
ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen. Terdapat suara tympani pada
abdomen, Peristaltik usus 5-21x/menit.

g. Sistem Muskuluskeletal (Bone)


Biasanya post operasi herniotomy secara umum tidak memiliki gangguan, tetapi
perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah, dengan nilai kekuatan
otot (0-5), adanya kekuatan pergerakan atau keterbatasan gerak. Terdapat lesi/
luka. Kaji keadaan luka apakah terdapat push atau tidak, ada tidaknya infeksi,
keadaan luka bersih atau lembab.
h. Sistem Penginderaan
Pada post herniotomy pada sistem ini tidak mengalami gangguan baik
pengindraan, perasa, peraba, pendengaran dan penciuman semua dalam keadaan
normal.

i. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
parotis.

3. Analisa Data Pre Operasi


No Data Masalah Etiologi
1 Ds: Nyeri akut Terjadinya
a. Klien mengatakan perut terasa gangguan aliran
nyeri; darah di usus yang
b. Terasa kemeng pada bagian terjepit
selangkangan; ↓
c. Klien mengatakan agak pusing; trauma jaringan
d. Klien mengatakan takut untuk (usus terjepit)
miring kekiri/Kanan. ↓
Menstimulasi saraf
Do: nyeri
a. Klien tampak melindungi bagian ↓
inguinal; Menimbulkan rasa
b. Klien tampak kesulitan nyeri
mengangkat kaki kiri/kanan; ↓
c. Klien tampak menyeringai Nyeri akut
menahan sakit dan pusing.
2 Ds: Cemas Cemas Rencana
a. Klien mengatakan sedikit pembedahan
ketakutakan dilakukan operasi; ↓
b. Kien menanyakan kapan Kurang
dilakukan operasi dan pengetahuan
bagaimana prosesnya. rencana tindakan
pembedahan
Do:
a. Klien tampak tegang;
b. Klien tampak cemas.

4. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma jaringan (usus
terjepit) yang ditandai dengan klien mengatakan perut terasa nyeri, klien
mengatakan kemeng pada bagian selangkangan, klien mengatakan agak pusing,
klien mengatakan takut untuk miring ke kiri / kanan, klien tampak melindungi
bagian inguinal, klien tampak kesulitan mengangkat kaki kiri/kanan, klien
tampak menyeringai menahan sakit dan pusing.

b. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan rencana tindakan pembedahan


yang ditandai dengan, klien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi,
klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan bagaimana prosesnya, klien
tampak tegang, klien tampak cemas.

5. Intervensi Keperawatan Pre Operasi


Diangnosa Tujuan Kreteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah a. Kaji tingkat a. Membantu
berhubungan dilakukan nyeri- durasi- menentukan pili
dengan agen tindakan lokasi dan han intervensi
pencedera fisik keperawatan intensitas. dan memberikan
trauma jaringan selama 5 menit  dasar untuk 
(usus terjepit) klien dapat perban-dingan
ditandai dengan mengontrol dan evaluasi
klien mengatakan nyeri dengan terhadap terapi.
perut terasa nyeri, kriteria hasil:
b. Perilaku non
klien mengatakan a. Klien
b. Observasi verbal
kemeng pada mengatakann
ketidaknyamanan menunjukkan
bagian nyeri
non verbal. ketidaknyamana
selangkangan, klien berkurang.
nklien terhadap
mengatakan agak b. Klien
nyeri.
pusing, klien mengatakan p
mengatakan takut erut sudah c. Omunikasi
untuk miring ke tidak sebah. c. Gunakan strategi terapetik dapat
kiri/kanan, klien c. wajah klien komunikasi menenangkan
tampak tenang tidak terapetik. klien.
melindungibagian Nampak
d. Memfokoskan
inguinal, klien menahan
d. Gunakan Teknik perhatian klien
tampak kesulitan sakit.
distraksi dan membantu
mengangkat kaki
relaksasi. menurunkan
kiri/kanan, klien
tegangan otot.
tampak
menyeringai e. Lingkungan
menahan sakit dan e. Ciptakan suasana tenang dapat
pusing lingkungan yang mengurangi
tenang. factor-faktor
stress selama
nyeri.

f. Analgetik dapat
f. Kolaobrasi mengurangi rasa
dengan dokter nyeri yang
untuk pemberan dirasakan klien.
analgetik.
2 Cemas Setelah a. Jelaskan prosedur a. Kecemasan
berhubungan dilakukan termasuk sensasi klien akan
dengan kurang tindakan seperti keadaan berkurang
pengetahuan keperawatan selama prosedur. dengan
rencana tindakan selama 5 menit informasi yang
pembedahan yang kecemasan klien b. Temani klien diberikan
ditandai dengan, berkurang untuk perwat.
klien mengatakan dengan kreteria: meningkatkan
b. Dengan
sedikit takut akan a. klien tampak keamanan dan ditemani
dilakukan operasi, tenang. menurunkan
perawat
klien menanyakan kecemasan. kecemasan klien
kapan dilakukan b. klien c. Dengarkan akan sedikit
operasi dan mengatakan keluhan klien. berkurang.
bagaimana rasa takutnya
c. Membantu
prosesnya, klien berkurang.
menentukan
tampak tegang,
jenis intervensi
klien tampak c. klien d. Identifikasi yang akan
cemas. mengatakan perubahan level dilakukan.
siap untuk kecemasan. d. Mengetahui
dilakukan
operasi e. Dorong klien perkembangan
untuk keadaan klien.
mengungkapkan e. Membuat
Pertahankan secara verbal perasaan
kontak mata tentang perasaan- terbuka dan
persepsi dan bekerjasama
ketakutan. dalam
memberikan
informasi yang
akan membantu
f. Pertahankan identifikasi
kontak mata. masalah.
f. Kontak mata
menumbuhkan
hubungan saling
percaya
g. Turunkan antara perawat
stimulus pembuat dan klien.
cemas. g. Menurunkan
stimulus cemas
dapat mencegah
cemas yang
berkelanjutan

6. Analisa Data Pasca Operasi

No Data Masalah Etiologi

1 Ds: Nyeri Akut Agen pencedera fisik


Klien mengatakan nyeri pada ↓
lukaoperasi Diskontinuinitas
jaringan akibat tindakan
Do: pembedahan
a. Klien tampak menyeringai ↓
menahan sakit. Menstimulasi saraf
b. Nyeri dirasakan seperti nyeri
ditusuk tusuk. ↓
c. Nyeri bertambah jika Menimbulkan rasa
bergerak. nyeri
d. Tampak luka operasi. ↓
e. Nadi dan tekanan darah Nyeri Akut
meningkat.
f. Gelisah.
g. Sulit tidur.

2 Ds: Intoreransi Aktivitas Luka insisi


a. Klien mengatakan nyeri ↓
saat bergerak. Ketidaknyamanan /
b. Klien mengatakan enggan keterbatasan gerak
melakukan pergerakan. ↓
Aktivitas terganggu
Do: ↓
a. Fisik lemah. Intoreransi Aktivitas
b. Gerakan terbatas,
c. Klien tampak takut
bergerak.

3 Ds: Resiko Infeksi Adanya peoses


Klien mengatakan luka tersa inflamasi pada luka
panas dan perih. operasi

Do: Terpapar oeganisme
a. Tampak Kemerahan, oedem luar
pada luka. ↓
b. Luka tampak basah. Truma jaringan akibat
c. Hasil lab leukisit prosedur invasif/
menungkat. tindakan pembedahan

Rubor, dollor kalor
danPus pada luka

Resiko infeksi

4 Ds: Ansietas Kurangnya informasi


Klien mengatakan tidak tahu ↓
kapan bisa bergerak. mobilisasi dini post
operasi
Do: ↓
Klien tampak bertanya tanya Ansietas
tentang keadaanya.

7. Diagnosa Keperwatan Pasca Operasi


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (diskontinuinitas jaringan
akibat tindakan pembedahan /insisi pembedahan) yang ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada luka operasi, klien tampak menyerinagi menahan sakit,
Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, nyeri bertambah jika bergerak tampak
luka operasi, nadi dan tekanan darah meningkat, gelisah, sulit tidur.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan / keterbatasan
gerak, yang ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat bergerak, klien
mengatakan enggan melakukan pergerakan, Fisik lema, gerakan terbatas, klien
tampak takut bergerak.
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan Truma jaringan akibat prosedur invasif/
tindakan pembedahan dan adanya peoses inflamasi pada luka yang ditandai
dengan, klien mengatakan luka tersa panas dan perih, tampak kemerahan,
oedem pada luka, luka tampak basah, hasil lab leukosit meningkat.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang mobilisasi post
operasi yang didandai dengan, klien mengatakan tidak tahu kapan bisa
bergerak, klien tampak bertanya tanya tentang keadaanya.

8. Intervensi Keperawatan Pasca Operasi

Diangnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kreteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah a. Observasi a. Tanda-tanda vital
berhubungan dilakukan tanda-tanda merupakan acuan
dengan agen tindakan vital untuk mengetahui
pencedera fisik keperawatan keadaan umum
(diskontinuinitas selama 2x24 pasien
jaringan akibat jam
tindakan diharapkan b. Identifikasi b. Membantu
pembedahan / nyeri klien karakteristik mengidentifikasi
insisi hilang atau nyeri dalamnya nyeri dan
pembedahan). berkurang. (P,Q,R,S,T) menentukan
ditandai dengan Kriteria hasil: intervensi yang
klien mengatakan 1.Skala nyeri tepat
nyeri pada luka 1-3, c. Identifikasi c. Memberi motivasi
operasi, klien 2. tanda-tanda respon nyeri buat kesembuhan
tampak 3. Klien tidak non verbal pasien
menyerinagi meringis
menahan sakit, kesakitan. d. Beri informasi d. Meningkatkan
Nyeri dirasakan dan edukasi informasi dan
seperti ditusuk pada klien kerjasama
tusuk, nyeri tentang
bertambah jika penyebab nyeri
bergerak tampak
luka operasi, nadi e. Ajarkan tehnik e. Membantu keluarga
dan tekanan darah non dan pasien untuk
meningkat, farmakologis memilih tindakan
gelisah, sulit tidur (relaksasi yang tepat untuk
napas dalam mengatasi nyeri dan
dan distraksi) mampu
meningkatkan
koping

f. Kolaborasi f. Mempercepat
pemberian proses
analgetik penyembuhan
sesuai indikasi
2 Intoleransi Setelah a. Kaji a. Mengetahui
aktivitas diberikan kemampuan kemampuan klien
berhubungan asuhan klien dalam untuk berpindah.
dengan keperawatan mobilisasi.
ketidaknyamanan dalam waktu
/ keterbatasan 2x24 jam b. Dampingi dan b. Memberi bantuan
gerakyang diharapkan bantu klien dapat membantu
ditandai dengan klien dapat saat mobilisasi klien untuk
klien mengatakan beraktivitas dan bantu mempermudah
nyeri saat dengan penuhi berpindah.
bergerak, klien nyaman kebutuhab
mengatakan dengan ADLs klien.
enggan kreteria hasil:
melakukan c. Anjurkan klien c. Memberikan posisi
pergerakan, Fisik a. Klien saat bagaimana yang nyaman dapat
lema, gerakan bergerak merubah meningkatkan
terbatas, klien tidak nyeri. posisi dan kenyamanan klien.
tampak takut b. Klien tidak berikan
bergerak. enggan bantuan jika
untuk diperlukan.
bergerak.
c. Fisik lebih
kuat.

3 Resiko Infeks i Setelah a. Pantau tanda- a. Suhu malam hari


berhubungan diberikan tanda vital. memucak yang
dengan Truma askep dalam kembali ke normal
jaringan akibat waktu 2x24 pada pagi hari
prosedur invasif/ jam adalah karakteristik
tindakan diharapkan infeksi.
pembedahan dan infeksi tidak
adanya peoses terjadi dengan b. Observasi b. Perkembangan
inflamasi pada kreteria hasil: penyatuan luka, infeksi dapat
luka yang a. Tanda-tanda karakter memperlambat
ditandai dengan, vital dalam drainase, pemulihan.
klien mengatakan batas adanya
luka tersa panas normal. inflamasi.
dan perih, tampak
kemerahan, b. Luka kering c. Pertahankan c. Lindungi pasien
oedem pada luka, tidak ada keperawatan dari kontaminasi
luka tampak pus. luka aseptic. selama pengantian.
basah, hasil lab
leukosit d. Pertahankan d. Balutan basah
meningkat balutan kering), bertindak sebagai
sumbu penyerapan
kontaminasi.
4 Ansietas Setelah a. Bina hubungan a. Hubungan saling
berhubungan dilakukan dan saling percaya percaya adalah
dengan kurangnya tindakan antara perawat dasar hubungan
informasi tentang keperawatan dengan pasien. terpadu yang
Mobilisasi post selama 1x2 mendukung pasien
operasi yang jam dalam mengatasi
didandai dengan, diharapkan perasaan cemas.
klien mengatakan pasien dapat
tidak tahu kapan mengurangi b. Pahami rasa b. Perasaan adalah
bisa bergerak, ansietas. takut atau nyata dan
klien tampak Kriteria hasil: ansietas pasien. membantu pasien
bertanya tanya Pasien tidak untuk terbuka
tentang menampakkan sehingga dapat
keadaanya. tanda-tanda mendiskusikan dan
gelisah, pasien menghadapinya.
terlihat tenang,
pasien mampu c. Observasi c. Mengetahui sejauh
memahami tingkat ansietas mana tingkat
mobilisasi dini yang dialami kecemasan yang
post operasi. oleh pasien. dirasakan oleh
pasien.

d. Temani atau d. Dukungan yang


atur supaya ada terus menerus
seseorang yang mungkin membantu
bersama pasien mengurangi
pasien. ansietas atau rasa
takut ke tingkat
yang dapat diatasi.

e. Beri penjelasan e. Mengurangi rasa


pada pasien cemas pasien akan
tentang penyakitnya,
penyakitnya.

(SIKI,PPNI,2018)

C. Impemantasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang


merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah
melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah ditetapkan sebelumnya
D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).

1. Pre Operasi

Pada diagnoasa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik
(trauma jaringan /usus terjepit) diharapkan selama 5 menit klien dapat mengontrol
nyeri dengan kriteria hasil, klien mengatakann nyeri berkurang, klien
mengatakan perut sudah tidak sebah, wajah klien tenang tidak Nampak menahan
sakit.
Pada diagnose keperawatan Cemas berhubungan dengankurang pengetahuan
rencana tindakan pembedahan diharapkan selama 5 menit kecemasan klien
berkurang dengan kreteria kien t mpak tenang, klien mengatakan rasa takutnya
berkurang, klien mengatakan siap untuk dilakukan operasi.

2. Pasca Operasi

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(diskontinuinitas jaringan akibat tindakan pembedahan /insisi pembedahan) selama
2x24 jam diharapkan skala nyeri 1-3, tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan
darah 90-130/60-90 mmHg dan frekuensi pernafasan 16-20 x/menit), keadaan luka
bersih pasien tidak menyeringai kesakitan.

Pada diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidaknyamanan / keterbatasan gerak selama 2x24 jam diharapkan ADL (Activity
Daily Living) dapat terpenuhi, pasien dapat beraktivitas secara mandiri, tidak nyeru
waktu bergerak.

Pada diagnosa keperawatan Resiko Infeksi berhubungan dengan Truma jaringan


akibat prosedur invasif/ tindakan pembedahan dan adanya peoses inflamasi pada
luka selama 2x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, Luka kering tidak ada pus.
Pada diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mobilisasi dini post operasi selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat mengurangi
ansietas. Kriteria hasil: Pasien tidak menampakkan tanda-tanda gelisah, pasien
terlihat tenang, pasien mampu memahami mobilisasi dini post operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Muttaqin, (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: EGC.

Baradero, M, et al. (2005). Prinsip dan Praktek Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Griffith H. Winter, (1997). Buku Pintar Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
(Fakultas Kedokteran Indonesia).

Notoatmodjo,S.,(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Rineka Cipta.

Nuari Afrian Nian, 2015. Buku Ajar Asuhan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: TIM.

Romi, (2006). http://www.kompas.com/kesehatan/news. Diakses tanggal 29 Mei 2021


pukul 22.12 WITA.

Sjamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar ilmu Bedah. ECG. Jakarta. Indonesia

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. Retrieved


from http://www.inna-ppni.or.id. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. oleh NPL
Primandari - 2019.

Sue, Hinchliff, (1999). Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC


Suratun, Lusianah, (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Tambayong, J., (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai