Oleh :
1. Definisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, fermonalis, dll (Syamsuhidajat, 2011).
Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ
melalui lubang (aperture) pada struktur di sekitarnya, umumnya protusio organ
abdominal, melalui celah dari dinding abdomen (Sue Hinchliff, 1999: 206).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya (Winter Griffith, 1997: 340). Hernia
inguinalis lateralis (indireek) adalah hernia yang melalui anulusinguinalis internus
yang terletak di sebelah lateralvasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis dan
keluar ke ronggaperut melalui anulus inguinalis eksternus (Siti Aisyah, Dkk 2013).
Kesimpulannya adalah hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan atau
struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut. Karena adanya defek kongenital dan faktor predisposisi seperti kelemahan
otot abdomen, peningkatan tekanan intar abdomen karena beberapa hal. Hernia
mengacu pada herniasi omentum (lipatan peritoneum yang memanjang dari
lambung ke organ abdomen yang berdekatan), usus atau struktur tubuh lainnya
melalui dinding abdomen.
2. Epidemiologi Hernia
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipatan paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikus 3%. Pada hernia inguinalislebih sering pada laki-laki daripada
perempuan (Sjamsuhidajat, R, 2011).
3. Etiologi
Penyebab/ Faktor Predisposisi
Lemahnya dinding rongga perut, dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
Akibat dari pembedahan sebelumnya.
a. Kongenital:
Hernia kongenital sempurna,
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).
b. Aquisial
Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain:
1) Tekanan intra abdominal yang tinggi:
2) Banyak dialami pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun
BAK.
3) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intra abdominal
4) Penyakit yang melemahkan dinding perut
5) Merokok
6) Diabetes mellitus
4. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital
yaitu kegagalan penutupan proses usvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, factor yang
kedua adalah factor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjolkeluardariannulus inguinalis ekstermus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi
tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat
kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara
spontan ataupun manual akibat terjdi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini
akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cin-cin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus
yaitu gejala obstruksiusus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi
hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abseslocal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltic usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan
timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
(Manjoer, Arief, dkk, 2000).
Pathway Hernia
5. Manifestasi Klinis
Menurut Jong (2008), tanda dan gejala dari hernia, antara lain:
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
6. Klasifikasi Hernia
Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya, terjadinya, dan sifatnya. Berikut
klasifikasi yang dimaksudkan yaitu:
Anatomi Fisiologi
Anatomi Sistem Pencernaan
Anatomi Usus
a. Fisologi
1) Usus Halus
Fungsi usus halus adalah mengangkut kimus dari lambung ke usus besar,
menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari dinding dan
kelenjar lain, menyerap hasil akhir pencernaan kedalam darah dan limfe, dan
mengerahkan hormon tertentu. Agar dapat melaksanakan semua itu, usus
halus harus mempeluas permukaan mukosanya, antara lain dengan plica
sirkularis kerckring, vitus dan kriptus mikrovili. Bahkan makanan yang ada
didalam lumen usus halus mendapat tambahan sekret dari banyak kelenjar,
yaitu kelejar intestinal atau kriptus, lieberkuhn, kelenjar submokosa dari
duodenum. Kelenjar yang letaknya di luar saluran cerna, tetapi menyalurkan
sekretnya ke dalam lumen duodenum, yaitu hati (hepar) dan pankreas.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum)
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui springter pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dindingusus kaya akan pembuluh darah yang mengangkat zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender
(yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pencahan-
pencahan makanan yang di cerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
2) Usus Besar
Salah satu fungsi usus besar adalah mengabsorbsi cairan. Fungsi lain adalah
mensekresi mucus (lendir) yang berfungsi sebagai pelumas. Pelumas ini
menjadi lebih penting karena cairan di absorbsi dan feses menjadi lebih keras
sehingga kemungkinan merusak mukosa menjadi lebih besar.
Usus besar terdiri dari:
a) kolon asendens (kanan);
b) kolon transversum;
c) kolon desendens (kiri);
d) kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi membuat zat-zat
penting seperti vitamin k, bakteri ini penting untuk fungsional dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadi diare.
Beberapa sifat khas otot polos pada usus adalah sebagai berikut:
a) Sensitium fungsional, yang berarti bahwa potensial aksi yang berasal dari
salah satu serabut otot polos umumnya di hantarkan dari serabut ke
serabut.
b) Kontraksi otot intestinalis, otot polos saluran pencernaan menunjukkan
kontraksi tonik dan kontraksi ritmik, kontraksi tonik bersifat kontinue.
Springter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan
makanan dalam usus. Kontraksi ritmik bertanggung jawab akan fungsi
fasik saluran pencernaan, seperti percampuran makanan atau dorongan
peristaltik makanan. Pleksus mieterikus terutama mengatur gerakan
gastrointestinalis sedangkan pleksus submukosa penting dalam mengatur
sekresi dan juga melakukan melakukan banyak fungsi serosis, yang
menerima isyarat terutama dari epitel usus dari reseptor regangan dalam
dinding usus.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Suratan dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik pada klien hernia
yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan 14 ketidakseimbangan
elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
b. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi.
d. Sinar X abdomen Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitive berupa
operasi.
b. Tindakan Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan herniorapi serta
herniograpi
1) Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung
dibuka dan isi hernia dibebaskan;
2) Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalisinternus dan memperkuat
dinding belakang kanalisinguinalis;
3) Herniografi: membuat plasty diabdomen sehingga LMR (Locus Minorus
Resisten) menjadi kuat.
c. Penanganan pasca operasi:
1) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
2) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar dniding abdomen tidak tegang.
3) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
5) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen. (Romi, 2006).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Identitas Klien
Pada pasien hernia adalah riwayat pekerjaan biasanya mengangkat benda berat,
nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk
dan bersin Discharge Planing pasien adalah hindari mengejan, mengangkat
benda berat, menjaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, biasanya
penderita hernia yang sering terkena adalah laki-laki pada hernia inguinalis dan
pada heria femoralis yang sering terkena adalah perempuan untuk usia antara
45-75 tahun (Baradero, 2005).
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah terasa nyeri. Nyeri
tersebut adalah akut karena disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan (insisi pembedahan). Dalam mengkaji adanya nyeri, maka
digunakan teknik PQRST.
Q= Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.
R= Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
S= Scale of pain : Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.
T=Time : Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk. (Arief,
Muttaqin, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan
serta tingkat kesadaran composmentis. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali
akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi
appendiks.
b. Sistem Pernafasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret, pergerakan dada
simetris, Irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul ada kemungkinan terjadi
nafas yang pendek dan cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada retraksi
otot bantu nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri sama, pada hernia
inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt) pada
perkusi terdapat bunyi paru resonan, suara nafas vesikuler tidak ada suara
tambahan seperti ronkhi dan whezzing.
c. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada clubbing finger, CRT < 3 detik, tidak terdapat sianosis, peningkatan
frekuensi dan irama denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyi jantung
pekak/redup, bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, bunyi jantung normal
S1 S2 tunggal lup dup.
Kaji PQRST.
P= Provoking : Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian
tubuh yang menjalani prosedur pembedahan dan biasanya
nyeri akan bertambah apabila berdin mengejan batuk
kronik dll.
Q= Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.
R= Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
S= Scale of pain : Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.
i. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar
parotis.
f. Analgetik dapat
f. Kolaobrasi mengurangi rasa
dengan dokter nyeri yang
untuk pemberan dirasakan klien.
analgetik.
2 Cemas Setelah a. Jelaskan prosedur a. Kecemasan
berhubungan dilakukan termasuk sensasi klien akan
dengan kurang tindakan seperti keadaan berkurang
pengetahuan keperawatan selama prosedur. dengan
rencana tindakan selama 5 menit informasi yang
pembedahan yang kecemasan klien b. Temani klien diberikan
ditandai dengan, berkurang untuk perwat.
klien mengatakan dengan kreteria: meningkatkan
b. Dengan
sedikit takut akan a. klien tampak keamanan dan ditemani
dilakukan operasi, tenang. menurunkan
perawat
klien menanyakan kecemasan. kecemasan klien
kapan dilakukan b. klien c. Dengarkan akan sedikit
operasi dan mengatakan keluhan klien. berkurang.
bagaimana rasa takutnya
c. Membantu
prosesnya, klien berkurang.
menentukan
tampak tegang,
jenis intervensi
klien tampak c. klien d. Identifikasi yang akan
cemas. mengatakan perubahan level dilakukan.
siap untuk kecemasan. d. Mengetahui
dilakukan
operasi e. Dorong klien perkembangan
untuk keadaan klien.
mengungkapkan e. Membuat
Pertahankan secara verbal perasaan
kontak mata tentang perasaan- terbuka dan
persepsi dan bekerjasama
ketakutan. dalam
memberikan
informasi yang
akan membantu
f. Pertahankan identifikasi
kontak mata. masalah.
f. Kontak mata
menumbuhkan
hubungan saling
percaya
g. Turunkan antara perawat
stimulus pembuat dan klien.
cemas. g. Menurunkan
stimulus cemas
dapat mencegah
cemas yang
berkelanjutan
Diangnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kreteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah a. Observasi a. Tanda-tanda vital
berhubungan dilakukan tanda-tanda merupakan acuan
dengan agen tindakan vital untuk mengetahui
pencedera fisik keperawatan keadaan umum
(diskontinuinitas selama 2x24 pasien
jaringan akibat jam
tindakan diharapkan b. Identifikasi b. Membantu
pembedahan / nyeri klien karakteristik mengidentifikasi
insisi hilang atau nyeri dalamnya nyeri dan
pembedahan). berkurang. (P,Q,R,S,T) menentukan
ditandai dengan Kriteria hasil: intervensi yang
klien mengatakan 1.Skala nyeri tepat
nyeri pada luka 1-3, c. Identifikasi c. Memberi motivasi
operasi, klien 2. tanda-tanda respon nyeri buat kesembuhan
tampak 3. Klien tidak non verbal pasien
menyerinagi meringis
menahan sakit, kesakitan. d. Beri informasi d. Meningkatkan
Nyeri dirasakan dan edukasi informasi dan
seperti ditusuk pada klien kerjasama
tusuk, nyeri tentang
bertambah jika penyebab nyeri
bergerak tampak
luka operasi, nadi e. Ajarkan tehnik e. Membantu keluarga
dan tekanan darah non dan pasien untuk
meningkat, farmakologis memilih tindakan
gelisah, sulit tidur (relaksasi yang tepat untuk
napas dalam mengatasi nyeri dan
dan distraksi) mampu
meningkatkan
koping
f. Kolaborasi f. Mempercepat
pemberian proses
analgetik penyembuhan
sesuai indikasi
2 Intoleransi Setelah a. Kaji a. Mengetahui
aktivitas diberikan kemampuan kemampuan klien
berhubungan asuhan klien dalam untuk berpindah.
dengan keperawatan mobilisasi.
ketidaknyamanan dalam waktu
/ keterbatasan 2x24 jam b. Dampingi dan b. Memberi bantuan
gerakyang diharapkan bantu klien dapat membantu
ditandai dengan klien dapat saat mobilisasi klien untuk
klien mengatakan beraktivitas dan bantu mempermudah
nyeri saat dengan penuhi berpindah.
bergerak, klien nyaman kebutuhab
mengatakan dengan ADLs klien.
enggan kreteria hasil:
melakukan c. Anjurkan klien c. Memberikan posisi
pergerakan, Fisik a. Klien saat bagaimana yang nyaman dapat
lema, gerakan bergerak merubah meningkatkan
terbatas, klien tidak nyeri. posisi dan kenyamanan klien.
tampak takut b. Klien tidak berikan
bergerak. enggan bantuan jika
untuk diperlukan.
bergerak.
c. Fisik lebih
kuat.
(SIKI,PPNI,2018)
C. Impemantasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
1. Pre Operasi
Pada diagnoasa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik
(trauma jaringan /usus terjepit) diharapkan selama 5 menit klien dapat mengontrol
nyeri dengan kriteria hasil, klien mengatakann nyeri berkurang, klien
mengatakan perut sudah tidak sebah, wajah klien tenang tidak Nampak menahan
sakit.
Pada diagnose keperawatan Cemas berhubungan dengankurang pengetahuan
rencana tindakan pembedahan diharapkan selama 5 menit kecemasan klien
berkurang dengan kreteria kien t mpak tenang, klien mengatakan rasa takutnya
berkurang, klien mengatakan siap untuk dilakukan operasi.
2. Pasca Operasi
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(diskontinuinitas jaringan akibat tindakan pembedahan /insisi pembedahan) selama
2x24 jam diharapkan skala nyeri 1-3, tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan
darah 90-130/60-90 mmHg dan frekuensi pernafasan 16-20 x/menit), keadaan luka
bersih pasien tidak menyeringai kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Muttaqin, (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
(Fakultas Kedokteran Indonesia).
Nuari Afrian Nian, 2015. Buku Ajar Asuhan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: TIM.