PENDAHULUAN
A. Latar belakang
yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko terdiri dari yang tidak dapat
diubah berupa usia dan jenis kelamin dan yang dapat diubah seperti
kelumpuhan adalah cacat yang paling umum dialami olen penderita stroke.
Stroke umumnya ditandai dengan cacat pada salah satu sisi tubuh
anggota tubuh tersebut menjadi tidak bertenaga atau dalam bahasa medis
dalam gerak fisik satu atau lebih ektremitas secara mandiri (PPNI,2016).
1
Sekitar 90% pasien yang mengalami serangan stroke tiba-tiba akan mengalami
kelemahan atau kelumpuhan anggota badan. Kelemahan atau kelumpuhan ini masih
dialami pasien sampai pasien keluar dari rumah sakit. Akibat dari kelemahan atau
sehari-hari. Intervensi utama yang dilakukan pada pasien stroke yang mengalami
gangguan mobilitas fisik yaitu dukungan ambulasi dan mobilisasi. Dukungan ambulasi
kesehatan. Adapun faktor yang mempengaruhi mobilitas yaitu dimulai gaya hidup
apabila gaya hidup kurang sehat semisal dari makanan, kurang berolah raga dan kurang
gerak bebas bisa berpengaruh dalam mobilitas seseorang, usia dan status perkembangan
apabila usia seseorang semakin bertambah dan status perkembangan seperti kekuatan otot
menurun bisa mempengaruhi mobilitas berbeda dengan usia yang masih muda yang
mempunyai energi yang kuat dalam bergerak (Hidayat & Uliyah, 2016
intervensi harus disesuaikan dengan kondisi pasien . Latihan ROM aktif juga sangat
efektif dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot, dimana latihan ini dapat dilakukan
3-4 kali sehari oleh perawat atau keluarga pasien tanpa harus disediakan tempat khusus
atau tambahan biaya bagi pasien. Untuk mencegah terjadinya cacat permanen pada pasien
2
stroke maka perlu dilakukan latihan mobilisasi dini berupa latihan ROM aktif yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh ROM pada
pasien iskemik ( non hemorogik ) terhadap peningkatan kekuatan otot di RSU royal
prima medan (2018). Penelitian filantif(2015) juga membuktikan bahwa latihan 2 kali
sehari dalam 6 hari dengan waktu 10-15 menit akan berpengaruh terhadap rentang gerak
responden.
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkkan massa otot dan tonus otot.
Mobilisasi persendian dengan latihan ROM aktif dapat mencegah berbagai komplikasi
tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin dan
kontinyu. Memberikan latihan ROM aktif secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot
karena menstimulasi motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningktan kekuatan otot
Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan
pada pasien dengan stroke non emorogik. Lewis (2007) mengemukakan bahwa sebaiknya
latihan pada pasien stroke non hemorigik dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk
pasien mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (National Stroke Association,
2009). Oleh karena itu, untuk menilai latihan ROM aktif dapat meningkatkan mobilitas
3
sendi sehingga mencegah terjadinya berbagai komplikasi Dapat disimpulkan bahwa pada
pasien stroke non hemorogik sering mengalami gangguan mobilitas fisik pada
ekstremitas dimana ada keterbatasan dalam melakukan gerak secara mandiri, sehingga
diberikan penerapan ROM aktif untuk mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan rom aktif
exercise terhadap gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di
Setiap saat, 4,7 jutaorang di amerika serikat pernah mengalami stroke, mengakibatkan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan stroke mengeluarkan biaya melebihi $18
milyar setiap tahun( goldszmidt & caplan, 2017). Hospital based study , stroke pada
penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil diusia dibawah 45 tahun cukup
banyak yaitu 11,8%, usia 45-64tahun berjumalah 54,2%dan diatas usi 65 tahun 33,5%
kematian sebesar 7,9%dari seluruh jumlah kematian di indonesia disebabkan oleh stroke.
Tidak heran jika Indonesia sebagai penyumbang stroke terbesar di Negara Asia (Susilawati,
F., 2018). Di Indonesia, peringkat pertama penyebab kematian tahun 1990 dan tahun 2017
adalah stroke dengan jumlah +122,8%. Bahkan menurut (World Life Expectancy, 2018)
Data dari provinsi Sumatra Selatan (2018) bahwa jumlah yang menderita stroke sesuai
dengan jenis kelamin dan umur yaitu umur tertinggi pada umur 75 tahun dengan prevalansi
4
6,48% pada laki-laki 0,87% dan perempuan 1,13% yang mengalami stroke. Riset kesehatan
dasar( riskesdas) pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke(permil) berdasarkan
diagnosis dokter provinsi dengan penderita sroke tertinnggi ada pada provinsi kalimantan
timur ( 14,7) dan terenda provinsi papua (4,1).Dinas kesehatan kota surabaya tahun
prevalensi 2016 yang menderita stroke sebanyak 15,4% dari 2,8 juta penduduk yang
dasar( riskesdas,2013) bahwa prevalensi stroke terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Prevalensi stroke Terdiagnosis tenaga kesehatan atau
TABEL1.1
JUMLAH PERSENTASE
NO TAHUN
PENDERITA
1 2018 24 21%
2 2019 39 34%
3 2020 51 45%
Pada tabel diatas jumlah penderita stroke di puskesmas citra medika kota lubuk
linggau setiap tahunnya meningkat pada tahun 2018 jumlah penderita sebanyak 24 orang,
tahun 2019 jumlah penderita 39 orang dan tahun 2020 jumlah penderita stroke sebanyak
51 orang
5
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hasil implementasi penerapan ROM aktif exercise terhadap
2. Tujuan khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini :
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di puskesmas citra medika kota
terhadap gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di puskesmas
gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di puskesmas citra
terhadap gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di puskesmas
6
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan penerapan ROM aktif exercise terhadap
gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemorogik di puskesmas citra
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
petugas puskesmas dalam memberikan asuhan mengenai terapi ROM aktif exercise
Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam dunia kesehatan
dan dapat memanfaatkan fasilitas jaringan internet sebagai salah satu sarana dan media
7
8