Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP BATU GINJAL PADA TN. X DI RUANG DAHLIA DI RS GAMBIRAN


KOTA KEDIRI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI

Di Susun oleh :

EKO TULUS WIDODO

NIM : 40220008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2020
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP BATU GINJAL


A. PENGERTIAN

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal.Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran


saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65). Mary Baradero (2009:59)
mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
(oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108). Batu ginjal adalah
terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan
Martin, 2007:726).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau
bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan
karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yangterbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses
perkemihan.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi batu ginjal dibedakan berdasarkan etiologi, komposisi batu, ukuran dan
lokasi, dan gambaran radiologis (Turk, et al., 2015).
a. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi Berdasarkan etiologinya batu ginjal dapat
diklasifikasikan menjadi infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat.
b. Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Batu Komposisi dari batu sangat penting
untuk menjadi dasar diagnostik dan penanganan lebih lanjut. Tidak ada sistem
klasifikasi khusus untuk batu ginjal, tetapi batu ginjal dapat diklasifikasikan
berdasarkan komposisinya.
1) Batu kalsium : 80% dari batu ginjal.
Batu kalsium dibedakan menjadi kalsium oksalat dan kalsium fosfat.Kalsium
oksalat merupakan 80% dari semua batu kalsium dengan faktor risiko
termasuk volume urin rendah, hiperkalsiuria,hyperuricosuria, hyperoxaluria,
dan hypocitraturia. Kalsium fosfat (hidroksi apatit)merupakan 20% dari semua
batu kalsium dengan faktor risiko termasuk rendah volume urin,
hiperkalsiuria, hipokitraturia, pH urin tinggi, dan kondisi terkait termasuk
primer hiperparatiroidisme dan asidosis tubulus ginjal
2) Batu asam urat : 10% hingga 20% dari batu ginjal.Disebabkan
olehkarena pH urin
3) Batu sistin : 1% dari batu ginjal yang disebabkan oleh kesalahan
metabolisme bawaan, cystinuria, autosomalrecessive (gangguan yang
menghasilkan reabsorpsi tubular ginjal abnormal dari asam amino sistin,
ornithine, lysine, dan arginine)
4) Batu struvite : 1% hingga 5% dari batu ginjal, juga dikenal sebagai batu
infeksi; terdiri dari magnesium,amonium, dan fosfat. Batu ini sering disebut
sebagai batu staghorn dan dapat dikaitkan dengan organisme pemecah urea,
seperti spesies Proteus, Pseudomonas, dan Klebsiella.E coli bukan organisme
penghasil urease.
c. Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Dan Lokasi
Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi menjadi >5
cm, 4-10 cm, 10-20 cm, dan> 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya
kalkuli dibagi menjadi: calyx superior, medius, atau inferior; pelvis renali; ureter
proksimal, medius, dan distal; dan vesica urinaria.
d. Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Radiologis
Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi tiga
yaitu: radiopak, radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu:
kalkuli kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium
phospat. Yang gambaran radiologisnya radiopak lemah: magnesium amonium
phospat, apatite, dan sistin. Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam urat,
amonium urat, xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu karena obat-obatan

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatankonsentrasi larutan urin akibat
dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah
casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat.pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi.Ada batu yang
kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan
batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang
lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara
normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga darah
akan keluar bersamaurin.
D. ETIOLOGI

Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan


terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :

a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50
tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak
purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang
bergerak). Berapa penyebab lain adalah :

a. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis


jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan
mempermudah pembentukan batu saluran kencing.
c. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air
minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)
E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Brunner & Suddarth (2016) batu saluran kemih dapat menimbulkan
berbagi gejala tergantung pada letak batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi
saluran kemih. Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada pasien batu saluran
kemih:

1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non
kolik.Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih
sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar.(Prabowo &
Pranata, 2014).
2. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan
berkemih (Brunner & Suddarth, 2016).
3. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien
karena nyeri (Brunner & Suddarth, 2016).
4. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda
demam (Prabowo & Pranata, 2014).
5. Distensi vesika urinaria Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika
urinaria akan menyebabkan vasodilatasi (Prabowo & Pranata, 2014).
F. KOMPLIKASI

Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari


batunefrolitiasis adalah:

a. Sumbatan: akibat pecahan batu


b.  Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c.  Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatandanpengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).
G. PENATALAKSANAAN

Ukuran batu merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat memprediksi
perjalanannya dalam traktur urinarius.Batu yang berdiameter kurang dari 4 mm
memiliki kemungkinan 80% dapat melewati traktus urinariussecara spontan.Dan
menurun sebesar 20% jika batu berdiameter >8mm. Tapi perjalanan batu pada traktus
urinarius juga tergantung pada bentuk dan lokasi pasti dari batu, dan anatomi dari
traktus urinarius bagian superior.Jika terjadi obstruksi pada junctura ureteropelvis
meskipun berukuran kecil sangat sulit melwati junctura tersebut (Yolanda, 2018;
Moore, et al., 2010).

Pengobatan batu ginjal meliputi penanganan darurat kolik renalis (ureter),


termasuk jika ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi medis untuk
kalkulinya (Yolanda, 2018; Moore, et al., 2010; Turk, et al., 2015).

Pengobatan tersebut meliputi pengobatan dengan obat kimia, obat tradisional,


maupun dengan melakukan suatu tindakan pembedahan/operasi.

a. Pengobatan Dengan Obat Kimia Obat kimia menjadi pilihan utama untuk
mengobati batu ginjal karena biaya pengobatan terjangkau dan akses dalam
mendapatkan obat kimia tersebut juga cukup mudah. Sebagai terapi utama
obat kimia yang sering digunakan ialah obat golongan diuretik, kalium sitrat,
dan juga Xanthine Oksidase Inhibitor (Allopurinol). Tujuan dari pengobatan
kimia yaitu untuk batu yang kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya mendorong batu keluar dari saluran kemih (Purnomo, et al., 2010).
Obat golongan diuretik yang sering digunakan ialah diuretik thiazid, obat ini
digunakan untuk terapi batu kalsium dengan kadar kalsium yang tinggi di
dalam tubuh. Kalium sitrat digunakan untuk terapi batu kalsium dengan kadar
kalsium normal. Sedangkan allopurinol digunakan untuk terapi batu asam urat
(Wolf, 2012).
b. Pengobatan Dengan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan alam yang telah digunakan
sebagai pengobatan secara tradisional berdasarkan pengalaman (Katno &
Pramono, 2009). Obat tradisional digunakan sebagai alternatif lain dalam
menyembuhkan batu ginjal. Pengobatan secara tradisional diketahui memiliki
resiko atau efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan obat
kimiawi (Thomas, 1989)
Obat tradisional yang digunakan dalam pengobatan batu ginjal masih jarang
ditemukan.Obat tradisional yang sering dipakai dan banyak dipasaran ialah
batugin elixir® (produk lokal) dan juga cystone (produk impor).Batugin elixir
memiliki mekanisme kerja dalam memecahkan atau menghancurkan batu urin
atau batu saluran kemih sehingga lebih mempermudah pengeluaran dari dalam
tubuh (Swintari, 2016). Cystone bekerja dengan menghambat pembentukan
pertumbuhan kristal struvite (Jayaramaiah, et al., 2012). Pengurangan kadar
oksalat urin dan ginjal oleh cystone disebabkan oleh tindakan penghambatannya
pada enzim oksalat glikat sintesa oksalat (Mitra, 1998).
c. Tindakan Batu yang berdiameter lebih besar (yaitu, ≥ 7 mm) yang tidak
mungkin lewat secara spontan memerlukan beberapa jenis prosedur pembedahan.
Dalam beberapa kasus, pasien dengan batu berukuran besar perlu menjalani rawat
inap di rumah sakit.Namun, kebanyakan pasien dengan kolik ginjal akut dapat
diobati secara rawat jalan.Sekitar 15-20% pasien memerlukan intervensi invasif
karena ukuran batu yang besar, penyumbatan, infeksi, atau nyeri yang sulit diatasi.
Teknik yang tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus
urinarius secara spontan meliputi Penempatan stent, Nefrostomi perkutan,
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL), Ureteroscopi (URS),
Nephrostolithotomi Perkutan, Open nephrostomy Anatrophic nephrolithotomy
(Turk, et al., 2015).
1) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ESWL adalah pemecah
batu yang digunakan untuk memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu
kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.Tidak
jarang pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria.
2) Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih, yaitu berupa tindakan memecah batu dan
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung
kedalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan, memakai egi
hidrolik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah :
(a) PNL (Percutaneous Nephron Litholapaxy) : Yaitu mengeluarkan batu yang
berada dalam saluran ginjal, dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
(b) Litotripsi : Yaitu memecah buli-buli (kandung kemih) atau batu uretra
dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
Pemecahan batu dikeluarkan dengan Evakuator Elik.
(c) Ureteroskopi atau Uretero-renoskopi : Yaitu memasukkan alat ureteroskopi
per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pelokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureter.
(d) Ekstraksi Dormia : Yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menyaringnya
dengan alat keranjang dormia.

3) Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran


kemih saat ini sedang berkembang.Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter.

4) Bedah Terbuka Di klinik atau rumah sakit yang belum mempunyai fasilitas
yang memadai untuk tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, maka
pengambilan batu saluran kemih masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi,
ureterolithotomi, vesicolithotomi, uretholithotomi, dan nefrektomi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan LAB aebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
I. PATHWAY BATU GINJAL
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis ,tidak factor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena
pola hidup, aktifitas, dan geografis (Prabowo & Pranata, 2014).
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu,
dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan (Nurarif, 2016).
3. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri
hebat) pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya.Isolasi
social tidak terjadi karena bukan merupakan penyakit menular (Prabowo &
Pranata, 2014).
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative dibantu oleh
keluarga,misalnya berpakaian, mandi makan,minum dan lain sebagainya,terlebih
jika kolik mendadak terjadi (Prabowo & Pranata, 2014)
b. Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri hebat.
Anoreksia sering kali terjadi dialami (Prabowo & Pranata, 2014).
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti
oleh penyakit penyerta lainnya. (Prabowo & Pranata, 2014).
5. Pemeriksaan fisik
Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat. Oliguria,
disuria, gross hematuria menjadi ciri khas dari batu saluran kemih. Kaji TTV, distensi
vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu
(uretrolthiasis) (Prabowo & Pranata, 2014).
a. Keadaan umum Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letakbatu dan
penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami
gangguan gastrointestinal dan perubahan
b. Tanda-tanda vital Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas,
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,2 C, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3 kg/m. Pada
pemeriksaan palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan
pada perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+) (Nahdi Tf, 2013)

c. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala Kulit kepala :


Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui
adanya lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman /kecoklatan,
edema, dan distribusi rambut kulit.
Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak,
tekstur : kasar atau halus, akral dingin/hangat.
2) Rambut
Tujuan : untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan
untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.
3) Kuku
Tujuan : untuk mengetahui keadaan kuku, warna dan panjang, dan untuk
mengetahui kapiler refill.
Inspeksi : catat mengenai warna biru : sianosis, merah : peningkatan visibilitas
Hb, bentuk : clubbing karena hypoxia pada kangker paru.
Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat 5-15 detik).
4) Kepala / wajah
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau
missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada
parase/kelumpuhan.
Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan.
5) Mata
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus
dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau
pandagan pada mata
Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau medriasis.
Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan
dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.
6) Hidung
Tujuan : untuk megetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.
Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.
7) Telinga
Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga.
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk, kebersihan,
lesi.
Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
8) Mulut dan faring
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut.
Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan congenital (bibir sumbing) warna,
kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk gigi,
berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor,
pembengkakan dan nyeri.
9) Leher
Tujuan : untuuk menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui
bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakan
dan samping.
Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid.
10) Dada
Tujuan : untuk mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan,
adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi interkosta,
amati pergerakan paru.
Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan Perkusi : untuk menentukan
batas normal paru.
Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler, wheezing/crecles.
11) Abdomen
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam
abdomen.
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
12) Muskuloskeletal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan
pada daerah tertentu.
Inspeksi : mengenai ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan
otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
6. Pemeriksaan nyeri Penilaian intensitasskala deskriptif. Skala deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.nyeri
dapat dilakukan dengan menggunakan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urin
3. Resiko terhadap kekurangan volume cairan
DAFTARPUSTAKA

Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep,M.Kes. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta

Baradero, M, dkk. (2009). Prinsip dan Praktek Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Kartika, S. W. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Medika.

Katno, Pramono S. (2009). Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Balai Penelitian Obat Tawangmangu. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
[press release]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.Jakarta :


Salemba Medika.

Purnomo, H. (2010). Pencegahan & Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan.


Yogyakarta. Buana Pustaka

Susan Martin Tucker. 2007. Standart Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Wolf. (2012) . Sunscreen,Clinics in Dermatology . Vol 19 :252-459


Format Asuhan Keperawatan

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

Tanggal MRS :14oktober Jam Masuk : 08.00

TanggalPengkajian :14 oktober No. RM : 2433339

Jam Pengkajian : 08.30 Diagnosa Medis: batu ginjal

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. X

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/ Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Sudah menikah

Alamat : ds.ngantru kec.ngunut

     
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. X

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : ds.ngantru kec.ngunut

Hubungan dengan pasien  : Istri

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. KELUHAN UTAMA :
a. Saat Masuk Rumah Sakit

: Px mengeluh sakit pinggang sebelah kanan

b. Saat Pengkajian

: Px mengeluh sakit pada bagian pinggang sebelah kanan,pasien mengatakan 1


minggu sebelum MRS kencing tidak lancar,nyeri tekan pada supra pubik,merasa
tidak tuntas saat kencing,riwayat kencing disertai darah

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG → Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini
mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi (PQRST) :
a. P = Provoking atau Paliatif
Nyeri jika untuk bergerak

b. Q = Quality
Seperti ditusuk tusuk

c. R = Regio
Di bawah perut supra pubik
d. S = Severity
6
e. T = Time
Hilang timbul

MenurutAhency for Health Care Polcy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi


1 Tidak Nyeri Pasienmengatakantidaknyeri
2 Nyeri Ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
ringan

Pasien nampak gelisah


3 Nyeri Sedang Pasienmengatakannyerimasihbisaditahan /
sedang

Pasiennampakgelisah

Pasienmampusedikitberpartisipasidlmkeperawatan
4 Nyeri Berat Pasienmengatakannyeritidakdapatditahan / berat

Pasiensangatgelisah

Fungsimobilitas dan perilakupasien

Berubah
5 Nyeri Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan /
SangatBerat sangat berat

Perubahan ADL yang mencolok (Ketergantungan),


putusasa

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…......…
Diagnosa :…………......

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidakJenis……………………


Riwayat kontrol : .............................

Riwayat penggunaan obat :..............

3. Riwayat alergi : ya tidak jenis……………………


4. Riwayat operasi : ya tidak kapan……………………

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit…………………

Tidak

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital

TD : 114\64 mmhg

ND :88 X\menit

SH : 38,6 C

RR : 20 x\menit

BB :50 kg

TB : 145 cm

Kesadaran :ComposMentis Somnolen

Sopor KomaApatis

2. Keadaan Umum

K/u : lemah

Kesadaran composmentis

GCS 456

3. HEAD TO TOE

KEPALA

Bentuk kepala simetris tidak

Ketombe ada tidak

Kotoran pada kulit kepala ada tidak


Pertumbuhan rambut merata tidak

Lesi ada tidak

Nyeri tekan ya tidak

KULIT

Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi

Turgor kulit baik kurang jelek

Lesi ada tidak

Oedema ya tidak

Peradangan ya tidak

PENGLIHATAN

Bola mata simetris tidak

Pergerakan bola mata normal tidak

Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak

Kornea bening tidak

Konjungtiva anemis tidak

Sclera ikterik tidak

Pupil isokor anisokor

ketajaman pengelihatan normal tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak

Fungsi penciuman baik tidak

Peradangan ada tidak

Polip ada tidak

Perdarahan ya tidak

PENDENGARAN/TELINGA

Bentuk daun telinga simetris tidak

Letak simetris tidak

Peradangan ada tidak

Fungsi pendengaran baik tidak

Serumen ada tidak

Cairan ada tidak

Perdarahan ya tidak

MULUT

Mulut bersih kotor berbau

Bibir pucat cyanosis merah

Mukosa bibir lembab kering stomatitis

Gigi bersih tidak

Gusi berdarah ya tidak

Tonsil radang tidak

Lidah tremor ya tidak

Fungsi pengecapan baik tidak


LEHER

Benjolan/massa ada tidak

Kekakuan ya tidak

Nyeri tekan ya tidak

Kedudukantrachea normal tidak

Gangguanbicara ada tidak

DADA/PERNAFASAN

PARU

Inspeksi

Keluhan : sesak nyeriwaktu nafas

Batuk produktif Kering Darah

Sekret :…….. Konsistensi :......................

Warna :.......... Bau :..................................

Irama nafas : teratur tidak teratur

Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes

Bentuk dada Simetris Asimetris

Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest

Funnel chest Barrel chest

Retraksi Intercosta ya tidak

RetraksiSuprasternal ya tidak

Pernafasancupinghidung ya tidak

Alatbantu napas ya tidak


Jenis................... Flow..............lpm

Palpasi

Pemeriksaantaktil / vokalfremitus :Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak
sama), lebih bergetar pada sisi........................

Perkusi

Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi

Suara nafas :

Area Vesikuler Bersih Halus Kasar

Area Brochial Bersih Halus Kasar

Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar

Suara tambahan :

CraklesRochi Wheezing Pleural Friction rub

JANTUNG

Inspeksi

Ictus Cordis( + / - ), pelebaran................. cm

Palpasi

Pulsasi pada dindingthoraxteraba( Lemah / Kuat / Tidakteraba )

Perkusi

Batas – batas jantung normal adalah :

Batas atas :................................( N = ICS II )

Batas bawah :................................( N = ICS V )

Batas Kiri :................................( N = ICS V MidclavikulaSinistra )

Batas Kanan :................................( N = ICS IV MidsternalisDextra )


Auskultasi

BJ I terdengar(tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)

BJ II terdengar(tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)

Bunyi jantung tambahan :

BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)

Keluhan lain terkait dengan jantung :

a. Keluhannyeri dada ya tidak

b. Irama jantung reguler ireguler

S1/S2 tunggal ya tidak

c. CRT :< 2 detik

d. Akral hangat panas dingin

kering basah

e. JVP normal meningkat menurun

f. Clubbing Finger ya tidak

ABDOMEN

Bentuk simetris tidak

Abdomen tegang kembung ascites

Nyeri tekan ya tidak

Oedem ya tidak
REPRODUKSI

Radang pada genitaliaeksterna ya tidak

Lesi ya tidak

Siklus menstruasi teratur tidak

Pengeluaran cairan ya tidak

EKSTREMITAS ATAS/BAWAH

Pembatasan gerak ya tidak

Varises ada tidak

Tromboplebitis ada tidak

Nyeri ya tidak

Kemerahan ya tidakx

Kelemahan tungkai/tidak ya tidak

Kekuatan otot

Oedem

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN

a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit


makan dan
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1X Pagi : 1X

Siang : 1X Siang :.................

Malam : 1X Malam : 1X
2 Jenis Nasi : nasi putih Nasi : bubur

Lauk : tahu,tempe,dll Lauk : ikan

Sayur : Sayur :
bayam,kangkung,dll bayam,kangkung,dll

Minum : air putih Minum / Infus: Rl 20


tpm
3 Pantangan / - -
Alergi
4 Kesulitan makan - -
dan minum
5 Usaha untuk - -
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi

Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 300 cc

Siang : 1x Siang : 300 cc

Malam : 1x Malam : 600 cc


2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
3 Bau Khas amoniak Khas amoniak
4 Konsistensi cair Cair
5 Masalah - Kencing tidak lancar
eliminasi
6 Cara mengatasi - Terpasang kateter
masalah

c. Pola Istirahat Tidur

Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi : 2 jam

Siang : 1 jam Siang : 3 jam

Malam : 8 jam Malam : 7 jam


2 Gangguan tidur - -
3 Upaya - -
mengatasi
masalah
gangguan tidur
4 Hal yang - -
mempermudah
tidur
5 Hal yang
mempermudah
bangun

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene

Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi 3x/minngu Belum mencuci rambut
mencuci rambut
2 Frekuensi 2xsehari 1x/sehari
Mandi
3 Frekuensi 2x/sehari Tidak ada
Gosok gigi
4 Memotong kuku 1x/minggu Tidak ada
5 Ganti pakaian 3x/sehari 1x sehari
e. Merokok ya tidak

f. Alkohol ya tidak

V.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya

Cobaan Tuhan hukuman lainnya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya

Murung/diam gelisah

tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi Kooperatif


tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diriya tidak

MasalahKeperawatan:.............................................................................................

VI. PENGKAJIAN SPRIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

Masalah Keperawatan :...........................................................................


VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM :

A. Darah Lengkap

Leukosit : 12.000 ( N : 3.500 - 10.000 mL )

Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )

Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / mL )

Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )

Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )

B. Kimia Darah

Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )

SGOT :..........................( N : 2 – 17 )

SGPT :..........................( N : 3 – 19 )

BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )

Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )

Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )

GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )

GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa aelektrolit

Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )

Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )

Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )


Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :

Jenis pemeriksaan Hasil


Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis


Cairan infus RL 20 Tpm PO dan 1500 mg
Neuralgid
Ceftriaxone 1x2 gr/iv
Lasix 1x1 gr/iv
Profenid 3x1 supp
ciprofloxacin 1x5000 mg

DATA TAMBAHAN LAIN :

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut

2. Resiko terhadap kekurangan volume cairan

Rabu,10 oktober 2020

(Eko tulus widodo)

A. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds: Batu saluran kemih Nyeri Akut
- Px mengatakan satu minggu
sebelum MRS kencing tidak Terjadinya obstruksi
lancar
- Px mengatakan nyeri pada Nyeri Akut
bagian perut bawah pusar
Do:
- Wajah pasien terlihat
menyeringai kesakitan
- Adanya nyeri tekan di
bagian bawah perut

- Px tampak tidak tenang


- Px sering memegang area
yang sakit
P :Nyeri jika untuk bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : Pada bagian bawah perut
supra pubik
S:6
T : Hilang timbul

- TTV : 114/64 mmHg


-N : 88 X/menit
- RR : 20 X/menit
-S : 38,6 C
-
2 DS : Terjadinya obstruksi Resiko terhadap
- Pasien mengatakan mau kekurangan volume
melakukan aktifitas tidak Nyeri akut cairan
bisa
Harus di bantu istrinya Nyeri akut disertai nyeri
DO : tekan
- Pasien tampak pucat
- Pasien mual mutah Mual muntah
- TTV :
K/u : lemah Resiko terhadap kekurangan
TD : 114/64 mmHg volume cairan
S : 38,6 ̊ C
N : 88x/mnt
RR : 20x/mnt

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d penyubatan pada ginjal
2. Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d intake tidak adekua
RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien :Tn. XNo. RM :2433339


Umur : 50 tahun Alamat :ds.ngantru kec.ngunut
Dx.medis : batu ginjal
N Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
O
1 Nyeri akut Setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x Observasi :
24 jam diharapkan nyeri akut berkurang dengan keriteria 1. identifikasi
hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekue
1. Keluhan nyeri berkurang nsi, kualitas, intensitas nyeri
2. Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
2. identifikasi skala nyeri
3. Gelisah berkurang
3. identifikasi respons nyeri non
verval

4. monitor efek samping


penggunaan analgesik

5. identifikasi kesuaian jenis


analgesik

6. monitor tanda-tnda vital sebelum


dan sesudah pemberian analgesik

teraupetik
1. kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

2. fasilitasi istirahat dan tidur

3. berikan tehnik nonfarmakologis

4. edukasi

5. jelaskan stategi meredakan


nyeri

6. anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

7. ajarkan tehnik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

kolaborasi
kolaborasi pemberian analgesik
2 Resiko terhadap kekurangan Setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Observasi
volume cairan 24 jam diharapkan ketidakseimbangan volume cairan 1. Monitor status hidrasi
membaik dengan keriteria hasil :
2. Monitor berat badan harian
1. Dehidrasi menurun
2. Membran mukosa membaik 3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Turgor kulit meningkat laboratorium

4. Monitor status hemodinamik

5. Monitor turgor kulit

6. Identifikasi tanda-tanda
hipofolemia

Teraupetik
1. Catat intake output cairan

2. Berikan asupan cairan sesuai


kebutuhan

3. Berikan cairan intravena

4. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn. XNo. RM :2433339
Umur : 50 tahun Alamat :ds.ngantru kec.ngunut
Dx.medis : batu ginjal Hari Rawat ke : 1
N Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi Paraf
O
1 Rabu,14 oktober 2020 08.30 Observasi : S:
1. Mengidentifikasi Keluraga mengatakan
lokasi,karakteristik,durasi,frekue pasien masih
nsi, kualitas, intensitas nyeri belumbisa melakukan
aktifitas sendiri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
O:
3. Mengidentifikasi respons nyeri  Pasien tampak
non verval sulit bergerak
4. Memonitor efek samping  Pasien tampak
penggunaan analgesik lemas

5. Mengidentifikasi kesuaian jenis A:


analgesik -Masalah belum
teratasi
6. Memonitor tanda-tnda vital
P:
sebelum dan sesudah pemberian
-lanjutkan intervensi
analgesik
teraupetik 123456789
8. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

9. Memfasilitasi istirahat dan


tidur

10. Memberikan tehnik


nonfarmakologis

edukasi
11. Menjelaskan stategi meredakan
nyeri

12. Menganjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

13. Mengajarkan tehnik


nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

kolaborasi
Berkolaborasi pemberian analgesik
2 Rabu,14 oktober 2020 08.30 Observasi S:
1. Memonitor status hidrasi - Pasien
mengatakan masih
2. Memonitor berat badan harian lemas
O:
3. Memonitor hasil pemeriksaan
- TTV :
laboratorium
k/u cukup
4. Memonitor status hemodinamik TD : 114/64

5. Memonitor turgor kulit mmHg


S : 38,6 ̊ C
6. Mengidentifikasi tanda-tanda
N : 88x/mnt
hipofolemia
RR : 20x/mnt
Teraupetik A:
5. Mencatat intake output cairan Maslah belum
teratasi
6. Memberikan asupan cairan
P:
sesuai kebutuhan
1. Monitor status
7. Memberikan cairan intravena
hidrasi
8. Dokumentasikan hasil
2. Monitor berat
pemantauan
badan harian
Kolaborasi
3. Monitor hasil
Kolaborasi pemberian deuretik
pemeriksaan
laboratorium
4. Monitor status
hemodinamik

5. Monitor turgor
kulit

6. Identifikasi
tanda-tanda
hipofolemia

7. Catat intake
output cairan

8. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan

9. Berikan cairan
intravena

10. Dokumentasikan
hasil
pemantauan

Kolaborasi
pemberian deuretik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn. XNo. RM :2433339
Umur : 50 tahun Alamat :ds.ngantru kec.ngunut
Dx.medis : batu ginjalHari Rawat ke : 2
N Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi Paraf
O
1 kamis,15 oktober 2020 14.00 Observasi : S:
1. Mengidentifikasi pasien mengatakan
lokasi,karakteristik,durasi,frekue masih belumbisa
nsi, kualitas, intensitas nyeri melakukan aktifitas
sendiri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
O:
3. Mengidentifikasi respons nyeri -skala nyeri 5
non verval -Pasien tampak

4. Memonitor efek samping lemas

penggunaan analgesik A:
-Masalah belum
5. Mengidentifikasi kesuaian jenis
teratasi
analgesik
P:
6. Memonitor tanda-tnda vital -lanjutkan intervensi
sebelum dan sesudah pemberian 123456789
analgesik

teraupetik
7. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

8. Memfasilitasi istirahat dan


tidur

9. Memberikan tehnik
nonfarmakologis

edukasi
10. Menjelaskan stategi meredakan
nyeri

11. Menganjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

12. Mengajarkan tehnik


nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

kolaborasi
Berkolaborasi pemberian analgesik
2 Kamis,15 oktober 2020 14.00 Observasi S:
7. Memonitor status hidrasi - Pasien
mengatakan masih
8. Memonitor berat badan harian
lemas
9. Memonitor hasil pemeriksaan O:
laboratorium - TTV :

10. Memonitor status k/u cukup

hemodinamik TD : 120/20
mmHg
11. Memonitor turgor kulit
S : 37,0 ̊ C
12. Mengidentifikasi tanda- N : 88x/mnt
tanda hipofolemia RR : 20x/mnt
A:
Teraupetik
Maslah belum teratasi
9. Mencatat intake output cairan
P:
10. Memberikan asupan cairan
1. Monitor status
sesuai kebutuhan
hidrasi
11. Memberikan cairan
2. Monitor berat
intravena
badan harian
12. Dokumentasikan hasil
3. Monitor hasil
pemantauan
pemeriksaan
Kolaborasi laboratorium
Kolaborasi pemberian deuretik
4. Monitor status
hemodinamik

5. Monitor turgor
kulit

6. Identifikasi
tanda-tanda
hipofolemia

7. Catat intake
output cairan

8. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan

9. Berikan cairan
intravena

10. Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Kolaborasi
pemberian deuretik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn. XNo. RM :2433339
Umur : 50 tahun Alamat :ds.ngantru kec.ngunut
Dx.medis : batu ginjal Hari Rawat ke : 3
NO Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1 Jumat,16 oktober 2020 08.30 Observasi : S:
1. Mengidentifikasi Px mengatakan
lokasi,karakteristik,durasi,frekue nyeri sudah
nsi, kualitas, intensitas nyeri berkurang
O:
2. Mengidentifikasi skala nyeri
 Pasien tampak
3. Mengidentifikasi respons nyeri sudah tidak
non verval memegangi
4. Memonitor efek samping bagian yang
penggunaan analgesik nyeri
A:
5. Mengidentifikasi kesuaian jenis
-Masalah teratasi
analgesik
P:
6. Memonitor tanda-tnda vital -intervensi
sebelum dan sesudah pemberian dihentikan
analgesik

teraupetik
7. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

8. Memfasilitasi istirahat dan


tidur

9. Memberikan tehnik
nonfarmakologis

edukasi
10. Menjelaskan stategi meredakan
nyeri

11. Menganjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

12. Mengajarkan tehnik


nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

kolaborasi
Berkolaborasi pemberian analgesik
2 Jumat,16 oktober 2020 08.30 Observasi S:
1. Memonitor status hidrasi - Pasien
mengatakan
2. Memonitor berat badan harian
sudah tidak
3. Memonitor hasil pemeriksaan lemas
laboratorium O:

4. Memonitor status hemodinamik - TTV :


k/u cukup
5. Memonitor turgor kulit
TD : 120/60
6. Mengidentifikasi tanda-tanda mmHg
hipofolemia S : 36,6 ̊ C
N : 88x/mnt
Teraupetik
RR :
13. Mencatat intake output
20x/mnt
cairan
A:
14. Memberikan asupan cairan
Maslah teratasi
sesuai kebutuhan
P:
15. Memberikan cairan -Hentikan interfensi
intravena

16. Dokumentasikan hasil


pemantauan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik

Anda mungkin juga menyukai