Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Prevalensi
hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun
sebesar 1,84%. Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2012 sebesar
0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Pada tahun 2012,
sebanyak 1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke non hemoragik.
kesehatan sebesar 7.0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis
B. Etiologi
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli 4
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
dan wajah
9. Angiopati amiloid
C. Gambaran klinis
vertebrelis yang berasal dari medula spinalis. Ketika area otak kehilangan
atau terhentinya suplai darah, hal ini menjadi penyebab stroke. Penyebab
sroke didominasi oleh plak arterosklerotik yangterjadi pada satu atau lebih
mengalami penyumbatan.
D. Prognosis
secara sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang
dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan.
Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo,
sakit 48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, kita perlu
dan yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan yang dapat
sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke
yang pertama. Seorang yang menderita stroke umumnya akan kehilangan
sebagian atau seluruh fungsi tubuh tertentu. Suplai darah yang sempat
terhenti inilah yang menyebabkan tubuh tidak lagi berfungsi dengan baik.
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 55 tahun
Alamat : Boyolali
B. DIAGNOSIS PASIEN
C. DATA SUBJEKTIF
Initial assessment :
Interview
5 tahun mengalami stroke, saat pertama stroke pasien merasa kaku pada
kaki dan tangan bagian kanan. Pasien sudah melakukan terapi berupa
karema terdapat benjolan kista yang ada pada perutnya, selang satu tahun
mempunyai riwayat hipertensi, asam urat serta batu ginjal. Pasien masih
mengkonsumsi obat.
Saat ditanya kegiatan keseharian, pasien hanya duduk diteras rumah
maupun naik sepeda, tetapi setelah sakit, pasien pergi ke masjid dengan
diantar oleh anaknya. Pasien aktif di pengajian yang ada di desanya, yang
dengan menyeret kaki nya, dasar tumpuan nya lebar dan sulit untuk
anak serta 5 cucu. Dua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di samping
Observasi klinis
kondisi stroke pasien yang sudah dideritanya selama 5 tahun ini dan akhir-
akhir ini mulai mengeluarkan air liur. Saat pertama bertemu, pasien
Cara berjalan pasien di seret dan terkadang dibantu oleh tongkat yang
terbuat dari bambu. Saat berjalan pasien masih belum seimbang dan masih
merasa takut saat akan duduk. Kuku dan kulitnya bersih, pasien mampu
menggosok gigi dengan kompensasi tangan kiri, kaki kanan pasien sedikit
varus.
plastik yang berserakan di lantai dan debu yang tidak pernah disapu serta
berbau tidak sedap karena terdapat kandang sapi yang berda di halaman
disamping rumah pasien. Cara berjalan pasien di seret dan dibantu oleh
pinggul agak fleksi, dan dasar tumpuan lebar. Kebersihan kuku dan
Screening test
Berdasarkan data hasil screening pasien memiliki hubungan cukup baik
kerumah saudara dan ketika hendak pergi pengajian, dan pergi terapi.
Pasien dulu bekerja sebagai penjual tahu dan tauge di pasar. Cara bicara
pasien tidak jelas. Untuk self care pasien mampu melakukannya dengan
Pasien mampu melakukan aktifitas makan, mandi, BAB & BAK, mencuci
terapi latihan pada stroke yang berasumsi bahwa penderita stroke seolah-
olah pasien stroke kembali pada usia bayi sehingga pertumbuhan dan
itu stroke harus dilatih mulai dari posisi berbaring, miring, tengkurap,
pola gerakan abnormal dan mengajarkan postur dan pola gerak yang
kegiatan.
gerakan.
D. DATA OBJEKTIF
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanggal 19 Desember 2016 pada area
mandiri penuh. Pada area self care yang terdiri dari makan (menyiapkan
Pasien berbicara tidak jelas (pelo) dan tidak berekspresi. Memerlukan bantuan
orang yang mengerti cara bicaranya untuk menerjemahkan apa yang pasien
memasak. Namun, unruk aktifitas berkebun dan memasak pasien sudah tidak
tertarik lagi karena keadaan yang tidak memungkinkan dan sudah ada yang
membantu untuk memasak serta ada suami pasien yang berkebun menanam
sebelum sakit pasien bisa melakukan aktifitas ini dengan baik dan mandiri dan
setelah sakit, pasien menginginkan bisa berjalan-jalan lagi seperti dulu kala.
tetangga.
E. ASSESSMENT
Pasien memiliki riwayat penyakit asam urat, hipertensi dan juga pernah
melakukan operasi kista 6 tahun yang lalu. Penampilan pasien cukup rapi.
Lingkungan fisik pasien tidak cukup baik karena banyak debu dan sampah
yang berserahan di dalam rumah serta lokasi kandang sapi yang bersada
tepat persis di sampan rumah pasien. Cara bicara pasien tidak jelas (pelo).
Cara berjalan pasien pun tidak seimbang dengan dasar tumpuan yang
lebar. Pasien mampu berjalan dengan mandiri tetapi terkadang pasien
berjalan dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat yang terbuat dari
bamboo.
berjalan pasien yang tidak seimbang dan dengan tumpuan yang lebar.
Setiap harinya pasien selalu duduk diteras dan menonton TV saja. Pasien
Aset :
Limitasi :
Komunikasi verbal pasien kurang jelas (pelo), Cara berjalan pasien di
seret dan dibantu oleh tongkat yang terbuat dari bambu, saat berjalan dan
lebar.
Prioritas masalah
seimbang, susah berbelok dan dasar tumpuan yang lebar. Karena dengan
masjid untuk beribadah sholat dan pengajian yang dulu rutin pasien
lakukan. Dengan hal tersebut, pasien akan merasa senang karena dapat
Diagnosis OT
pasien tidak memiliki masalah karena pasien sudah tidak lagi bekerja.
Pasien hanya tinggal dirumah dan terkadang bermain bersama cucu nya.
F. PERENCANAAN TERAPI
tetangga secara mandiri tanpa alat bantu selama 10x sesi terapi.
Strategi / teknik
dengan postur dan cara berjalan yang benar dalam 5x sesi terapi
1. Adjunctive
pada kaki yang sehat terlebih dahulu. Mulai dari dorsi fleksi dan
plantar fleksi, inversi dan eversi, fleksi knee, fleksi hip, internal
rotasi, eksternal rotasi, abduksi dan adduksi hip. Setelah itu terapis
tungkai pasien karena kaki pasien belum terlalu kuat. Setelah itu,
dari terapis.
Fungsinya adalah untuk melatih gerakan hip pada gerak
siap untuk menerima latihan yang akan diberikan dan supaya otot
menjadi rileks.
2. Enabling
postur yang benar dan dasar tumpuan yang tidak lebar. Pasien
dalam berjalan.
3. Purposeful
rumah dengan medan yang tidak rata (kerikil) dalam 5x sesi terapi
1. Adjunctive
Streching atau melakukan gerakan pada ekstremitas bawah.
pada kaki yang sehat terlebih dahulu. Mulai dari dorsi fleksi dan
plantar fleksi, inversi dan eversi, fleksi knee, fleksi hip, internal
rotasi, eksternal rotasi, abduksi dan adduksi hip. Setelah itu terapis
tungkai pasien karena kaki pasien belum terlalu kuat. Setelah itu,
dari terapis.
siap untuk menerima latihan yang akan diberikan dan supaya otot
menjadi rileks.
2. Enabling
3. Purposeful
rumah pasien.
Frekuensi
Frekuensi terapi ini dilakukan 2 kali sesi terapi dalam satu minggu.
Durasi
Media terapi
Media terapi yang digunakan adalah lantai, tali dan gelas plastic 10 buah.
HOME PROGRAM
Home program yang kami sarankan sesuai dengan kondisi pasien dan
pasien berjalan-jalan didepan rumah pada pagi dan sore hari. Setelah itu,
bisaa dilakukan. Semua aktifitas pada Home Program ini bertujuan untuk
mencapai LTG dan STG pasien. Jika pasien kooperatif terhadap program
yang diberikan, maka pasien akan cepat mencapai LTG. Aktifitas home
program ini selain untuk mencapai LTG, juga akan membuat hidup pasien
memberikan motivasi dan semangat kepada pasien agar bisa sembuh dan
RE-EVALUASI
Pasien berinisial Ny. P mengalami stroke sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
tinggal bersama suaminya. Penampilan pasien cukup rapih dan kooperatif Setelah
dilakukan screening dan assessment pasien termasuk dalam kategori mandiri. Pasien
memiliki asset berupa motivasi dan semangat untuk sembuh. Limitasi pasien adalah
komunikasi verbal yang kurang jelas (pelo) dan cara berjalan yang diseret dan tidak
seimbang. Pasien memiliki ketertarikan dan keinginan untuk bisa berjalan dengan
normal lagi. Karena dengan berjalan dengan normal dan seimbang, pasien bisa pergi
keluarga dan tetangga. Hal tersebut bagi pasien penting karena dengan kegiatan itu
pasien bisa bertemu dengan banyak orang dan pasien akan merasa senang.
occupation. Tujuan jangka panjang kami adalah pasien mampu berjalan dengan
seimbang untuk berkunjung ke rumah tetangga secara mandiri tanpa alat bantu selama
10x sesi terapi. Lalu ada beberapa tujuan jangka pendek, yang pertma adalah pasien
mampu berjalan 6 meter dengan seimbang dan dengan postur dan cara berjalan yang
benar dalam 5x sesi terapi. Tujuan jangka pendek yang kedua yaitu pasien mampu
berjalan-jalan dengan seimbang dihalaman rumah dengan medan yang tidak rata
Berdasarkan hasil terapi yang kami lakukan, kami belum mampu untuk
mencapai STG dan LTG. Ada beberapa faktor yang memengaruhi diantaranya adalah
pasien sudah mengalami stroke sejak 5 tahun yang lalu dan belum pernah diberi terapi
seperti fisioterapi dan okupasi terapi melainkan terapi tradisional. Usia pasien yang
sudah masuk ke usia lanjut sehingga kondisi fisik serta kognitif yang mengalami
penurunan. Selain itu, keadaan keluarga pasien yang pengetahuannya terhadap kondisi
stroke sangat minim. Keluarga pun kurang kooperatif terhadap sakit yang diderita
pasien. Keluarga hanya pasrah saja terhadap sakit yang diderita pasien. Hal ini akan
menjadi salah satu faktor penghambat pasien dan terapis dalam mencapai LTG.
REFERENSI
http://zahstraces.blogspot.co.id/2012/08/neuro-development-treatment-
ndt.html