Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat
di atas tekanan darah yang disepakati normal. Hipertensi merupakan the silent disease
atau disebut juga dengan siluman pembunuh karena seeorang tidak mengetahui jika
dirinya mengalami peningkatan tekanan darah, baik secara lambat maupun mendadak
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Diagnosis hipertensi ditegakkan apabila
didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
(TDD) ≥ 90 mmHg (Machsus et al., 2020).
Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kondisi tekanan darah sistolik
yang berada di atas batas normal, yaitu melebihi 140 mm Hg dan/atau disertai dengan
tekanan darah diastolik yang juga melebihi batas normal, yaitu di atas 90 mm Hg
(Anshari, 2020).
Hipertensi suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus menerus lebih dari suatu periode 5 Hipertensi juga didefinisikan sebagai
evevasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan
tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Sari et al., 2020).

B. Klasifikasi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Meningkat 120-129 mmHg < 80 mmHg
Stadium 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 2 ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
tekanan darah diklasifikasikan menjadi normal, meningkat (elevated), hipertensi stadium
1 dan 2. Klasifikasi hipertensi stadium 1 diubah dari sebelumnya karena data risiko
penyakit jantung dengan sistole/diastole, modifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah, dan studi acak terkontrol mengenai pengobatan antihipertensi. Risiko
penyakit jantung meningkat progresif pada tekanan darah 130-139/85-89 mmHg
dibandingkan dengan < 120/80 mmHg (Adrian & Tommy, 2019).

C. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), keb iasaan merokok, obesitas,
kurang aktivitas fisik, stress, penggunaan estrogen dan salah satunya yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi adalah pola konsumsi garam dengan intake
berlebihan4 .Penyebab hipertensi diantaranya adalah konsumsi makanan asin, kafein,
konsumsi mono sodium glutamat (vetsin, kecap, pasta udang) (Purwono et al., 2020).

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya krisis hipertensi dipicu oleh kegagalan fungsi autoregulasi
dalam menjaga aliran darah yang sesuai untuk mengkompensasi peningkatan resistensi
vaskular sistemik. Endotelium memiliki peran utama dalam mengatur tekanan
darah.Endotelium mengeluarkan nitric oxide dan prostacyclin yang dapat memodulasi
tekanan vaskular. Disamping itu peran sistem renin angiotensin juga sangat
mempengaruhi terjadinya krisis hipertensi.Peningkatan tekanan darah secara drastis dan
menetap dalam waktu yang lama menyebabkan respon vasodilatasi endothelium
berkurang dan melepaskan vasokonstriktor yang semakin meningkatkan resistensi
vaskular. Vasokonstriktor juga menyebabkan jejas endotel lebih lanjut, deposisi platelet
dan fibrin, aktivasi kaskade pembekuan hingga terbentuk trombus akan berakibat pada
penurunan suplai darah ke beberapa organ yang kemudian akan membentuk suatu siklus
yang berkelanjutan antara cedera vascular iskemia jaringan dan pelepasan zat
vasokonstriktor (Pramana, 2020).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi antara lain (Hastuti, 2019):
1. Sakit Kepala
2. Jantung berdebar-debar
3. Mudah lelah
4. Penglihatan kabur
5. Wajah memerah
6. Sering buang air kecil di malam hari
7. Rasa berat di tengkuk
8. Sukar tidur
9. Cepat marah
10. Mata kunang-kunang dan pusing

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Antara lain hemoglobin dan/atau hematokrit, gula darah puasa,
HbA1c, profil lipid: kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, kadar natrium, kalium, dan
kalsium, asam urat, thyroid stimulating hormone (TSH), kreatinin, dan eGFR. Urinalisis
mencakup pemeriksaan mikroskopis, protein urin dipstick atau rasio albumin : kreatinin,
dan EKG 12 lead (Adrian & Tommy, 2019).

G. Komplikasi
Hipertensi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi pada penderita hipertensi yaitu gagal
ginjal, Penyakit jantung dan timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol,
yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke apabila berlangsung
dalam jangka waktu yang lama (Helni, 2020).
H. Penatalaksanaan
1. Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan kasus krisis hipertensi khususnya hipertensi emergensi memerlukan
penanganan segera di ruang gawat darurat dengan monitoring ketat. Perawatan dapat
dilanjutkan di unit perawatan intensif (ICU). Pemilihan obat anti hipertensi yang lebih
spesifik bertujuan meminimalkan dan mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap organ
target
2. Hipertensi Emergency
Pada hipertensi emergensi obat yang diberikan adalah obat parenteral karena
dibutuhkan penurunan tekanan darah dalam waktu 2-6 jam.Penurunan MAP sebaiknya
< 25% dalam 2 jam pertama dan mencapai 160/100 mmHg dalam 2-6 jam
berikutnya.Penurunan tekanan darah terlalu cepat dan melebihi 25% tidak
dianjurkan.Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian iskemia renal, koroner dan
serebral akibat berubahnya mekanisme autoregulasi. Obat-obatan antihipertensi
parenteral yang dapat digunakan adalah nicardipine, clonidine, nitroglycerin diltiazem,
enalaprilat, esmolol, labetalol, fenoldopram, na nitroprusside, hydralazine dan
clevidipine
3. Hipertensi Urgency
Pada hipertensi urgensi, penurunan tekanan darah dilakukan secara perlahan-lahan
dengan antihipertensi oral awitan cepat. Target tekanan darah awal sama dengan atau
kurang dari 160/100 mmHg atau tekanan arterial rata-rata (MAP, mean arterial
pressure < 25% dalam 24-48 jam. Tujuan penatalaksanaan hipertensi urgensi yang
adekuat adalah menghilangkan gejala, mencegah kerusakan organ dan melindungi
jaringan yang sehat.Pilihan terapi meliputi loop diuretic kuat (furosemide), ACE
inhibitor (captopril, ena, penyekat beta, agonis alfa-2 dan antagonis kalsium (Pramana,
2020).
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Anamnesa
a. Identitas diri pasien dan penanggung jawab
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah hipertensi yaitu nyeri kepala, kejang, mual dan
muntah.
1) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri
2) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah
panas, berdenyut / menusuk
3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
4) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
berdasarkan skala nyeri
5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
malam hari atau pagi hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit
kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang yaitu riwayat keluarga
dengan hipertensi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit serebrovaskuler
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah, denyut nadi jelas (dari karotis, jugularis,
radialis, takikardia), murmur stenosis vaskular, distensi vena jugularis,
vasokontriksi perifer (kulit pucat, sianosis, suhu dingin), pengisian kapiler
mungkin lambat/tertunda
c. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, menghela nafas, peningkatan nada bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu
e. Makanan/Cairan
1) Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolestrol, Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/menurun), Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda : Berat badan normal atau obesitas, Adanya edema, Glikosuria
f. Neurosensori
a. Gejala : Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), Gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis)
b. Tanda : Status mental, perubaha keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses berpikir , penurunan kekuatan genggaman tangan
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
h. Pernapasan
1) Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
dyspnea, Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, Riwayat merokok
2) Tanda : Distres pernapasan /penggunaan otot aksesori pernapasan, Bunyi napas
tambahan (crakles/mengi) – Sianosis
i. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus. Faktor lain, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan
alkohol/obat
k. Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau diri dari tekanan
darah/perubahan dalam terapi obat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan den penurunan massa otot, Penurunan
kekuatan otot (D.0054)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi pasca operasi (D.0055)
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar infromasi (D.111)
6. Resiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload (D.0011)
7. Resiko cedera berhubungan dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, vertigo
(D.0136)
C. Intervensi

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0077 Setelah dilakukan Observasi


Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan peningkatan diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
tekanan vaskuler selebral menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
dan iskemia. Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 3. Gelisah menurun verbal
3. Gelisah 4. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi membaik memperberat dan
meningkat 5. Frekuensi nadi memperingan nyeri
5. Sulit tidur membaik

Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

2. D.0054 Setelah dilakukan Observasi


Gangguan mobilitas fisik intervensi keperawatan
berhubungan den diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau
penurunan massa otot, meningkat dengan kriteria keluhan fisik lainnya
Penurunan kekuatan otot. hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
Dibuktikan dengan : 1. Nyeri menurun melakukan ambulasi
1. Mengeluh sulit 2. Kecemasan menurun 3. Monitor frekuensi jantung
menggerakkan 3. Gerakan terbatas dan tekanan darah sebelum
ekstremitas menurun memulai ambulasi
2. Kekuatan otot 4. Kelemahan fisik 4. Monitor kondisi umum
menurun menurun selama melakukan ambulasi
3. Rentang gerak (ROM)
menurun Terapeutik
4. Nyeri saat bergerak
5. Enggan melakukan 5. Fasilitasi aktivitas ambulasi
pergerakan dengan alat bantu (mis.
6. Merasa cemas saat tongkat, kruk)
bergerak 6. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
9. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
10. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi).

3. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan,. diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : tertentu
1. Frekuensi jantung 1. kemudahan dalam
meningkat melakukan aktivitas Teraupetik
2. Sianosis sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
3. Mengeluh lelah 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
4. Merasa tidak nyaman atas dan bawah aktivitas
setelah beraktivitas meningkat
3. keluhan lelah membaik Kolaborasi
4. dispneu saat aktivitas 5. anjurkan melakukan aktivitas
menurun secara bertahap

4. D.0055 Setelah dilakukan Observasi


Gangguan pola tidur intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan dengan diharapkan pola tidur tidur
kondisi pasca operasi. membaik dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab susah
Ditandai dengan : hasil : tidur
1. Mengeluh sulit tidur 1. Keluhan sulit tidur
2. Mengeluh sering menurun
Teraupetik
terjaga 2. Mengeluh sering
3. Mengeluh tidak puas terjaga menurun 3. Lakukan prosedur untuk
tidur 3. Mengeluh tidak puas meningkatkan kenyamanan
4. Mengeluh pola tidur tidur menurun (posisi tidur)
berubah 4. Melaporkan pola tidur Edukasi
5. Mengeluh istirahat membaik 4. Jelaskan pentingnya tidur
tidak cukup 5. Melaporkan istirahat selama sakit
cukup
5. Anjurkan pasien untuk tidur
tepat waktu

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
tidur agar tidak terjaga
5. D.0111 Setelah dilakukan Observasi
Defisit Pengetahuan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan diharapkan tingkat tingkat kemampuan meneima
pengetahuan meningkat
kurangnya terpapar informasi
dengan kriteria hasil :
infromasi. Dibuktikan 1. Menunjukan peilaku 2. Idetifikasi pengetahuan saat
dngan. : sesuai anjuran ini
1. Menunjukan peilaku 2. Menunjukan persepsi
sesuai anjuran yang tidak keliru Teraupetik
2. Menunjukan persepsi terhadap masalah 3. Sediakan materi dan media
yang keliru terhadap Pendidikan Kesehatan
masalah Edukasi
4. Menjelaskan kepada keluarga
dan pasien tentang keluarga
5. Beri pasien dan keluarga
bertahan

6. D.0011 Setelah dilakukan Observasi


Resiko Penurunan curah intervensi keperawatan 1. Monitor tekanan darah
jantung berhubungan diharapkan 2. Monitor intake dan output
dengan peningkatan ketidakadekuatan jantung cairan
afterload. memompa darah 3. Monitor saturasi oksigen
meningkat dengan kriteria 4. Monitor keluhan nyeri dada
Faktor Resiko : hasil : 5. Monitor EKG
1. Perubahan irama 1. Tekanan darah
jantung menurun Teraupetik
2. Perubahan preload : 2. Palpitasi menurun 6. Posisikan pasien semi
lelah 3. Distensi vena jugularis fowler atau fowler
3. Gambaran EKG menunrun 7. Berikan diet jantung yang
aritmia atau gangguan 4. Lelah menurun sesuai
konduksi 8. Berikan terapi relaksasi
4. Edema untuk mengurangi stress
5. Tekanan darah
meningkat Edukasi
6. Nadi perifer teraba 9. Anjrukan beraktivitas fisik
lemah sesuai toleransi
7. Warna kulit pucat
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
medikasi
7 D.0136 Setelah dilakukan Observasi
Resiko cedera intervensi keperawatan 1. Monitor status keselamatan
berhubungan dengan diharapkan resiko cedera lingkungan
kegagalan mekanisme menurun dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda resiko
pertahanan tubuh, vertigo. hasil : jatuh
Faktor resiko : 1. Kejadian cedera 3. Monitor kemampuan
- Vertigo menurun berpindah dari tempat tidur ke
- Nyeri kepala 2. Jatuh dari tempat tidur kursi roda atau sebaliknya
menurun
3. Jatuh saat berdiri Teraupetik
menurun 4. Modifikasi lingkungan untuk
4. Jatuh saat berjalan memiimalkan risiko
menurun 5. Gunakan perangkat pelindung
5. Jatuh saat di kamar
mandi menurun Edukasi
6. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
beberapa menit sebelum
berdiri

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil yang diharapkan
dari pasien (Pangkey et al., 2021).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada dokumentasi
ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang kesehatan pada pasien
dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien
dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).
PATHWAY

Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Hipertensi Kurangya terpapar


informasi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah
Defisit
Pengetahuan
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah Nekrosis jaringan


serebral

Resistensi
pembuluh darah ke sistemik Fatique Kerusakan fungsi
otak meningkat motorik

Vasokontriksi Intoleransi
aktivitas Kelemahan
Nyeri akut
Afterload
meningkat Gangguan mobilitas
Susah Tidur
fisik
Resiko penurunan
Gangguan Pola Tidur curah jantung

Vertigo Resiko Cedera


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J., & Tommy. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada
Dewasa. CDK Journal, 46(3), 172–178.

Anshari, Z. (2020). Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan Pengetahuan Pasien


Terhadap Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik,
2(2), 46–51. http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM

Hastuti, A. P. (2019). Hipertensi (cetakan pertama). Penerbit Lakeisha.

Helni. (2020). Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Provinsi Jambi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), 34–38.

Machsus, A. L., Anggraeni, A., Indriyani, D., Anggrain, D. S., Putra, D. P., Rahmawati, D., &
Nurfazria, F. (2020). Pengobatan Hipertensi Dengan Memperbaiki Pola Hidup Dalam
Upaya Pencegahan Meningkatnya Tekanan Darah. Journal of Science, Technology, and
Entrepreneurship, 2(2), 51–56. https://online-
journal.unja.ac.id/jkmj/article/download/12396/10775/33174

Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi


Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

Pramana, K. D. (2020). PENATALAKSANAAN KRISIS HIPERTENSI. Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Al-Azhar, 1(1), 91–96.

Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi Garam Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1), 531.
https://doi.org/10.52822/jwk.v5i1.120

Sari, N. W., Margiyati, & Rahmanti, A. (2020). Efektifitas Metode Self-Help Group ( SHG )
terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi. Keperawatan, 03(03), 10–16.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai