PENDAHULUAN
1
2
Dan pada tgl 22 Nopember 2019 sampai 7 Desember 2019 jumlah pasien
stroke yang opname sebanyak 12 orang dengan gangguan mobilitas fisik
berupa kelemahan anggota gerak dan kesulitan bicara.
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka kejadian
stroke infark adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack, sedangkan faktor
yang dapat dimodifikasi berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung,
diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dan
hiperkolesterolemia (Kabi, et. al, 2015). Salah satu pemicu terjadinya stroke
adalah aterosklerosis yaitu pengerasan pada dinding pembuluh darah akibat
penimbunan lemak sehingga dapat menghambat aliran darah ke otak dan
mengakibatkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dapat juga
menimbulkan thrombus yang melekat pada dinding pembuluh darah dan
dapat terlepas sebagai emboli. Emboli yang terlepas terbawa aliran darah
menuju sistem serebrovaskuler, kondisi ini dapat menimbulkan penyumbatan
pada pembuluh darah kecil di bagian korteks serebri terutama daerah
parietalis. Sehingga daerah tersebut tidak mendapatkan oksigen yang
menyebabkan hipoksia artinya sel otak akan kekurangan nutrisi (glukosa)
dan oksigen. Jika hal ini berlanjut terus menerus maka jaringan tersebut
akan mengalami infark. Akibat infark pada arteri cerebri media dan arteri
vertebra basilaris terjadi disfungsi pada nervus kranial XI yang
menyebabkan kelemahan anggota gerak dan mengalami gangguan mobilitas
fisik (Price & Wilson, 2012). Hal ini mengharuskan klien immobilisasi.
Padahal dengan immobilisasi tersebut, klien akan kehilangan kekuatan otot
rata-rata 3% sehari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Padma, dkk (2017) dari 150
klien stroke yang memenuhi kriteria penelitian terdiri dari 91 laki-laki
(60,7%) dan 59 perempuan (39,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
50% klien stroke mengalami gangguan mobilitas fisik. Perburukan kondisi
stroke infark dengan gangguan mobilitas fisik karena adanya penurunan
kekuatan otot (Paciaroni, et. al, 2012 dan Martino,et.al, 2013), yang
3
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.2 Diagnosa
Berdasarkan SDKI 2016-2017 diagnosa keperawatannya adalah: Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
9
2.1.3 Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Perencanaan Rasionalisasi
Keperawatan Kriterisa Hasil
Gangguan mobilitas Tujuan: Jelaskan prosedur, Dengan
fisik berhubungan Mobilisasi fisik tujuan, indikasi, dan menjelaskan kepada
dengan penurunan meningkat kontraindikasi klien megenai
kekuatan otot Kriteria hasil: mobilisasi serta prosedur, tujuan,
a. Pergerakan dampak indikasi, dan
ekstremitas immobilisasi. kontraindikasi serta
meningkat dampak
b. Kekuatan otot immobilsasi, maka
meningkat klien mau
c. Rentang gerak melakukan latihan
meningkat mobilisasi secara
bertahap.
Ajarkan cara Dengan
mengidentifikasi mengajarkan cara
kemampuan mengidentifikasi
mobilisasi (seperti kemampuan
kekuatan otot, dan mobilisasi (seperti
rentang gerak). kekuatan otot, dan
rentang gerak) maka
klien bisa menilai
kekuatan otot dan
rentang gerak pada
ektremitas yang
lemah.
Demonstrasikan Dengan
cara melatih rentang mendemonstrasikan
gerak (misal cara melatih rentang
gerakan dilakukan gerak, klien bisa
secara perlahan, melakukan latihan
dimulai dari kepala sendiri sehingga
ke ekstremitas, rentang gerak
gerakan semu meningkat dan tidak
persendian sesuai terjadi kontraktur
rentang gerak otot
normal, cara melatih
rentang gerak pada
sisi ektremitas yang
parese dengan
menggunakan
ekstremitas yang
normal, frekwensi
tiap gerakan.
Sumber: SDKI, SIKI, SLKI, 2017-2018
10
2.1.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan terhadap rencana keperawatan yang telah dibuat atau
ditetapkan untuk klien dengan gangguan mobilitas fisik, yang digunakan
untuk mengetahui masalah atau hambatan klien dalam mobilisasi.
Pelaksanaan dibuat oleh perawat sesuai kemampuan maksimal yang boleh
dan dapat dilakukan oleh klien. Pelaksanaan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
2.1.5 Evaluasi
Tahap terakhir dari proses keperawatan untuk membandingkan hasil
yang dicapai setelah tahap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
2.2 Konsep Stroke Infark
2.2.1 Pengertian
Stroke infark diartikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf
yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan
menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan
gejala stroke (Pinzon, Asanti, 2010).
2.2.2 Etiologi
Penyebab stroke infark dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Trombosis Serebi
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral. Penyebab paling umum dari stroke trombosis
ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh
ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis.
b. Emboli Serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab
utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih mudah dibandingkan
dengan penderita trombisis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu
11
c. Gangguan persepsi
1) Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis.
2) Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari
sisi tubuh yang sakit dan mengabaikannya.
3) Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapatkan hubungann dua atau lebih obyek dalam area spasial.
4) Kehilangan sensori, yaitu tidak mampu merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh (kehilagan proprioseptik) sulit
menginterprestasikan stimulus visual, taktil, auditorius.
2.2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke infark :
a. Penatalaksanaan umum
1) Pada Fase Akut
- Pertahankan jalan nafas, memberikan oksigen
- Monitor peningkatan tekanan intrakranial
- Monitor fungsi pernafasan , cek analisa gas darah
- Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
- Evaluasi status cairan dan elektrolit
- Kontrol kejang jika ada dengan pemberian anti konvulsan dan cegah
resiko injuri
- Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi dan
pemberian makanan
- Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks.
2) Fase Rehabilitasi.
- Pertahankan nutrisi yang adekuat.
- Program managemen bladder dan bowel.
- Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi.
- Pertahankan integritas kulit.
13
2.2.7 Komplikasi
a. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi pernafasan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Tromboplebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
d. Hidrosephalus (Andra Saferi, 2013).
2.2.8 Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus
dan emboli, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih
seperti kehilangan kesadaran, selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu
yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron.
Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada
awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau hipotensi)
atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas.
Stroke infark karena emboli dapat merupakan akibat dari bekuan darah,
udara, plaque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemoragi
maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma
serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragi.
15
Batasan karakteristik:
a. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,
termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi. Keenggaan
untuk melakukan pergerakan.
b. Keterbatasan rentang gerak.
c. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot.
d. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protokol mekanis dan medis.
e. Gangguan koordinasi.
Penilaian skala kekuatan otot menggunakan skala klasik 0, 1, 2, 3, 4, 5:
Skala Persentasi Karakteristik
kekuatan normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi/dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitsi dan tahanan penuh.
2.3.5 Penatalaksanaan
a) Posisi Fowler
20
Merupakan posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk yang biasa
digunakan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernafasan.
b) Posisi Sim
c) Posisi Trendelenburg
Merupakan posisi tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Posisi ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
e) Posisi Lithothomi
Merupakan posisi pasien menungging dengn kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur.
Menurut Juaidi (2011) setelah keadaan klien membaik dan kondisinya stabil
baru diperbolehkan dilakukan mobilisasi. Latihan berikut untuk memelihara
dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
3) Pegang tangan klien dengan satu tangan yang lain memegang
pergelangan tangan klien.
4) Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin
5) Catat perubahan yang terjadi.
e. Rotasi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan klien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
3) Letakkan satu tangan perawat dilengan atas klien dekat siku
dan pegang tangan klien dengan tangan yang lain
4) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke atas
5) Kembalikan lengan ke posisi semula
6) Catat perubahan yang terjadi
1. Latihan Ambulasi
a. Duduk di atas tempat tidur
Prosedur kerja:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada klien
2) Anjurkan klien untuk meletakkan tangan di samping badannya
dengan telapak tangan menghadap ke bawah
3) Berdirilah di samping tempat tidur dan letakkan tangan pada
bahu klien
4) Bantu klien untuk duduk dan beri penompang atau bantal
b. Turun dari tempat tidur, berdiri, kemudian duduk di kursi roda
Prosedur kerja:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada klien
2) Pasang kunci kursi roda
3) Berdirilah menghadap klien dengan kedua kaki meregang
4) Tekuk sedikit lutut dan pinggang anda
5) Anjurkan klien untuk meletakkan ke dua tangannya dibahu
anda
6) Letakkan kedua tangan anda di samping kanan dan kiri
pinggang klien
29
METODE PENELITIAN
30
31
Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 s/d
April 2020 selama satu minggu, sejak klien pertama kali masuk rumah sakit
sampai pulang dan atau klien dirawat minimal 3 hari. Dan penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya.
3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
a) Wawancara
Sumber data didapat dari pasien, keluarga, atau rekam medik dari rumah
sakit. Hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
b) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi dalam pengumpulan data ini seperti monitor tanda-tanda vital,
monitor nervus I-XII. Hasil pengukuran dengan pendekatan IPPA (Inspeksi,
Palpasi, Perkusi, Auskultasi) pada sistem tubuh pasien.
c) Studi Dokumentasi
Hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil pemeriksaan laboratorium dan CT
Scan Kepala.
Instrument pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah format pengkajian keperawatan, alat tulis, alat pengukuran tanda-tanda
vital (jam tangan, thermometer, dan sphignomanometer), alat pemeriksaan
fisik (penlight dan stetoskop), alat pelindung diri (sarung tangan dan
masker) (Nursalam, 2016).
3.7. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini diawali dengan pemilihan kasus atau masalah yang
akan dijadikan topik penelitian. Peneliti memilih kasus Stroke Infark
sehingga topik penelitian ini berjudul "Asuhan Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik pada Klien Stroke Infark di Rumah Sakit Adi Husada
Undaan Wetan Surabaya". Kasus Stroke Infark dipilih sesuai kriteria
penentuan masalah yang telah diuraikan pada bab pendahuluan sub-bab latar
belakang. Selanjutnya menyusun proposal penelitian yang menguraikan
tentang tinjauan pustaka dan metode penelitian. Pengumpulan data awal
32
penelitian pada bab 1 diawali dengan pengurusan ijin penelitian dari institusi
pendidikan Prodi D III Keperawatan Kampus Soetomo Surabaya. Surat
pengantar dari pendidikan kemudian diajukan kepada Bidang Diklat dan Bidang
Keperawatan Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Setelah
mendapatkan surat balasan persetujuan dari Rumah Sakit Adi Husada
Undaan Wetan Surabaya kemudian baru diperbolehkan mengambil data awal
tentang klien Stroke Infark di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan
Surabaya.
Setelah mendapatkan data awal, dilakukan penyusunan proposal penelitian,
kemudian mengajukan proposal penelitian kepada pembimbing. Setelah
mendapat persetujuan pembimbing dilakukan ujian proposal untuk
menentukan apakah usulan penelitian dapat dilanjutkan dengan kegiatan
pengumpulan data penelitian. Tahap selanjutnya adalah penulisan laporan
penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
planning (Budiono, 2015). Tahap akhir dari proses analisis adalah dengan
membandingkan masalah yang terjadi antara dua klien pada kasus yang
sama dengan tatanan nyata dengan teori yang ada ( Kozier, et . al, 2013).
3.9. Etika Studi Kasus
Menurut Notoatmojo (2012) secara garis besar dalam melakukan
penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh terus yaitu :
a) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.
Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).
b) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk
tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
c) Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan , yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian.
d) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
DAFTAR PUSTAKA
34
Kozier, Erb & Snyder. 2010. Buku Ajar: Praktik Keperawatan Klinis 5. Jakarta:
EGC
Kabi, et. al. 2015. Gambaran Faktor Resiko Pada Penderita stroke Iskemik yang
dirawat inap neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado. Journal
E-Klinik. 2015; 3:457-464
Paciaroni, et. al. 2012. Headache on Cerebral Venous Thrombosis Frot Neurol
Neurosci. Basel, Karger. 2012. Vol 23.pp 89-95
Potter & Perry,2012. Buku Ajar Fundamental Keperwatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC
SDKI, SIKI, SLKI. 2017-2018. Penerbit Dewan Pengurus Pusat PPNI. Jl Lenteng
36
Widagdo, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: TIM
37
Lampiran 1
Kepada
Yth. Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Siti Nur Istirochmah adalah
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Program Studi
DIII Keperawatan Kampus Soetomo, akan melakukan studi kasus tentang
“Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik pada Klien Stroke Infark di
Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya”.
Bersama ini saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden
dalam penelitian ini, jawaban yang saudara berikan akan saya jaga kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk kepentingan penulisan. Data yang anda berikan akan
dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Atas ketersediannya
sebagai responden saya ucapkan terimakasih.
Surabaya,…………………
Hormat saya,
Lampiran 2
LEMBAR PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI
RESPONDEN PENELITIAN
Lampiran 2