Disusun Oleh
RAUDHAH
NIM P1908056
Disusun Oleh :
Nama : Raudhah
NIM : P1908056
(Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, M.Kep, Sp.Kep MB) ( Ns. Widi Astuti, S.Kep )
NIK 11307.28.816.088 NIP 19760408 1997032002
Mengetahui,
Urolithiasis adalah batu yang terbetuk dari berbagai macam proses kimia di dalam
tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta saluran kemih pada manusia seperti
Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang berbentuk
karena faktor presifitasi endapan dan senyawa tertentu. Batu tersebut bias berbentuk
dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%)
dan sistin (1%). (Prabowo. E dan Pranata, 2014)
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk
batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015).
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu berdasarkan letak
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk diseluruh
salurah kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urin (statis urin) antara lain yaitu sistem kaliks ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)
akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
b. Teori Matriks
c. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara
C. MANIFESTASI KLINIS
renal umumnya disebabkan karena batu melewati saluran kolektivus atau saluran
sempit ureter, sementara non kolik renal disebabkan oleh distensi dari kapsula
ginjal.
2. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna
3. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi.
4. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat
dan muntah.
D. PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi
infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan
menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat
Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya koloid
di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum
di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda, 2011)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium
fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis
pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih
yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalkan batu asam urat
mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Urinalisis
Bisa juga pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.
di ureter.
2. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada
keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad
memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak,
sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini
adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini dibedakan komplikasi akut dan
tidak direncanakan. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan
2. Komplikasi jangka panjang adalah Gagal ginjal akut sampai kronis. Striktur tidak
hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari
batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar
dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar
penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi ( IVP ) pasca operasi
G. PENATALAKSANAAN SECARA TEORI
1. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
supaya dapat mendorong batu keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti
batu asam urat yang dapat dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,
atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah
3. Endourologi
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
renoskopi ini.
4. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Secara otomatis ,tidak factor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada
saluran kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan
besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami
hebat) pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi
b. Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri
dialami.
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali
diikuti oleh penyakit penyerta lainnya. Klien mengalami nyeri saat kencing
biasanya tidak perubahan yang mencolok pada urolithiasis. Takikardi akibat nyeri
yang hebat, nyeri pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan
b. Tanda-tanda vital
suhu 36,2 C, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3 kg/m2. Pada pemeriksaan
palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan pada
perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+).
mentis.
Atau tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB,
pendengaran.
5) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: Fungsi mengunyah dan
6) Sistem abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa keras atau
batu, nyeri ketok pada pinggang.
pola berkemih.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
lengkap ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen (+), peningkatan kadar
b. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht (BNO) dan
setinggi lumbal III Ukuran 1,5 x 2 cm; USG didapatkan tampak batu pada ginjal
kiri di pole atas-tengah-bawah berukuran 1 cm x 1,2 cm x 1,8 cm; tampak
adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu
jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak (radiolusen)
2) Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun
batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
3) Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Definisi: pengalaman sensori dan dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (1-5; Manajemen medikasi
emosional yang tidak tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, Manajemen nyeri
menyenangkan yang muncul atau selalu : Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien
digambarkan dalam hal kerusakan 3) Melaporkan nyeri dapat dilakukan Aktivitas Keperawatan
1. Perubahan selera makan sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
3. Perubahan prekuensi jantung 1) Ekpresi nyeri pada wajah Minta pasien untuk menilai nyeri atau
4. Perubahan prekuensi 2) Gelisah atau ketegangan otot ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
pernafasan 3) Durasi episode nyeri (0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan,
Agen cedera (misalnya biologis, mengendalikan nyeri lingkungan terhadap nyeri dan repons pasien
fisik, dan psikologis) Di tandai Tingkat keparahan nyeri yang dapat di amati atau Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata
lain.
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan
pemberian opiat yang terjadwal (misalnya,
Aktivitas lain
Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi
rasa nyaman
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
2 Gangguan Eliminasi Urine Menunjukkan kontinensia urine, yang di buktikan Pelatihan kandung kemih: meningkatkan fungsi
Definisi: disfungsi pada eliminasi oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu, sering, kandung kemih pada individu yang mengalami
urine kadan-kadang, jarang, atau tidak pernah inkotenensia urine dengan meningkatkan
Batasan karakteristik 1) Infeksi saluran kemih (SDP) [sel darah dan kemampuan pasien untuk menekan urinasi.
Faktor yang berhubungan : 2) Mempertahankan pola berkemih yang dapat konsisten, bau, volume, dan warna, jika perlu.
kandung kemih
Aktivitas kolaboratif
Manajemen eliminasi urine (NIC), rujuk ke dokter
kemih tidak komplet kdang-kadang, jarang, atau tidak pernah di Perawatan retensi urine
1. Tidak ada haluaran urie 1) Kebocoran urine diantara berkemih Aktffitas Keperawatan
5. Sering berkemih Eliminasi urine: pengumpulan dan pengeluaran Perawatan retensi urine (NIC) :
6. Inkontenensia aliran berlebih urine - Pantau penggunaan agens non resep dengan
8. Sensasi kandung kemih penuh - Pantau efek obat resep, seperti penyekat
Aktivitas kolaboratif
saat terjaga
Perawatan retensi urine (NIC): rujuk pada spesialis
kontenensia urine.
Aktivitas lain
kandung kemih
Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan
hari
Prabowo dan Pranata. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sandy Waha (2012), Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012