Anda di halaman 1dari 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai. Stroke

adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala fokal atau global yang

berlangsung lebih dari 24 jam dan dapat menyebabkan kecacatan yang

menetap dan kematian tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler

(WHO, 2006).

Stroke merupakan penyebab kecacatan utama di dunia dan merupakan

penyebab prevalensi kematian tertinggi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization

(WHO) tahun 2004 sekitar 5,71 juta orang meninggal akibat stroke.

Diperkirakan pada tahun 2015 jumlah kematian akan naik menjadi 6,3 juta

orang (Llibre et al., 2010). Berdasarkan Kusuma et al. (2009) stroke

merupakan penyebab kematian utama di Indonesia dengan prevalensi sekitar

15,4%. Stroke selalu menempati urutan pertama dari jumlah seluruh

diagnosis pasien rawat inap berusia dewasa di Unit Pelayanan Neurologi

(Aliah et al., 2007). Prevalensi Stroke non hemoragik di Jawa Tengah pada

tahun 2009 adalah 0,09%, sedangkan prevalensi stroke hemoragik adalah

0,08%. Di Kota Surakarta prevalensi stroke non hemoragik adalah 0,75%

(Dinkes Jawa Tengah, 2009). Banyak penelitian menyimpulkan setelah umur

55 tahun risiko terjadinya stroke meningkat dua kali lipat tiap pertambahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

satu dekade baik pada pria maupun wanita (National Stroke Association,

2013).

Stroke dikategorikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan hemoragik.

Sekitar 80% kasus stroke adalah stroke iskemik (Bushnell et al., 2006). Stroke

iskemik biasanya disebabkan oleh oklusi vaksular yang akut atau dapat

disebabkan oleh stenosis arteri fokal yang diperburuk dengan menurunnya

tekanan perfusi atau aliran kolateral (Lumbantobing, 2011).

Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan

tidak dapat dimodifikasi. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi pada stroke secara umum maupun pada beberapa bentuk subtipe

stroke (Wendel et al., 2004). Dengan mengontrol faktor-faktor yang dapat

dimodifikasi maka pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi

dapat dikurangi.

Berdasarkan perbandingan faktor-faktor risiko stroke yang dapat

dimodifikasi, aktivitas fisik menduduki faktor paling berisiko keempat setelah

gangguan kardiovaskuler, hipertensi, dan diet tinggi Natrium dan rendah Kalium.

Aktivitas fisik yang rendah mempunyai persentase sebesar 25% sebagai faktor

risiko stroke iskemik. Hasil yang hampir sama juga ditunjukkan oleh faktor risiko

dislipidemia, penggunaan terapi hormon pada wanita, dan kebiasaan merokok

(Goldstein et al., 2006). Berdasarkan hasil epidemiologi tersebut aktivitas fisik

sangatlah perlu untuk diubah karena faktor risiko tersebut paling mudah untuk

dimodifikasi daripada faktor risiko lain. Aktivitas fisik yang direkomendasikan

untuk minimal mengurangi faktor risiko stroke adalah berjalan atau bersepeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

selama 30 menit sehari dan selalu aktif saat waktu luang maupun saat bekerja

(Gang et al., 2005).

Stroke iskemik banyak dikaitkan dengan kebiasaan dan pola hidup tidak

sehat yang menyebabkan terganggunya fungsi organ terutama yang berhubungan

dengan aliran darah ke otak. Berdasarkan studi meta-analisis yang dilakukan Lee

et al. (2003) orang dengan aktivitas fisik yang tinggi mempunyai risiko kematian

akibat stroke 27% lebih rendah daripada orang dengan aktivitas fisik yang rendah.

Hipertensi dan aterosklerosis masih menjadi penyebab utama terjadinya stroke

secara umum yang pengaruhnya dapat diturunkan dengan meningkatkan derajat

aktivitas fisik. Gertz et al. (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada

tikus model Diabetes Mellitus, hipertensi, dan aktivitas fisik, berdasarkan hasil uji

coba tikus yang diuji dengan melakukan aktivitas fisik sesuai standar mempunyai

densitas pembuluh kapiler yang tinggi dan menjadikan aliran darah pada daerah

striatum yang mengalami iskemik juga menjadi lebih stabil.

Aktivitas fisik dibedakan menjadi tiga jenis yaitu rendah, sedang, dan

tinggi. Banyak metode yang digunakan untuk menentukan derajat aktivitas fisik.

Pada penelitian ini, peneliti mengukur derajat aktivitas fisik pasien stroke iskemik

dengan menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) yang

sudah teruji keobjektifan, validitas, dan reliabilitasnya. Global Physical Activity

Questionnaire merupakan kuesioner yang dikeluarkan WHO untuk mengetahui

derajat aktivitas fisik terutama pada negara berkembang. Global Physical Activity

Questionnaire version 2 (GPAQv2) adalah versi kedua dari GPAQ yang telah

direvisi dan lebih dari 50 negara berkembang telah menggunakan GPAQv2 untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

memperoleh data tentang aktivitas fisik termasuk Indonesia (Timothy dan Fiona,

2006).

Jenis pekerjaan, lingkungan, dan jumlah waktu luang akan berpengaruh

pada pola hidup dan kebiasaan beraktivitas fisik pada laki-laki. Oleh karena itu,

diperlukan pengaturan waktu dan niat untuk hidup sehat agar aktivitas fisiknya

sesuai dengan derajat normal untuk mengurangi risiko stroke iskemik. Studi

mengenai epidemiologi hubungan aktivitas fisik dengan stroke iskemik di

Indonesia juga masih terbatas. RSUD Dr Moewardi merupakan rujukan bagi

pasien stroke di Wilayah Surakarta dan sekitarnya sehingga nantinya diharapkan

faktor lingkungan pasien lebih variatif dan bisa menunjukkan tingkat aktivitas

fisik di daerah masing-masing. Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian tentang hubungan antara derajat aktivitas fisik pada laki-laki

dengan kejadian stroke iskemik di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara derajat aktivitas fisik pada laki-laki dengan

kejadian stroke iskemik di RSUD Dr Moewardi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara derajat aktivitas fisik

pada laki-laki dengan kejadian stroke iskemik di RSUD Dr Moewardi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

hubungan antara derajat aktivitas fisik pada laki-laki dengan kejadian

stroke iskemik di RSUD Dr Moewardi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pengetahuan kepada pembaca dan masyarakat luas terutama

dalam upaya promotif dan preventif mencegah kejadian stroke

iskemik.

b. Meningkatkan kesadaran bagi pembaca yang mempunyai faktor

risiko terjadi serangan stroke iskemik

c. Memberikan kesadaran agar berperilaku seimbang antara pekerjaan,

pola hidup, dan kesehatan.

d. Dapat dikembangkan lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai