Oleh :
SN202037
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi atau gangguan
sendi yang terjadi paling sering dan menyebabkan ketidakmampuan
menjalankan aktivitas sehari-hari (Smeltzer, 2019). Penyakit OA
menyebabkan penderita mengalami nyeri dan disabilitas sehingga
menganggu aktivitas sehari hari. OA merupakan penyakit kegagalan sendi
yang mana seluruh struktur sendi mengalami perubahan patologis, bersifat
kronik dan menjadi penyebab utama terjadinya nyeri dan kecacatan
Paerunan, Gessal, & Sengkey, 2019).
2. Etiologi
Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) (2014) dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Idiopatik (Primer)
b. Sekunder :
1) Metabolik : artritis Kristal, akromegali, okronosis, hemokromatosis,
dan penyakit wilson
2) Kelainan anatomi : slipped femoral epiphysis, epiphyseal dysplasias,
penyakit Blount’s, penyakit Legg-Perthe, dislokasi tungkai tidak
sama, deformitas valgus/varus, sindroma hipermobiliti
3) Trauma : trauma sendi mayor, frkatur pada sendi atau ostronektosis,
bedah tulang, jejas kronik, beban mekanik kronik (obesitas)
4) Inflamasi : semua artopati inflamasi dan artritis septik
3. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer (2019) manifestasi klinis penyakit OA diantaranya
a. Nyeri kaku, dan kerusakan/gangguan fungsional merupakan manifestasi
klinis primer
b. Kaku sering terjadi di pagi jari setelah bangun tidur. Kaku biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit dan dapay berkurang dengan
pergerakan
c. Kerusakan fungsional disebabkan nyeri saat bergerak dan terbatasnya
gerakan sendi ketika terjadi perubahan structural
d. OA sering terjadi pada sendi yang menopang berat badan seperti
pinggul, lutut, tulang belakang servikal dan lumbal. Sendi jari tangan
juga dapat terganggu
e. Mungkin terdapat nodus yang menonjol (tidak nyeri jika mengalami
inflamasi
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah:
penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari akibat nyeri dan peradangan, gastropati AINS
(gastritis dan gastroesofageal reflux disease (GERD)), neufropati AINS,
fusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artiklar dan stenosis spinal
(Ismunandar, Himayani, dan Oktarlina, 2019)
5. Patofisiologi dan Pathway
Sendi rawan dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan
matriks rawan sendi itu sendiri. Kondrosit mensintesis dan menjaga
keutuhan matriks tulang rawan sehingga fungsi rawan sendi tetap berjalan
optimal. Komposisi matriks rawan sendiri secara garis besar adalah adalah
air, proyeoglikan dan kolagen (Dwiputra, 2020). Menurut Dwiputra (2020)
terdapat 3 fase dalam OA lutut diantaranya:
a. Fase 1
Pada awal proteolisis pada matriks tulang rawan terjadi. Proteolisis ini
adalah suatu proses hancurnya protein baik di dalam matrix maupun
kondrosit yang diduga karena gabungan dari berbagai macam faktor
resiko beberapa proses fisiologis, Karena inilah kartilago pada
persendian menipis
b. Fase 2
Pada fase ini pengikisan pemukaan tulang rawan persendian mulai
terjadi secara signifikan. Terjadilah fibrosis permukaan tulang rawan
persendian untuk menutupi tulang rawan sendi yang terkikis. Genesis
dari jaringan fibrosis disertai dengan adanya pelepasan proteoglikan dan
pecahan kolagen ke dalam cairan sinovia
c. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago menginduksi respon
inflamasi pada sinovial. Produksi makrofag synovia seperti interleukin
1, Tumor Necrosis Factor-alpha, dan prostaglandin menjadi meningkat.
Kondisi ini memberikan manifestasi awal pada persendian seperti nyeri
dan secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada
kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti Nitric Oxide
juga ikut terlibat. Kondisi ini menimbulkan manifestasi perubahan
struktur sendi dan berdampak pada pertumbuhan tulang akibat stabilitas
sendi. Perubahan arstektur sendi dan stress inflamasi memberikan
pengaruh pada permukaan articular menjadi gangguan yang progresif.
Selain itu, jaringan sendi yang terkikis menyebabkan syaraf pada sendi
terbuka sehingga syaraf sendi bergesekan dengan jaringan sendi yang
bertemu yang juga mengakibatkan nyeri
Pathway
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu
dan riwayat kesehatan keluarga
b. Pola Gordon
1) Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola latihan dan aktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola persepsi konsepdiri
8) Pola hubungan peran
9) Pola seksualitas reproduksi
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai dan keyakinan
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Aslan (2019) pemeriksaan fisik ialah fokus pada struktur
dan perubahan fungsi yang terjadi dengan teknik pemeriksaan head to
toe dimulai dengan obserbasi keadaan umum pasien dan menggunakan
4 langkah pedoman yaitu inspeksi, palpasi, perkusi serta auskultasi.
Menurut Perhimpunan Reumatik Indonesia (2014) pemeriksaan fisik
pasien OA meliputi :
1) Mengidentifikasi BMI (Body Mass Index)
2) Mengkaji gaya berjalan apakah pasien pincang
3) Mengkaji adanya kelemahan/atrofi otot
4) Mengkaji lingkup gerak sendi (ROM)
5) Mengkaji adanya nyeri saat pergerakan atau nyeri diakhir gerakan
6) Mengkaji adanya krepitus
7) Mengkaji adanya deformitas / bentuk sendi berubah
8) Mengkaji adanya gangguan fungsi/keterbatasan geraksendi
9) Mengkaji adanya nyeri tekan pada sendi dan periartrikular
10) Mengkaji adanya penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan
Heberden’s)
11) Mengkaji adanya pembengkakan jaringan lunak
12) Mengkaji adanya instabilitas sendi
2. Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi Keperawatan
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Teknik Latihan Penguatan Sendi S: keluarga mengatakan pasien
fisik (D.0054) keperawatan …x… jam (I.05185) sudah tidak sadar sejak awal
mobilitas fisik meningkat masuk RS
Definisi: dengan kriteria hasil : Observasi
Keterbatasan dalam O:
geraka fisik dari satu Mobilitas Fisik (L.05042) Identifikasi keterbatasan fungsi
atau ekstremitas ecara dan gerak sendi Pergerakan ekstremitas cukup
mandiri Pergerakan ekstremitas) Monitor lokasi dan sifat menurun (2)
ketidaknyamanan atau rasa sakit
Kekuatan otot selama gerakan disabilitas Kekuatan otot cukup menurun
(2)
Rentang gerak (ROM) Terapiuetik
Rentang gerak (ROM) cukup
Kaku sendi dari cukup Lakukan pengendalian nyeri menurun (2)
meningkat sebelum memulai latihan
Kaku sendi cukup meningkat
Gerakan terbatas Berikan posisi tubuh optimal (2)
untuk gerakan sendi atau aktif
Gerakan terbatas cukup
Fasilitasi menyusun jadwal meningkat (2)
latihan rentang gerak aktif
maupun pasif A: masalah gangguan mobilitas
fisik belum teratasi
Edukasi
P: lanjutkan intervensi teknik
Anjurkan melakukan rentang latihan penguatan sendi
gerak aktif dan pasif secara
sistematis
Anjurkan memvisualisasi gerak
tubuh sebelum memulai gerakan
tubuh sebelum memulai gerakan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam mengembangkan dan
melaksanakan program latihan
DAFTAR PUSTAKA