Anda di halaman 1dari 13

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 40

HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

MOBILISASI PROGRESIF LEVEL I UNTUK MENGATASI HIPOTENSI


ORTOSTATIK PADA STROKE NON HEMORAGIK

Yuniar Diaz Amalia1), Sulastyawati2), Mustayah3)


12)
Prodi D-IV Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Prodi D-III Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang
email: sulastya78mustafa@gmail.com

Abstract
A paralize is a major disability in the stroke patient. Paralizing make themselves lay
in long time without changes any position. It caused hypotention ortostatic. To prevent
hypotension ortostatic, a mobilization progressive can be chosen. Mobilization progressive
level I is body movement which given every 2 hours, Rom Pasif and HOB 30°. This research
is purposed to observ the changes of blood tension (ortostatic hypotension) between group of
Mobilization progressive level 1 and group of Control. This research is using Quasi
Experimental Design and approach with non equivalent control group pre test post test
design. The technique sampling is consecutilitative sampling. The total of respondent is 34,
which 17 respondent of mobilization progressive level 1 and 17 respondent of control group.
The test apllied is independent sample test. After following the process blood tension exercise
sistolik and distolik in the group of treatment, blood tension is reduce 1,176 mmhg and 0,882
mmhg, meanwhile in the group of contol is showing reduce; 12,647mmhg and 10,000 mmhg.
It can be concluded that the treatment of mobilization progressive level 1 is can stabilize of
blood tension, can applied as therapy non farmakology in the case of hypotention ortostatic
caused of bedrest.
Keywords: Mobilisasi, Progresif, Level I, Hipotensi Ortostatik, Stroke Non Hemoragik

1. PENDAHULUAN bahkan dapat membawa kepada kematian


(Wirawan, 2009). Di Amerika Serikat,
Proses Kelumpuhan adalah cacat
stroke merupakan penyebab kematian
paling umum dialami oleh penderita
ketiga di setelah penyakit jantung dan
stroke. Yang biasanya terjadi pada salah
kanker (Kristiyawati, 2008). Menurut
satu sisi tubuh (hemiplegia). Jika
American Heart Association, setiap tahun
dampaknya tidak terlalu parah hanya
sekitar 795.000 orang mengalami stroke
menyebabkan anggota tubuh tersebut
baru atau berulang. Sekitar 610.000
menjadi tidak bertenaga (hemiparesis)
diantaranya adalah serangan pertama dan
(Lingga, 2013 dalam Anonym, 2013).
185.000 adalah serangan berulang. Data
Hemiparesis dan kelumpuhan yang terjadi
awal tahun 2006 menunjukkan stroke
pada penderita stroke menyebabkan
menyumbang 1 dari setiap 18 kematian di
penderita berbaring lama tanpa perubahan
Amerika Serikat. Rata-rata setiap 40 detik
posisi. Komplikasi tirah baring tanpa
seseorang di Amerika Serikat mengalami
perubahan posisi dalam sistem
stroke (Lloyd-Jones et al., 2009). Menurut
kardiovaskuler meliputi hipotensi
Riskesdas tahun 2008, stroke menempati
ortostatik (hipotensi postural), peningkatan
urutan pertama sebagai penyebab kematian
beban jantung, dan pembentukan trombus
utama semua usia di Indonesia (Kabi,
(Potter & Perry, 2006). Hipotensi
Tumewah, & Kembuan, 2015).
ortostatik akan beresiko terjadinya stroke
Berdasarkan sensus kependudukan dan
yang berulang dan memperberat disabilitas
demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010
serta menimbulkan penyakit lain yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 41
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

jumlah penderita stroke di Indonesia karena pingsan. Selain itu karena tekanan
sebayak 3.600.000 setiap tahun dengan darah yang terlalu rendah, maka darah
prevelensi 8,3 per 1.000 penduduk (Aini, tidak dapat memberikan oksigen dan zat
2013 dalam Lestari, 2015). Prevalensi makanan yang cukup untuk sel dan tidak
Stroke berdasarkan nakes di Jawa Timur dapat membuang limbah yang dihasilkan
(9,1‰) (Riskesdas, 2013). Prevalensi sebagaimana mestinya, maka dari hal
terjadinya hipotensi ortostatik terjadi pada tersebut dapat memicu stroke berulang
umur 40 tahun ke atas(Setiati, 2004). (LIPI, 2009).
Hipotensi ortostatik ini lebih sering terjadi Oleh karena hipotensi ortostatik erat
pada orang tua yang tinggal difasilitas kaitannya dengan bedrest akibat stroke
kesehatan (54 sampai 68%) daripada di maka ketepatan intervensi pada pasien
masyarakat (Shibao et al. 2007 dalam stroke sangat diperlukan. Salah satu upaya
Freeman, 2008). Berdasarkan studi untuk mengatasi hipotensi tersebut adalah
pendahulan yang dilakukan pada tanggal pemberian mobilisasi progresif. Intervensi
11 Oktober 2017 didapatkan data bahwa ini adalah intervensi yang utama yang
penyakit stroke merupakan salah satu dari dapat dilakukan untuk tahap pemulihan
10 penyakit tertinggi yang diderita pasien pasca serangan stroke. Mobilisasi
di RSUD Dr. R. Pasuruan. Dalam 1 tahun Progresif terdiri dari lima level atau
terakhir periode Januari-Desember 2016 tahapan yang dilakukan, terdiri dari: Head
didapatkan data sebanyak 322 pasien of bed (HOB), Latihan Range of motion
stroke di Interna I. Sedangkan untuk 3 (ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan
bulan terakhir periode Juli hingga rotasi lateral, posisi tengkurap, pergerakan
September 2017 sebanyak 103 pasien melawan gravitasi, posisi duduk, posisi
stroke non hemoragik di rawat di Interna I kaki menggantung, berdiri dan berjalan.
RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan. Dari Mobilisasi Progresif level I yang meliputi
hasil studi pendahuluan dikatakan bahwa mobilisasi tiap dua jam, ROM pasif, serta
di Ruang Interna 1 RSUD Dr. R. HOB 30 derajat untuk menurunkan
Soedarsono tidak dilakukan Mobilisasi Tekanan Intra Kranial (TIK), dan
Progressif level I dan pengecekan menghindari flexi serta rotasi kepala yang
Hipotensi Ortostatik dampak bedrest pada berlebihan, hal ini telah disarankan
pasien Stroke. diberbagai rumah sakit guna meningkatkan
Beberapa faktor resiko hipotensi kualitas hidup pasien (Rahmanti & Putri,
ortostatik seperti umur, bedrest, hipotensi 2016).
akibat obat, diabetes melitus (Setiati, Pada penelitian ini peneliti lebih
Sutrisna, & Prodjosudjadi, 2004). memilih mobilisasi progresif karena posisi
Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai merupakan salah satu tindakan
pengurangan tekanan darah sistolik paling keperawatan yang akan mempengaruhi
sedikit 20 mmHg atau pengurangan perubahan hemodinamik pasien. Pasien
tekanan darah diastolik minimal 10 mmHg kritis biasanya diposisikan duduk dengan
selama 3 menit pertama berdiri (Freeman, tujuan untuk meringankan pernafasan
2008). Gejala klinis yang terjadi cukup pasien akan tetapi hal tersebut dapat
bervariasi merupakan keluhan neuropati menimbulkan ketidaknyamanan pasien
autonom seperti mudah lelah, pusing, bila dilakukan terlalu lama sehingga perlu
sering menguap, tutur kata yang kabur, diketahui posisi yang nyaman, tidak
penglihatan kabur, wajah pucat, keringat memperburuk kondisi pasien dan
dingin, mual, perasaan tak nyaman di
memperbaiki kondisi hemodinamik,
perut. khususnya Cardiac Output kearah lebih
Hipotensi ortostatik jika tidak diatasi baik (Setiyawan, 2016). Lebih lanjut
akan menyebabkan cidera akibat jatuh Volman menjelaskan bahwa pemberian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 42
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

terlentang secara terus posisi menerus b. Manfaat Mobilisasi Progresif


dapat menurunkan sirkulasi darah dari Level I Pada Pasien Stroke
ekstermitas bawah, yang seharusnya Pemberian tindakan mobilisasi
jumlahnya banyak untuk menuju jantung progresif digunakan sebagai salah satu
(Volman, 2012 dalam Rahmanti & Putri, tekhnik pengobatan pada pasien
2016). dengan berbagai gangguan fungsi
Berdasarkan hal tersebut maka organ. Mobilisasi progresif terdiri dari
penelitian ini dilakukan untuk mencoba lima level atau tahapan yang
mencari pengaruh mobilisasi progresif dilakukan, terdiri dari: Head of bed
level I terhadap perubahan tekanan darah (HOB), Latihan Range of motion
(hipotensi ortostatik) dampak bedrest pada (ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan
pasien stroke non hemoragik. rotasi lateral, posisi tengkurap,
pergerakan melawan gravitasi, posisi
Tujuan umum dari penelitian ini
duduk, posisi kaki menggantung,
adalah untuk mengetahui pengaruh
berdiri dan berjalan-jalan.
mobilisasi progresif level I terhadap
perubahan tekanan darah (hipotensi Mobilisasi progresif level I antara
ortostatik) dampak bedrest pada pasien lain terdiri dari Head of bed (HOB),
stroke non hemoragik Latihan Range of motion (ROM)
pasif, dan terapi lanjutan rotasi lateral.
Manfaat dari mobilisasi progressif
2. KAJIAN LITERATUR level I antara lain:
a. Mobilisasi Progresif Level I
1) Menurunkan tekanan intrakranial.
Pada Pasien Stroke
Penelitian Olviani, (2015)
Mobilisasi progresif adalah membuktikan posisi head up
pergerakan yang dilakukan secara elevation 30º sangat efektif
bertahap pada pasien-pasien dengan menurunkan tekanan intracranial
kondisi kritis yang dirawat di ICU. tanpa menurunkan nilai CPP,
Protokol mobilisasi berdasarkan dengan kata lain posisi tersebut
Timmerman (2007) dan American tidak merubah atau mengganggu
Association of Critical Care Nurses perfusi oksigen ke cerebral. Hasil
(2009) terdiri dari lima tahapan. penelitian felix (2009) dalam
Mobilisasi progresif dimulai dengan (Olviani, 2015) dapat di analisis
safety screening untuk memastikan bahwa posisi head elevation yang
kondisi pasien dan menentukan level menguntungkan (tidak
dari mobilisasi yang dapat menyebabkan penurunan CPP &
dilaksanakan. Prosedur safety MAP serta dapat menurunkan
screening dilakukan setiap kali ICP) adalah dalam rentang 15-
sebelum pelaksanaan mobilisasi. 30º. Hal ini juga diperkuat hasil
Pengkajian mobilisasi progresif dapat dari penelitian Duward et al
dilakukan setelah 8 jam pasien masuk (1983) yang dikutip oleh peneliti
ke ICU dan dilakukan pengkajian dalam jurnal yang dibahas ini
ulang setelah 24 jam. mengatakan bahwa posisi 15-30º
Direkomendasikan untuk melakukan akan mengurangi ICP dengan
pengkajian mobilisasi per shift maintenance CPP dan cardiac
(Handayani, 2017). output dibandingkan dengan
posisi 60º yang biasanya
cenderung menurunkan MAP
yang berpengaruh pada CPP. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 43
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

systematic review dari Jun Yu 5) Mengurangi perburukan


Fan (2004) dan Orlando et al Hipotensi ortostatik. Dalam
(2000) juga memperkuat hasil penelitian Iwanczyk, Weintraub,
tersebut bahwa posisi head up 30º & Rubenstein (2006) terapi
sangat efektif menurunkan ICP nonfarmakologi yang cocok untuk
dengan stabilitas CPP tetap pasien Hipotensi ortostatik adalah
terjaga. posisi tidur dengan Head of Bed
2) Mencegah pemendekan otot dan 30º. Tidur dengan posisi ini dapat
kontraktur sendi. Fungsi otot menghindari hipertensi terlentang
bergerak (berkontraksi) dan memperburuk hipotensi
memendek dan memanjang. Bila ortostatik.
otot diam pada satu posisi tertentu
c. Indikasi Mobilisasi Progresif
dalam waktu lama kelenturannya
Pada Pasien Stroke
akan hilang. Otot akan kaku pada
posisi tersebut, sulit dan Kriteria pasien yang dapat
memerlukan tenaga lebih besar dimobilisasi menurut (Handayani,
untuk kontraksi memendek 2017):
ataupun memanjang. Demikian 1) M-Myocardial stability
pula berlaku pada sendi, yang 2) Tidak ditemukan iskemik
akan menjadi kering dan kaku. miokard dalam 24 jam terakhir.
Kedua kondisi ini membuat 3) Tidak ditemukan disritmia yang
pasien yang karena membutuhkan pemberian agen
kelumpuhannya sudah sulit antidisritmia dalam 24 jam
bergerak menjadi tambah tidak terakhir.
mungkin bergerak. Penelitian 4) O- Oxygenation adequate on:
Wirawan, (2009) membuktikan 5) FiO2 < 0.6
bahwa ROM mencegah 6) PEEP < 10 cmH2O
pemendekan otot dan kontraktur 7) V- Vasopressor (s) minimal
sendi. 8) Tidak ada peningkatan dosis
3) Mengubah posisi pasien selama 2 pemberian vasopressor dalam 2
jam sekali memungkinkan area jam terakhir.
paru untuk kembali mengembang. 9) E- Engages to voice
Pengembangan kembali 10) Pasien memberikan respon
mempertahankan elastisitas rekoil terhadap stimulasi suara.
paru dan kebersihan area paru
dari sekresi pulmonal (Perry & d. Kontraindikasi Mobilisasi
Potter, 2005). Hal ini akan Progresif Pada Pasien Stroke
meningkatkan ventilasi udara ke Hal-hal yang perlu diperhatikan
paru sehingga pertukaran oksigen dalam pelaksanaan mobilisasi
dan karbon dioksida menjadi progresif adalah sebagai berikut
maksimal. (Handayani, 2017):
4) Menurunkan resiko injury pada
kulit, memperpendek waktu 1) Ditemukan iskemik miokard dalam
pemakaian ventilator, 24 jam terakhir.
menurunkan angka kejadian 2) Ditemukan disritmia yang
VAP, menurunkan jumlah hari membutuhkan pemberian agen
penggunaan sedasi, menurunkan antidisritmia dalam 24 jam
delirium, meningkatkan rawat terakhir.
jalan, serta peningkatan fungsi
tubuh (Vollman, 2012).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 44
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

3) Adanya peningkatan dosis tubuh. Hal ini juga direspon


pemberian vasopressor dalam 2 pembuluh darah dengan melebarkan
jam terakhir. diameter pembuluh darah
(vasodilatasi) berdampak pada
e. Pengaruh Mobilisasi Progresif
tekanan darah individu tersebut
Level I Terhadap Tekanan
(Rumampuk, 2016). Pada Rom pasif
Darah (Hipotensi Ortostatik)
gerakan dorsiflexion dapat
Dasar metode latihan ini adalah mengakibatkan venous return yang
pada system saraf manusia, di dalam berdampak terhadap peningkatan
sistem saraf manusia terdapat sistem detak jantung dan peningkatan
saraf pusat dan sistim saraf otonom. tekanan darah (Gupta & Lipsitz,
Fungsi sistem saraf pusat adalah 2007).
mengendalikan gerakan sadar atau
gerakan yang dikehendaki oleh tubuh ;
misalnya gerakan tangan, kaki, leher 3. METODE PENELITIAN
Pengabdian masyarakat Desain
dan jari jari. Sistim saraf otonom
penelitian yang digunakan dalam
berfungsi mengendalikan gerakan
penelitian ini adalah rancangan
yang otomatis atau gerakan yang tidak
eksperimen semu atau Quasi
didasari oleh kesadaran tubuh,
Exsperimental Desaign dengan
misalnya fungsi digestif dan
menggunakan rancangan Non Equivalent
kardiovaskuler. Sistem saraf otonom
Control Group. Populasi dalam penelitian
terdiri dari dua subsistem yang
ini adalah pasien Stroke non Hemoragik
kerjanya saling berlawanan yaitu saraf
dengan hipotensi ortostatik yang dirawat di
simpatis dan saraf parasimpatis
Ruang Interna 1 RSUD Dr. R. Soedarsono
(Bluerufi 2009 dalam Harmono,
Pasuruan.
2010).
Teknik pengambilan sampel
Mobilisasi Progresif merupakan menggunakan consecutive sampling sesuai
pergerakan secara bertahap untuk dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
mengurangi dampak negative yang Pasien bersedia menjadi responden, klien
ditimbulkan akibat bedrest. Mobilisasi dengan diagnosa Stoke non hemoragik,
progresif level 1 terdiri dari Head of MAP >55, tekanan sistolik berkisar 90-180
Bed 30 , ROM Pasif dan dilanjutkan mmHg, SaO2 90%, terjadi hipotensi
dengan Lateral kanan kiri. Untuk ortostatik karena bedrest. Bedrest lebih
menghindari hipertensi pada posisi dari 3 hari.
supine dan perburukan dari Hipotensi Untuk kriteria ekslusinya: Pasien
Ortostatik pasien juga diberikan posisi tidak bersedia menjadi responden, klien
Head of Bed 30 yang efektif untuk tidak kooperatif, pasien yang saat proses
mencegah kerusakan sekunder pada berjalan tiba-tiba membatalkan karna
otak, dengan stabilnya fungsi sesuatu hal tertentu, ditemukan iskemik
pernafasan dapat memelihara perfusi miokard dalam 24 jam terakhir dan
serebral yang adekuat (Pertami et al., ditemukan disritmia yang membutuhkan
2017 dan Iwanczyk et al., 2006) pemberian agen antidisritmia dalam 24
jam terakhir.
Dengan melakukan gerakan
Sampel yang diperoleh berjumlah 34
ROM aktif dan pasif diharapkan
sampel dengan 17 kelompok perlakuan
dapat merangsang jantung untuk
dan 17 kelompok kontrol. Instrumen dan
meningkatkan aktivitas simpatik
sehingga tekanan darah akan alat penelitian meliputi SOP HOB 30 ,
meningkat sebagai respon fisiologis SOP ROM Pasif, SOP Rotasi lateral, jam
peningkatan kebutuhan energi pada
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 45
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

tangan, lembar observasi, alat tulis, Pasuruan tahun 2018, jenis kelamin yang
sphygmomanometer, dan stetoskop. paling banyak menjadi responden yaitu
Analisis statistik yang digunakan jenis kelamin perempuan sebanyak 20
meliputi usia dan jenis kelamin. Uji orang (58,8%) dan laki-laki sebanyak 14
statistik menggunakan spss 22.0 for orang (41.2%).
windows. Analisis bivariat Paired Sample
Tabel 2 Karakteristik Dasar Responden
t-test digunakan untuk menguji data
Umur
berpasangan (pre-post test) tekanan darah
pada kelompok perlakuan mobilisasi Std.
Min max Mean
Deviation
progressif level I dan kelompok kontrol
yang berdistribusi normal. Uji Independent Perlakuan 39,00 75,00 54,52 8,92
Sample t-test digunakan untuk menguji Kontrol 40,00 63,00 53,29 7,23
data independen tekanan darah pada
kelompok perlakuan dan kelompok Berdasarkan tabel 2, distribusi
kontrol. frekuensi karakteristik responden
berdasarkan usia pada kelompok
Pada penelitian ini peneliti melihat perlakuan usia terendah ialah 39 tahun dan
hipotensi ortostatik pasien dengan cara usia tertingginya ialah 75 tahun dengan
mengukur tekanan darah pada posisi rata-rata usia 54,52 tahun. Sedangkan
terlentang atau 0º kemudian dilanjutkan untuk responden kelompok kontrol usia
pada posisi 40º. Jika tekanan darah sistole terendah ialah 40 tahun, usia tertinggi 63
ataupun diastole turun minimal 15 mmHg tahun dan rata-rata usia pada kelompok
maka pasien tersebut peneliti masukkan kontrol ialah 53,29 tahun.
sebagai responden dengan persetujuan
pasien. Dengan harapan pada kelompok
perlakuan tidak terjadi penurunan tekanan Tabel 3 Tekanan Darah Sebelum dan
darah setelah dilakukan moblisasi Sesudah Dilakukan Intervensi
progresif pada Kelompok Perlakuan
dan Kontrol
Variable Difference
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Min max Mean
Group In BP
Bagian ini menyajikan hasil
penelitian dan pengabdian kepada SBP on
pre test 110,00 175,00 143,23
masyarakat. Hasil penelitian dan for MP
pengabdian kepada masyarakat dapat 1,18
dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), SBP on
post test 110,00 170,00 142,05
dan/ataubagan. Bagian pembahasan for MP
memaparkan hasil pengolahan data
DBP on
Tabel 1 Karakteristik Dasar Respinden pre test 80,00 110,00 94,70
Jenis Kelamin for MP
0,88
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase% DBP on
post test 80,00 110,00 93,82
Laki-laki 14 41,2% for MP
Perempuan 20 58,8% SBP on
pre test
Total 34 100 % 125,00 175,00 150,00
for
Control 12,65
Berdasarkan tabel 1, menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi karakteristik SBP on
post test 105,00 170,00 137,35
responden berdasarkan jenis kelamin di
for
Ruang Interna 1 RSUD dr. Soedarsono
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 46
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Control
DBP on Tabel 5 Hasil Uji Statistik Paired
pre test
for
80,00 115,00 98,52 Sample t Test. Perubahan
Control Tekanan Darah Sistolik dan
10,00 Diastolik kelompok Kontrol
DBP on
post test
Sebelum dan Sesudah
75,00 105,00 88,52 Diberikan Intevensi
for
Control
Mean Sig. (2-
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan Variable T
(mmHg) Tailed)
hasil menunjukkan hasil rerata tekanan
Sistolic BP on pre
darah sebelum mobilisasi pada kelompok test for MP groub
143,23
perlakuan adalah 143,2/94,7 mmHg dan
Sistolic BP on 1,176 0,104
sesudah moilisasi adalah 142,0/93,8
post test for MP 142,05
mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol group
pre test 150,0/98,5 mmHg dan postest
137,5/88,5 mmHg. Diastolic BP on
pre test for MP 94,70
groub
0,882 0,083
Tabel 4 Hasil Uji Statistik Paired Diastolic BP on
post test for MP 93,82
Sample t Test. Perubahan
group
Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik kelompok Perlakuan
Sebelum dan Sesudah Berdasarkan Tabel 5 bahwa
Diberikan Intevensi perubahan tekanan darah sistolik dan
Mean Sig. (2- diastolik antara sebelum dan sesudah pada
Variable t
(mmHg) Tailed) kelompok kontrol didapatkan nilai pvalue
Sistolic BP on sebesar 0,000 dan 0,000 sehingga H1
pre test for 150,00 diterima artinya terdapat perubahan yang
control groub signifikan antara tekanan darah sistolik
12,647 0,000
Sistolic BP on sebelum dan sesudah berakhirnya latihan.
post test for 137,52
control group Tabel 6 Hasil Uji Statistik Independent
Sample t Test. Perubahan
Diastolic BP on
Selisih Tekanan Darah Sistolik
pre test for 98,52
control groub dan Diastolik anatara kelompok
10,000 0,000 Perlakuan dan Kontrol
Diastolic BP on
post test for 88,52 Mean
Sig. (2-
control group Variable selisih t
Tailed)
(mmHg)
Sistolic BP on pre
-1.1765
test for MP groub
Berdasarkan tabel 4 diketahui Sistolic BP on
11,47
0,000
bahwa perubahan tekanan darah sistolik 06
post test for -12.6471
dan diastolik antara sebelum dan sesudah control group
dilakukan tindakan MP didapatkan nilai Diastolic BP on
pvalue sebesar 0,104 dan 0,083 sehingga pre test for MP -.8824
groub 9.117
H0 diterima artinya tidak terdapat 0,000
Diastolic BP on 6
perubahan signifikan antara tekanan darah post test for -10.0000
sistolik sebelum dan sesudah berakhirnya control group
latihan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 47
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Berdasarkan tabel 6 diketahui dari tubuh akan menyebabkan


bahwa bahwa nilai pvalue pada tekanan peningkatan kebutuhan oksigen dan
darah sistolik dan diastolik antara darah karena kebutuhan tersebut tubuh
kelompok perlakuan dan kontrol berturut- akan merangsang simpatis jantung
turut adalah 0,000 dan 0,000 sehingga H1 dengan cara meningkatkan
diterima yang artinya ada pengaruh yang kontraktilitas jantung dalam hal ini
signifikan antara rerata selisih tekanan ialah heat rate serta peningkatan
darah sistolik dan diastolic kelompok vasokontriksi pembuluh darah yang
perlakuan dan kontrol setelah dilakukan akan berdampak pada peningkatan
tindakan. tekanan darah, meskipun terkadang
tidak sama dengan tekanan darah
pada saat pre test. Sedangkan untuk
PEMBAHASAN
kelompok kontrol terjadi penurunan
1. Tekanan Darah Sistolik dan tekanan darah yang signifikan
Diastolik Pada Kelompok menandakan terjadinya hipotensi
Perlakuan dan Kelompok Kontrol ortostatik dikarenakan perubahan
Sebelum dan Sesudah Dilakukan posisi yang terjadi secara tiba tiba
Intervensi tanpa adanya latihan fisik setelah tirah
Hipotensi ortostatik adalah baring yang cukup lama
kondisi ketidakmampuan berat dengan Hal ini sesuai dengan teori yang
karakteristik tekanan darah yang adamobilisasi progresif level I dapat
menurun ketika klien berpindah posisi merangsang jantung untuk
(Potter and Perry, 2005). Rasa pusing meningkatkan aktivitas simpatik
yang dialami oleh penderita hipotensi sehingga tekanan darah akan
ortostatik ini di dapat dari penurunan meningkat sebagai respon fisiologis
suplai darah dan oksigen ke otak yang peningkatan kebutuhan energi pada
menyebabkan gangguan sirkulasi di tubuh. Hal ini juga direspon pembuluh
otak sehingga sebagian jaringan otak darah dengan melebarkan diameter
mengalami iskemik. pembuluh darah (vasodilatasi)
Untuk melihat pengaruh berdampak pada tekanan darah
mobilisasi pada kedua kelompok individu tersebut sehingga pada saat
dapat dilihat dari selisih perubahan perubahan posisi tidak terjadi
tekanan darah yang terjadi antara dua penurunan tekanan darah yang
kelompok tersebut, pada tekanan signifikan (Rumampuk, 2016).
darah sistolik kelompok perlakuan
mengalami penurunan sebesar 1,176 2. Tekanan Darah Sistolik dan
mmHg dan pada kelompok kontrol Diastolik Pada Kelompok
sebesar 12,647 mmHg. Sedangkan Perlakuan Sebelum dan Sesudah
untuk tekanan darah diastolik pada Dilakukan Intervensi
kelompok perlakuan sebesar 0,882 Dari hasil penelitian ini juga
mmHg dan pada kelompok kontrol didapatkan bahwa setelah melakukan
sebesar 10 mmHg. tindakanMobilisasi Progresif level I
Penurunan tekanan darah sistolik selama tiga jam 15 menit dapat
yang terjadi pada kedua kelompok mencegah terjadinya Hipotensi
disebabkan pada mekanisme fisiologis ortostatik yang diakibatkan oleh
tubuh yang terjadi selama latihan bedrest selama 3 hari dengan
berlangsung. Pada kelompok penurunan tekanan darah sistolik
perlakuan terjadinya penurunan darah hanya sebesar 1,176 mmHg dan
yang tidak terlaku signifikan tekanan darah diastolik sebesar 0,882
disebabkan oleh adanya pergerakan mmHg.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 48
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Pada kelompok perlakuan reflek baroreceptor yang berperan


terjadinyapenurunan tekanan darah terhadap tonus pembuluh darah dan
yang tidak terlalu signifikan pengaturan tekanan darah sehingga
disebabkan oleh adanya pergerakan membantu mempertahankan tekanan
dari tubuh akan menyebabkan darah dalam ambang batas normal
peningkatan kebutuhan oksigen dan sesuai kemampuan tubuh (Amrullah,
darah karena kebutuhan tersebut tubuh Z, & Nurudin, 2014). Sesuai hasil
akan merangsang simpatis jantung Penelitian sebelumnya yang telah
dengan cara meningkatkan dilakukan oleh Ainur (2016) bahwa
kontraktilitas jantung dalam hal ini setelah dilakukannya Mobilisasi
ialah heat rate serta peningkatan Progresif Level I pasien tidak
vasokontriksi pembuluh darah yang mengalami penurunan tekanan darah
akan berdampak pada peningkatan yang signifikan pada tekanan sistolik
tekanan darah. dan diastolik berturut-turut yaitu 1,96
Mobilisasi Progresif merupakan mmHg dan 0,33 mmHg.
pergerakan secara bertahap untuk
mengurangi dampak negative yang 3. Tekanan Darah Sistolik dan
ditimbulkan akibat bedrest. Untuk Diastolik Pada Kelompok Kontrol
menghindari hipertensi pada posisi Sebelum dan Sesudah Dilakukan
supine dan perburukan dari Hipotensi Intervensi
Ortostatik pemberian posisi Head of Berdasarkan apa yang terjadi
Bed 30° yang efektif untuk mencegah dilapangan, kilen dengan stroke non
kerusakan sekunder pada otak, dengan hemoragik yang bedrest menyebabkan
stabilnya fungsi pernafasan dapat turunnya volume cairan yang
memelihara perfusi serebral yang bersirkulasi, berkumpulnya darah
adekuat (Pertami et al., 2017 dan pada ekstremitas bawah, menurunnya
Iwanczyk et al., 2006). Selanjutnya respon otonomik akan terjadi. Faktor
dengan melakukan gerakan ROM tersebut membuat penurunan aliran
aktif dan pasif dalam mobilisasi balik vena disertai penurunan curah
progresif level I dapat merangsang jantung. Akibat dari penurunan curah
jantung untuk meningkatkan aktivitas jantung maka direfleksikan dengan
simpatik sehingga tekanan darah akan menurunnya tekanan darah. Hal ini
meningkat sebagai respon fisiologis umumnya terjadi pada pasien lanjut
peningkatan kebutuhan energi pada usia. Sesuai dengan data yang
tubuh. Hal ini juga direspon pembuluh didapatkan pada kelompok control
darah dengan melebarkan diameter dan perlakuan usia responden rata-rata
pembuluh darah (vasodilatasi) diatas 50 tahun. Selain itu rasa pusing
berdampak pada tekanan darah yang disebabkan oleh hipotensi
individu tersebut sehingga pada saat orthostatik terjadi karena adanya
perubahan posisi tidak terjadi penurunan suplai darah dan oksigen
penurunan tekanan darah yang ke otak yang menyebabkan gangguan
signifikan (Rumampuk, 2016). Pada sirkulasi di otak hal tersebut
Rom pasif gerakan dorsiflexion dapat menyebabkan sebagian jaringan otak
mengakibatkan venous return yang mengalami iskemik kemudian
berdampak terhadap peningkatan merangsang terjadinya rasa pusing.
detak jantung dan peningkatan Menurut (Wirawan, 2009)
tekanan darah (Gupta & Lipsitz, komplikasi tirah baring pada sistem
2007). kardiovaskuler terhadap tubuh yaitu
Dengan dilakukan mobilisasi aktif denyut nadi meningkat ½ ketuk/menit
maka akan terjadi respon terhadap setiap hari selama 3-4 minggu,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 49
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

ortostatik hipotensi, risiko terjadinya peneliti penurunan tekanan darah


deep vein trombosis dan emboli sistolik yang terjadi pada kedua
pulmonal serta viskositas darah kelompok disebabkan pada
meningkat. Hipotensi ortostatik dapat mekanisme fisiologis tubuh yang
terjadi dalam waktu 1-2 hari akibat terjadi selama latihan berlangsung.
bedrest dengan efek maksimal pada Pada kelompok perlakuan terjadinya
minggu ke 3 (Vollman, 2012). penurunan tekanan darah yang tidak
Hasil penelitian dari Amrullah, Z, terlalu signifikan saat perubahan
& Nurudin (2014) meyimpulkan posisi disebabkan oleh adanya
bahwa kelompok eksperiment pada pergerakan dari tubuh akan
pre-test 55% responden mengalami menyebabkan peningkatan kebutuhan
pandangan gelap saat mata oksigen dan darah karena kebutuhan
berkunang-kunang pusing dan pada tersebut tubuh akan merangsang
post-test sebanyak 20%. Sedangkan simpatis jantung dengan cara
kelompok kontrol pada pre-test 60% meningkatkan kontraktilitas jantung
responden dan pada post-test dalam hal ini ialah heat rate serta
sebanyak 55%. Rasa pusing disini peningkatan vasokontriksi pembuluh
dicetuskan oleh karena darah banyak darah yang akan berdampak pada
menuju ke tubuh bagian bawah peningkatan tekanan darah, meskipun
sehingga aliran darah ke otak juga terkadang tidak sama dengan tekanan
mengalami penurunan. Karena tirah darah pada saat pre test. Sedangkan
baring yang lama maka respon tubuh untuk kelompok kontrol terjadi
untuk mempertahankan sirkulasi di penurunan tekanan darah yang
otak juga akan menurun. Pada signifikan menandakan terjadinya
perubahan posisi, terjadi perpindahan hipotensi ortostatik dikarenakan
hampir 700 cc darah meninggalkan perubahan posisi yang terjadi secara
rongga dada menuju ke pool cadangan tiba tiba tanpa adanya latihan fisik
vena di daerah perut dan kaki. setelah tirah baring yang cukup lama.
Sehingga aliran darah dan oksigen ke Untuk melihat pengaruh
otak akan menurun dan menyebabkan mobilisasi pada kedua kelompok
rasa pusing karena adanya iskemik dapat dilihat dari selisih perubahan
dari sebagian jaringan otak (Darmojo tekanan darah yang terjadi antara dua
& Martono, 2004). kelompok tersebut, pada tekanan
Pada keadaan hipoksia yang lebih darah sistolik kelompok perlakuan
lanjut, fungsi sistem neurologis akan mengalami penurunan sebesar 1,176
lebih menurun dan manifestasi lanjut mmHg dan pada kelompok kontrol
yang terjadi adalah pandangan mata
sebesar 12,647 mmHg. Sedangkan
menjadi gelap setelah sebelumnya untuk tekanan darah diastolik pada
berkunang-kunang (Guyton, 1995).
kelompok perlakuan sebesar 0,882
mmHg dan pada kelompok kontrol
4. Pengaruh Mobilisasi Progresif sebesar 10 mmHg.
Level I terhadap Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik Pada Hal ini sesuai dengan teori yang
Kelompok Perlakuan dan ada mobilisasi progresif level I dapat
Kelompok Kontrol Setelah merangsang jantung untuk
Dilakukan Intervensi meningkatkan aktivitas simpatik
sehingga tekanan darah akan
Sesuai dengan hasil penelitian meningkat sebagai respon fisiologis
diatas, terdapat perubahan yang peningkatan kebutuhan energi pada
signifikan antara kelompok perlakuan tubuh. Hal ini juga direspon pembuluh
dan kelompok kontrol. Menurut
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 50
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

darah dengan melebarkan diameter sistole maupun diastole paling banyak


pembuluh darah (vasodilatasi) terdapat pada kelompok kontrol
berdampak pada tekanan darah dengan selisih tekanan darah sistole
individu tersebut sehingga pada saat dan diastole berturut turut ialah
perubahan posisi tidak terjadi 11,471 mmHg dan 9,118 mmHg yang
penurunan tekanan darah yang berarti pada kelompok kontrol masih
signifikan (Rumampuk, 2016). Selain mengalami hipotensi ortostatik
itu hipotensi orthostatik dapat sedangkan pada kelompok perlakuan
menyebabkan rasa pusing karena tidak.
terjadi penurunan suplai darah dan
oksigen ke otak yang menyebabkan
5. KESIMPULAN
gangguan sirkulasi di otak sehingga a. Rata – rata tekanan darah sistolik dan
sebagian jaringan otak mengalami diastolik sebelum mobilisasi pada
iskemik yang merangsang terjadinya kelompok perlakuan adalah
rasa pusing. Pada tirah baring yang 143,2/94,7 mmHg dan sesudah
lama dengan sedikit beraktifitas akan moilisasi adalah 142,0/93,8 mmHg.
menyebakan hipotensi orthostatik Sedangkan pada kelompok kontrol pre
degan ciri-ciri rasa pusing lebih tinggi. test 150,0/98,5 mmHg dan postest
Hipotensi ortostatik terjadi jika 137,5/88,5 mmHg.
perubahan tekanan darah pada sistole b. Tidak terdapat perubahan rerata
dan diastole sebesar 10-20 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik
akibat perubahan posisi. Pada yang signifikan antara sebelum dan
perubahan posisi, terjadi perpindahan sesudah melakukan latihan pada
hampir 700 cc darah meninggalkan kelompok Mobilisasi Progresif level I
rongga dada menuju ke pool cadangan dengan nilai p berturut – turut adalah
vena di daerah perut dan kaki. 0,104 dan 0,083 dengan artian tidak
Sehingga aliran darah dan oksigen ke terjadi hipotensi ortostatik pada
otak akan menurun dan menyebabkan kelompok ini.
rasa pusing karena adanya iskemik c. Terdapat perubahan yang signifikan
dari sebagian jaringan otak (Darmojo antara rerata tekanan darah sistolik
& Martono, 2004). sebelum dan sesudah melakukan
Sesuai dengan penelitian latihan pada kelompok kontrol dengan
sebelumnya yang dilakukan oleh nilai p berturut – turut adalah 0,000
Amrullah et all, (2014) menunjukkan dan 0,000 dengan artian tetap terjadi
bahwa jumlah responden yang hipotensi ortostatik pada kelompok
mengalami hipotensi ortostatik pada kontrol.
kelompok kontrol 2x lipat dari d. Ada pengaruh yang signifikan antara
keompok intervensi, dengan p value selisih tekanan darah sistolik sebelum
0,010 sehingga H1 diterima. dan sesudah berakhirnya latihan
dengan p value systole dan diastole
Sehingga dapat disimpulkan H1
secara berturt-turut 0,000 dan
diterima yang artinya ada pengaruh
0,000.Tidak ada perbedaan signifikan
yang signifikan antara rerata tekanan
antara MAP dan HR sebelum dan
darah sistolik dan diastolik kelompok
setelah diberikan intervensi PLR pada
perlakuan dan kontrol setelah
kelompok perlakuan dan ada
dilakukan tindakan. Sedangkan untuk
perbedaan signifikan antara PP
melihat perubahan antara kedua
sebelum dan setelah diberikan
kelompok ini terdapat dalam besarnya
selisih penurunan tekanan darah yang intervensi pada kelompok perlakuan.
(p value < α, MAP 0,856 > 0,05; HR
terjadi. Penurunan tekanan darah baik
0,168 > 0,05; PP 0,027 < 0,05)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 51
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Stroke Hemoragik.
6. REFERENSI l. LIPI, U. B. I. T. (2009). Tekanan
a. Amrullah, A. E., Z, N., & Nurudin, M. Darah, 1–4.
(2014). Pengaruh Mobilisasi Aktif m. Lloyd-Jones, D., Adams, R.,
Terhadap Pencegahan Hipotensi Carnethon, M., De Simone, G.,
Ortostatik Pada Penderita Diabetes Ferguson, T. B., Flegal, K., … Hong,
Melitus Dengan Hiperglikemi, 2(1). Y. (2009). Heart disease and stroke
b. Anonym. (2013). Pengaruh latihan statistics--2009 update: a report from
Range Of Motion (ROM) Terhadap the American Heart Association
Kekuatan Otot pada Pasien Stroke Statistics Committee and Stroke
Non Hemoragik. Statistics Subcommittee. Circulation,
c. Darmojo Budi R, Martono Hadi H. 119(3).
(2004, 148). Ilmu Kesehatan Usia n. Olviani, Y. (2015). The Influence of
Lanjut. Jakarta : FKUI First Level Progressive Mobilization
d. Freeman, R. (2008). Neurogenic Action to Non Invasive Hemodinamic
Orthostatic Hypotension, 615–624. Monitoring on Patient with Cerebral
e. Gupta, V., & Lipsitz, L. A. (2007). Injury at Intensive Care Unit, 2(1),
Orthostatic Hypotension in the 37–48.
Elderly: Diagnosis and Treatment. o. Perry dan Potter. (2005). Buku Ajar
American Journal of Medicine, Fundamental Keperawatan: Konsep,
120(10), 841–847. Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1,
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2007 Jakarta: EGC, hlm. 760-779
.02.023 p. Pertami, S. B., Sulastyawati, &
f. Guyton, A. C., & John E. Hall. Anami, P. (2017). Effect Of 30 °
(2007). Buku Ajar Fisiologi Head-Up Position On Intracranial
Kedokteran. EGC, Jakarta. Pressure Change In Patients With
g. Handayani, H. (2017). Efek Head Injury, 3(3), 89–95.
Mobilisasi Progresif Terhadap q. Rahmanti, A., & Putri, D. K. (2016).
Perubahan Rentang Gerak Sendi dan Mobilisasi Progresif Terhadap
Kadar Asam Laktat pada Pasien Perubahan Tekanan Darah Pasien di
dengan Ventilasi Mekanik di ICU. Intensive Care Unit, 12(1), 20–25.
h. Iwanczyk, L., Weintraub, N. T., & r. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
Rubenstein, L. Z. (2006). Orthostatic Dasar, 1–306.
Hypotension in the Nursing, 25. s. Rumampuk, J. F. (2016). Pengaruh
https://doi.org/10.1016/j.jamda.2005.1 Aktivitas Berlari Terhadap Tekanan
0.011 Darah dan Suhu pada Pria Dewasa
i. Kabi, G. Y. C. R., Tumewah, R., & Normal, 4.
Kembuan, M. A. H. N. (2015). t. Setiati, S., Sutrisna, B., &
Gambaran Faktor Risiko pada Prodjosudjadi, W. (2004). The
Penderita Stroke Iskemik yang prevalence of orthostatic hypotension
Dirawat Inap Neurologi RSUP Prof . and its risk factors among 40 years
Dr . R . D . Kandou Manado, 3(April), and above adult population in
1–6. Indonesia, 180–189.
j. Kristiyawati, S. puguh. (2008). u. Setiyawan. (2016). Mean Arterial
Analisis Faktor Resiko Yang Pressure Non Invasif Blood Pressure
Berhubungan Dengan Kejadian (MAP-NIBP) pada Lateral Positon
Stroke. dalam Perawatan Intensif, 565–569.
k. Lestari, W. (2015). Pemberian Terapi v. Vollman, K. (2012). Progressive
Musik Terhadap Status Mobility Program Makes a Difference
Hemodinamika Pasien Koma dengan Disclosures  Sage Products Inc It is
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 52
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Time To Change, 1–61. Stroke pada Pelayanan Kesehatan


w. Wirawan, R. P. (2009). Rehabilitasi Primer

Anda mungkin juga menyukai