PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, pergerakan yang dilakukan secara volunteer maupun involunteer dapat
manusia daat disebabkan oleh beberapa penyakit dimana salah satunya stroke.
manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-
mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh
dunia terserang stroke. Tercatat di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah
Stroke menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih
1
tahun di Indonesia (Hasnawati et al., 2009). Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau
250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya megalami cacat ringan maupun
Indonesia pada tahun 2007 mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan pada
B. Definisi
fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih
yang fatal pada suplai darah bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh
manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam
dan otak dalah pusat control system tubuh termasuk perintah dari semua
gerakan fisik.
gangguan aliran darah dalam otak yang timbul secara mendadak dalam
2
beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau
terdapat gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama. Stroke dapat
C. Prevalensi
800 dari 100.000 orang per tahun terkena stroke. DKI Jakarta diketahui
keluarga.
D. Etiologi
3
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke
akibat bentukan trombus atau emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh
E. Manifestasi Klinis
kelemahan pada salah satu sisi tubuh dan kesulitan dalam berbicara atau
sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke
4
muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. Beberapa gejala
sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau
gerak.
F. Prognosis
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari
itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun
ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun
5
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke
G. Faktor Resiko
riwayat keluarga, faktor genetik, dan berat badan lahir rendah, dan faktor
RH, 2010).
6
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
reach dan release benda yang berada diatas karena kelemahan anggota
gerak atas kanan akibat post stroke. Saat ini Ny. Fu tinggal bersama suami
oleh orang sekitar atau keluarganya. Sisi dominan Ny. Fu sebelah kanan.
afek datar dan sering kali pandangannya kosong. Sensori tactile dan
7
B. Data Screening
disekitar.
C. Initial Assessment
a) Screening Test
8
ketika pasien diminta untuk mengangkat tangannya dan
b) Screening Task
9
III. KERANGKA ACUAN / METODE
aktivitas reach, carry, dan release terkadang tidak merasakan yang dapat
program terapi dari fisioterapi, okupasi terapi dan terapi wicara di RSUP
10
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan blangko FIM diperoleh
pada sub mobilitas di bed dan transfer lifting pasien mampu melakukannya
dengan mandiri kecuali pada saat membawa suatu benda pasien masih
membutuhkan bantuan minimal kepada orang lain. Untuk opsi makan dan
dengan pakaian yang akan beliau pakai dan alas kaki. Menurut hasil
memiliki total skor untuk ektremitas atas 27 point dari 66 point. Pasien
V. IDENTIFIKASI PROBLEM
A. Aset
11
kuat. Pasien sudah bisa menunjukkan ekspresinya sedikit ketika
tertawa.
B. Limitasi
benda diatas karena endurance aggota gerak atas sebelah kanannya masih
VII. PROGNOSIS
A. Prognisis Klinis
12
Dubia ad sanam, artinya pasien memiliki prognosis medis tidak
tentu atau ragu- ragu namun cenderung sembuh atau membaik. Hal
tersebut tergantung dari tipe dan luasan serangan, age of onset serta
tingkat kesadaran.
B. Progonosis Fungsional
13
Ny. Fu mengalami kesulitan melakukan ADL yang melibatkan
dalam merasakan benda yang dipegang dan membawa sisir ke kepala atau
ke rambut karena kekuatan otot dan endurance anggota gerak atas sebelah
kanan belum kuat. Untuk mencapai kekuatan otot dan endurance yang
maksimal, long term goal untuk pasien mampu merasakan sisir yang
A. Tujuan :
14
2. Tujuan Jangka Pendek :
terapi.
B. Strategi Pelaksanaan
a. Adjunctive
gerakan voluter.
b. Enabling
membahayakan klien.
c. Purposeful
15
Pasien mampu merasakan benda yang dibawa.
a. Adjunctive
gerakan volunter.
b. Enabling
16
Latihan meraih benda keatas dengan media balok
kali sesi terapi. Dilakukan seminggu dua kali sesi terapi dan
membahayakan klien.
c. Purposeful
seminggu dua kali sesi terapi dan setiap satu sesi terapi
17
timbulnya gerakan volunter. Dengan menggunakan media
X. RE-EVALUASI
terapi dengan frekuensi satu minggu dua kali dan durasi selama 30
18
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan blangko FIM
fungsional pada sub mobilitas di bed dan transfer lifting pasien mampu
memiliki total skor untuk ektremitas atas 28 point dari 66 point. Pasien
19
sekarang sudah mampu melakukannya dengan sesekali terjatuh.
Kemudian saat latihan gerakan kanan kiri dengan media balok, saat
frekuensi satu minggu dua kali sesi dan durasi kurang lebih tiga puluh
pasien. Pasien telah mencapai stg ( short term goal) yang pertama yaitu
luasan dan letak serangan, age of onset dan tingkat kesadaran. Selain hal
XII. FOLLOW UP
Perlu adanya tindak lanjut dari program ini, untuk dapat mencapai
LTG (Long Term Goal) dengan home programe latihan gerakan keatas,
Hal ini dapat dilakukan saat waktu luang,dengan repetisi lima kali tiap
gerakan dan frekuensi 3 kali sehari. Dengan banyak berlatih geraka maka
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat
gangguan aliran darah otak. Dengan berbagai faktor resiko yang menyertai,
seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, riwayat keluarga, faktor genetik,
dan berat badan lahir rendah hipertensi arterial, TIA, stroke sebelumnya, bruit
yang dapat sembuh total hal tersebut dipengaruhi oleh luasan dan letak
diterapkan pada pasien post stroke dengan penekanan pola sinergis bertujuan
untuk aktifasi gerakan otot yang dapat memfasilitasi gerakan volunter. Selain
22
mendapatkan penanganan dari okupasi terapi pasien post stroke
B. Saran
bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi resiko yang lebih berat. Bagi pasien, keluarga, dan caregiver
23