Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINAL STRANGULATA

I. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Hernia adalah produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia (Nuruzzaman, 2019).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau
jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam
keadaan normal tertutup (Zahro, 2019)
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
fermonalis (Dwi, 2018).

B. Klasifikasi
Menurut Nuruzzaman (2019), klasifikasi hernia dibagi atas 3 yaitu berdasarkan letak
berdasarkan sifat dan keadaannya, dan berdasarkan golongan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Letak
a. Hernia eksterna : Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia
inguinalis lateralis (indireek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia
femolaris, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis dan hernia sikatrikalis.
b. Hernia interna : Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar yaitu hernia
obturotorika, hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi dan hernia ligament
treitz.
2. Berdasarkan Sifat dan Keadaannya
a. Hernia reponibel Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau di dorong masuk perut. Selama
hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia
c. Hernia inkarserata atau strangulata Bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, terjadi gangguan veskularisasi. Hernia inkaserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai
gangguan vaskularisasi. Reaksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
d. Hernia Richter Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, Hernia
yang pertama kali ditemukan pertama kali oleh Richter (1778) ini jarang
ditemukan, kebanyakan ditemukan pada Hernia femoralis atau obturatoria.
Biasanya sebagian dinding usus antemesenterial mengalami inkaserasi karena
pintu Hernia kecil dengan tepi keras dan tajam. Ileus obstruksi mungkin parsial
atau total, sedangkan benjolan Hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosa pada
waktu laparatomi.
e. Hernia Interparietalis Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam
celah antara lapisan dinding perut.
f. Hernia Insipiens Hernia Insipiens yang membalut merupakan hernia indirect
pada kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus.
g. Hernia Sliding Kondisi spingter kardia membesar, yang memungkinkan satu
bagian lambung melewati rongga torak. Pada Hernia sliding lambung atas dan
pertemuan gastroesofagus berubah tempat kedalam torak.
3. Berdasarkan Regionya
a. Hernia inguinalis Kondisi dimana penonjolan organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding ang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering yaitu usus halus, tetapi bisa juga merupakan
suatu jaringan lemak atau omentum..
b. Hernia femolaris Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan
kantong di bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial
dan vena femoralis dilateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding
laki – laki dengan perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan
sangat jarang pada anak – anak.
c. Hernia umbilikus Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara
spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau
kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek Hernia yang
diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan Hernia
umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun.
d. Hernia Paraumbilikus Hernia Paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu
celah di garis tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan
operasi untuk dikoreksi.
e. Hernia Hiatal Hernia hiatal adalah esophagus masuk abdomen melalui lubang
diafragma, dan mengosongkan diri pada ujung bawah keadaan bagian atas
lambung. Normalnya, lubang dalam diafragma mengelilingi esofagus dengan
kencang, dan lambung berada separuhnya dalam abdomen.
f. Hernia Epigastrika Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang
keluar melalui defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.
g. Hernia lumbalis Hernia Lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista
iliaka, ada dua trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis
inferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
h. Hernia Littre Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia
berisi divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia
littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
i. Hernia Spiegheli Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang
menonjol di linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
j. Hernia Perinealis Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum
melalui otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara
primer pada perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum,
seperti prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi
pelvis.
k. Hernia Ventralis Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di
dinding perut bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan
hernia sikatriks.
l. Hernia strotalis Hernia skrotalis adalah Hernia yang melalui cincin inguinalis
dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan
lateral, yang dapat mencapai skrotum, Hernia ini disebut juga Hernia inguinalis
indirect yang isinya masuk kedalam skrotum secara lengkap. Hernia ini harus
cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis skrotum. Hernia inguinalis
lateralis inkarserata merupakan hernia yang sering atau paling banyak didapat
terutama pada laki-laki, dengan bentuknya bulat lonjong. Disebut inkarserata
karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat kembali kedalam rongga perut
disertai gangguan vaskularisasi.

C. Etiologi
Menurut Zahro (2019), hernia dapat di jumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada
laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah :
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa, sejak lahir (congenital) merupakan salah satu factor
utama yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang rutin
dapat meningkatkan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
a. Kegemukan
b. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
D. Patofisiologi
Penyebab terjadinya hernia karena adanya kelemahan dinding otot dalam abdomen
untuk menahan rongga abdomen, kegemukan, dan mengangkat beban yang terlalu berat
sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Tekanan intraabdominal meningkat
yang menyebabkan isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali dan terjadilah penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada 19 keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, peritonitis (Zahro, 2019).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah dan
kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. lnsisi bedah
mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, staris cairan tubuh). Luka bedah sendiri juga merupakan jalan
masuk bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi, Rasa nyeri
timbul pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan, manipulasi jaringan dan
organ. Dapat juga terjadi karena kompresi/stimulasi ujung saraf oleh bahan kimia yang
dilepas pada saat operasi atau karena ischemi jaringan akihat gangguan suplai darah ke
salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasme otot atau hematoma. Sehingga terjadi
masalah nyeri akut dan resiko infeksi (Adi & Wulandari, 2017).
Prosedur bedah akan mengakibatkan terjadinya luka insisi yang biasanya dapat
menimbulkan kerusakan integritas kulit yang dapat membuat tidak nyaman sehingga
mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. Setelah dilakukan pembedahan klien akan
mengalami kerusakan spasme otot akibat terputusnya jaringan saraf dan dapat
mengakibatkan kelemahan pada alat gerak serta menyebabkan keterbatasan dalam
pergerakan fisik pada ekstremitas sehingga timbullah masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik (Nuari, 2015)

E. Manifestasi klinis
Adapun manisfestasi klinis yaitu :
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering benjolan dilipatan paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada konplokasi.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi kandung dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria disertai hematuria kencing darah
disamping benjolah dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas
7. Bila klien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
3. USG untuk menilai masa hernia inguinalis (Muttaqin dan Sari, 2015)

G. Komplikasi
Menurut Zahro (2019), komplikasi yang sering terjadi pada Hernia adalah sebagai
berikut :
1. Hernia berulang
2. Hematoma
3. Retensi urin
4. Infeksi pada luka
5. Nyeri kronis atau akut
6. Pembengkakan testis karena atrofi testis
7. Rekurensi hernia (sekitar 2%)

Sedangkan menurut Nuari (2015) komplikasi yang sering terjadi pada Hernia, adalah
sebagai berikut :

1. Terjadi perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia sehingga isi
Hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut Hernia inguinalis
irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi Hernia
yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilis adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding Hernia dan isinya dapat menjadi besar karena inflamasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin Hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut Hernia inguinalis strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan
obstipasi. Pada 25 strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.

H. Pentalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam yaitu :
1. Konservatif
a. Reposisi Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam
vacum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi
dilakukan pada klien dengan hernia reponible dengan cara memakai dua tangan.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinal strangulata kecuali pada
anakanak.
b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol di daerah
sekitar hernia yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isi hernia keluar dari vacum peritoni.
2. Operatif Operasi dilakukan dengan tiga tahap:
a. Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke vacum abdominalis.
b. Hernioraphy Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan
m.transversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasti Menjahitkan coojoint tendon pada ligamentum inguinale agar
LMR hilang atau tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien post op hernia pengkajian
meliputi :
1. Identitas Klien Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk RS
Keluhan utama saat masuk rumahsakit Keluhan utama klien dengan hernia inguinalis
adalah adanya benjolan akibat masuknya materil melalui kanalis inguinalis bisa bersifat
hilang timbul atau 25 juga tidak. Nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar pada
sisi hernia terutama pada hernia strangulata dan hernia inkaserataRiwayat Kesehatan
Sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu, gangguan mental,
ketidakmampuan untuk berkosentrasi, respirasi cheynes-stoke
b. Keluhan utama saat dikaji
Keluhan saat di kaji pada klien Post Op Hernioraphy yang timbul nyeri, lemas,
pusing, mual, dan kembung. Menurut Muttaqin dan Sari (2012), pada klien post
op hernioraphy akan mengeluh nyeri pada bekas operasi. Nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk pada area operasi dan sangat jarang terjadi penyebaran kecuali jika
ada komplikasi. Skala nyeri hebat pada 2 jam pertama pasca operasi dikarenakan
pengaruh obat anestesi hilang, nyeri hilang timbul/menetap sepanjang hari
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang penting untuk dikaji adalah penyakit sistemik,
seperti DM, tuberculosis, hipertensi, dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
preoperatif. Serta riwayat batuk kronis dan tumor intraabdominal, bedah
abdominal
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi didalam
rumah
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi
Pada klien hernia inguinalis muncul gejala anoreksia, mual/muntah, flatus dan
sendawa.
b. Pola eliminasi
Pasien post operasi dapat mengalami konstipasi sebagai efek dari puasanya. Tidak
terjadi perubahan warna urine dan feses pada klien .
c. Pola istirahat tidur
Pola tidur bisa saja terganggu pada pasien post operasi, karena adanya rasa nyeri,
cemas ataupun tidak nyaman akibat pembedahan.
d. Pola personal hygine
Biasanya pasien post operasi dalam memenuhi perawatan dirinya memerlukan
bantuan.
e. Pola aktivitas fisik Aktivitas
klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri luka post
operasi.

4. Terapi
5. Data Fokus
6. Analisa Data

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, post operasi (D.0056)
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (D.0080)
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi pasca operasi (D.0055)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (post operasi) (D.0142)

C. Intervensi Keperawatan

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0077 Setelah dilakukan Observasi


Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

2. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
(pasca operasi) Dibuktikan aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
dengan : dengan kriteria hasil : tertentu
Mengeluh lelah 1. kemudahan dalam
1. Frekuensi jantung melakukan aktivitas Teraupetik
meningkat sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
2. Sianosis 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
3. Mengeluh lelah atas dan bawah aktivitas
4. Merasa tidak nyaman meningkat
setelah beraktivitas 3. keluhan lelah Kolaborasi
membaik 5. anjurkan melakukan aktivitas
4. dispneu saat aktivitas secara bertahap
menurun
3. D.0080 Setelah dilakukan Observasi
Ansietas (kecemasan) intervensi keperawatan 1. Identifikasi penyebab ansietas
berhubungan dengan diharapkan ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun dengan kriteria
kurangnya terpapar
hasil :
informasi. Ditandai dengan - perilaku gelisah Teraupetik
: menurun 3. Ciptakan suasana teraupetik
- merasa bingung - verbalisasi kahwatir untuk menimbulkan
- merasa kahwatir dengan akibat kondisi yang kepercayaan
akibat dari kondisi yang dihadapi menurun 4. Temani pasien atau keluarga
dihadapi - perilaku tegang cukup pasien untuk mengurangi
menurun
- sulit berkosentrasi kecemasan
- tampak gelisah 5. Gunakan pendekatan yang
- tampak tegang tenang dan meyakinkan
- suara bergetar
- tekanan darah Edukasi
meningkat 6. Latihan teknik relaksasi
7. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
8. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. D.0055 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pola tidur intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan dengan diharapkan pola tidur tidur
kondisi pasca operasi. membaik dengan kriteria
2. Identifikasi penyebab susah
Ditandai dengan : hasil :
- Mengeluh sulit tidur - Keluhan sulit tidur tidur
- Mengeluh sering menurun
terjaga - Mengeluh sering Teraupetik
- Mengeluh tidak puas terjaga menurun 3. Lakukan prosedur untuk
tidur - Mengeluh tidak puas meningkatkan kenyamanan
- Mengeluh pola tidur tidur menurun (posisi tidur)
berubah - Melaporkan pola tidur
Edukasi
- Mengeluh istirahat membaik
tidak cukup - Melaporkan istirahat 4. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
5. Anjurkan pasien untuk tidur
tepat waktu

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
tidur agar tidak terjaga
5. D.0142 Setelah dilakukan Observasi
Resiko infeksi intervensi keperawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala
berhubungan dengan diharapkan tingkat infeksi lokal dan iskemik
prosedur invasif (post infeksi mneurun dengan
oprasi). Ditandai dengan kriteria hasil :
faktor resiko : - Demam menurun Teraupetik
- Efek rposedur invasive - Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pada
- Kerusakan integritas - Nyeri menurun area luka
kulit - Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
- Demam - Kebersihan tangan sesudah kontak dengan pasien
- Kemerahan meningkat 4. Rawat luka
- bengkak
5. Pertahankan teknik aseptic
pada saat melakukan tindakan
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
antibiotik

D. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien
dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria
hasil (Patrisia et al., 2020).

PATHWAY

Aktivitas berat, kelmahan dinding


abdominal, adanya tekanan
Hernia

Hernia umbikalis Hernia Inguinalis


Hernia para umbilikalis
konginetal
Kantung hernia memasuki
Gangguan suplai Kantung hernia celah inguinal
darah ke intesitinal melewati dinding
abdomen
Benjolan pada egion
Nekrosis Intestinal inguinal
Ketidaknyamanan
abdominal
Pembedahan

Intervensi bedah

Terputusnya jaringan Insisi bedah Perilaku gelisah


syaraf
Pasca Pembedahan Kurang informasi
Nyeri akut
D.0077 Tirah baring Ansietas
D.0088
Susah tidur Kelemahan
Resiko Infeksi
D.0142
Intoleransi aktivitas
Gangguan pola tidur D.0056
D.0055

DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Kurnia Piardani. (2018). Asuhan Keperawatan Tn. D Dengan Hernia Inguinalis Serta
Aplikasi Pendidikan Kesehatan Pre Operasi Terhadap Kecemasan Di Irna Bedah Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Universitas Andalas.

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam
15.00)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai