Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

STROKE

Di susun oleh :

DOSEN PEMBIMBING :

SEMESTER : VII

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke
adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan
oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau
perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala,
mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik
(Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra
serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran,
pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku
kuduk (Wanhari, 2008).
B. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan gejala penyakit
stroke :
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
c. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
d. Pusing dan pingsan
e. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
f. Bicara tidak jelas (pelo)
g. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
h. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
i. Ketidakseimbangan dan terjatuh
j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada
stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering
terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah
dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan
darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area
dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik
berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan
terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak
berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah
arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
E. WOC

Jaringan otak bergeser, Membentuk Pembuluh arteri robek


tertekan, terdesak suatu massa Hipertensi
(tekanan darah meningkat secara
Perdarahan jaringan otak signifikan)
Peningkatsn TIK, gangguan fungsi
otak

Perubahan perfusi jaringan Hemisfer kiri Hemisfer kanan Perdarahan pada batang otak

Nervus I Nervus 2 Nervus Nervus 7 Nervus 8 Nervus Nervus 5 Nervus 12


Disfagia Afasia Kelainan Mudah Hemiplagi Hemiplagi Defisit 3,4,6 9,10,11
visual frustasi kanan kiri perseptual Penurun
kanan Daya an daya Penurunan Reflek
Kerusakan penciuman pengliha lapang Menutup mengunya
komunikasi Gangguan Kelemahan
Kelainan menurun tan pandang kelopak Pendengaran Kemampuan h menurun
verbal konsep diri : fisik
visual kiri mata, dan menelan
Harga diri
Reflek fungsi keseimbangan menurun
rendah
Kurang gangguan cahaya pengecap tubuh menurun Tersedak
Kerusakan perawatan mobilitas Resiko menurun 2/3 lidah
menelan diri fisik tinggi
cidera Perubahan Obstruksi
Resiko tinggi ukuran jalan nafas
kerusakan pupil
integritas kulit Bersihan
Bola mata tidak dapat jalan nafas
Gangguan mengikuti perintah tidak efektif
persepsi
sensori Sumber :
Gangguan nutrisi kurang Carpenito, 1995 : 234
dari kebutuhan tubuh Doenges, 2000 : 270
Hudak dan Gallo, 1996 : 255
F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
penyakit stroke adalah:
a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak
sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.

G. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena
dapat memperhebat edema serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks.
f. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah
(glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial
Thromboplastin time)
g. Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:
1) Kadar alcohol
2) Fungsi hepar
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi

H. Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
2. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik

I. Perencanaan
SLKI : Persepsi Sensori

Kriteria Hasil Memburuk Cukup Sedan Cukup Membaik


Memburuk g Membaik

Respond Sesuai Stimulus 1 2 3 4 5

Distorsi Sensori 1 2 3 4 5

SLKI : Harga Diri

Kriteria Hasil Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun


t Meningkat Menurun

Perasaan Malu 1 2 3 4 5

Perasaan Tidak Mampu 1 2 3 4 5


Melakukan Apapun

SLKI : Perawatan Diri

Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat


g
Menurun Meningkat

Kemampuan Mandi 1 2 3 4 5

Kemampuan Mengenakan 1 2 3 4 5
Berpakaian

Kemampuan Ke Toilet 1 2 3 4 5

SLKI : Mobilitas Fisik

Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat


Menurun g Meningkat

Pergerakan Ekstremitas 1 2 3 4 5

Kekuatan Otot 1 2 3 4 5

Rentang Gerak ( ROM) 1 2 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai