Prof.dr.J.A.LATUMETEN AMBON
DISUSUN OLEH :
TK III A
AMBON
BAB I
TINJUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Stroke merupakan suatu keadaan dimana sel-sel otak mengalami kerusakan karena
kekurangan oksigen yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak.
Kekurangan oksigen pada beberapa bagian otak dapat menyebabkan gangguan fungsi
pada bagian tersebut (Pratiwi et al, 2019).
Stroke non hemoragik adalah hilangnya fungsi otak secara mendadak akibat
gangguan suplay darah ke bagian otak (Smeltzer, 2013). Stroke non hemoragik dapat
berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.
Sedangkan Stroke Hemoragik adalah serangan terjadi pada otak yang mengalami
kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi
atau menutupi ruang – ruang jaringan sel otak
2. Etiologi
1) Penyebab stroke iskemik
Atheroma, pada stroke iskemik penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu atheroma karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Emboli, endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding
arteri dan mengalir didalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vebrialis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena
adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau
katupnya. Infeksi, stroke juga bisa terjadi bila ada peradangan atau infeksi
menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak.
Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan juga bisa dipicu oleh asam
urat (penyebab rematik gout) yang berlebih dalam darah. Obat-obatan, obat-obatan
pun dapat menyebabkan stroke seperti kokain, amfetamin, epinefrin, adrenalin, dan
sebagainya dengan jalan mempersempit diameter pembuluh darah di otak dan
menyebabkan stroke. Fungsi obat-obatan diatas menyebabkan kontraksi arteri
sehingga diameternya mengecil. Hipotensi, penurunan tekanan darah yang tiba-tiba
bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah keotak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan.
2) Penyebab stroke perdarahan
Terhalangnya suplay darah ke otak pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri
yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan
lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Faktor risiko stroke
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke dibagi menjadi dua,
yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (non-modifiable risk factors) dan
factor resiko yang dapat dikendalikan (modifiable risk factors) (Nastiti,2020). Berikut
faktor-faktor yang berkaitan dengan stroke antara lain:
1) Faktor risiko tidak dapat dikendalikan
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Faktor genetik
2) Faktor risiko dapat dikendalikan
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Kenaikan kadar kolesterol/lemak darah
d. Obesitas
e. Kebiasaan mengkonsumsi alcohol
f. Aktifitas fisik
g. Merokok
3. Manifestasi Klinis
1) Defisit Lapang Penglihatan
Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan). Tidak
menyadari orang atau obyek ditempat kehilangan, penglihatan, mengabaikan salah
satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
Kesulitan penglihatan perifer, Kesulitan penglihatan pada malam hari,
tidak menyadari obyek atau batas obyek.
Diplopia Penglihatan ganda
2) Defisit Motorik
Berjalan tidak mantap, tegak
Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas
Disartria (Kesulitan membentuk dalam kata)
Disafagia (Kesulitan dalam menelan)
3) Defisit Verbal
Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin mampu bicara
dalam respon kata tunggal
Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk
akal
Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif
4) Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan
abstrae buruk, perubahan penilaian.
5) Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, penurunan
toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa takut,
bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
4. Patofisiologi
Stroke Non Hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis yang
memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar otak yang
tersangkut di arteri otak yang secara perlahan akan memperbesar ukuran plak sehingga
terbentuk trombus (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2019).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan aliran darah
yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nurisi dan juga
oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan
asidosis lalu asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel
otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian
kalsium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati (Chang,
2020).
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh trombus dan emboli akan
menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh darah, jika hal ini berlanjut
terus menerus maka jaringan tesebut akan mengalami infark. Dan kemudian akan
mengganggu sistem persyarafan yang ada di tubuh seperti: penurunan kontrol volunter
yang akan menyebabkan hemiplagia atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami
hambatan mobilitas, defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk
merawat diri sendiri, pasien tidak mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Defisit neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan
sehingga mengalami disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan lalu akan
mengalami gangguan eliminasi. Karena ada penurunan kontrol volunter maka
kemampuan batuk juga akan berkurang dan mengakibatkan penumpukan sekret sehingga
pasien akan mengalami gangguan jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu
menggerakkan otot - otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi
verbal berupa disfungsi bahasa dan komunikasi
5.Pathway
Kelainan Gangguan
visual Persepsi
Sensori
pengdengaran
Kesulitan dalam
menilai jarak dan Ganggun menelan
kehilangan
penglihatan
Gangguan
persepsi sensori
penglihatan
6. Pemeriksaan diagnostic
1) Angiografi Serebral: Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
2) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT): Untuk mendeteksi
luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke( sebelum nampak oleh pemindaian CT-Scan)
3) CT Scan: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti
4) MRI : Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infrak akibat dari hemoragik
5) EEG: Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan
otak
6) Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan
serebrospinal, AGD, biokimia darah, elektrolit
7. Petalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
1. Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti Koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan
pada fase akut
b. Obat Anti Trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik atau embolik
c. Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral
d. Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki
peredaran darah otak.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan boleh
mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
c. Tanda-tanda vital usahakan stabil
d. Bedrest
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih
8. Komplikasi
Adapun kompilasi Stroke Non Hemoragik menurut Sudoyo, (2019) yaitu :
1) Hipoksi Serebral
Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat di otak
2) Penurunan aliran darah serebral
Tergantung pada tekanan darah curah jantung, dan integritas pembuluh darah.
3) Embolisme Serebral
Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung prostetik.
4) Distritmia
Dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan Kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi
asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan
kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tandatanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas
fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, serta mudah Lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
7) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien
dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi system
persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
8) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami
perubahan.
10) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien
mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang
tidak begitu nyata.
11) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi fungsi dari
serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari
girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria
(kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat
ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu:
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d sumbatan pembuluh darah otak
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
c. Defisit pengetahuan b. d kurangnya paparan terhadap sumber informasi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Agar pasien dan keluarga
Perfusi jaringan tindakan keperawatan percaya dengan pasien bisa mengungkapan
berhubungan selama 1x6 jam dan keluarga perasaan, emosi, dan
dengan Penurunan diharapkan masalah
harapannya.
suplai darah dan Ketidakefektifan
O2 ke otak perfusi jaringan 2. Monitor TTV Pasien 2. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan umum pasien
Penurunan suplai 3. Berikan posisi elevasi 3. Untuk meningkatkan aliran
darah dan O2 ke otak Pada pasien balik vena dan meningkat
kembali normal. output jantung
Dengan kriteria hasil 4.Edukasi kepada keluarga 4. Dengan membatasi
- Dapat
dan pengunjung untuk kunjungan dapat membantu
mempertahankan
tingkat kesadaran minimalkan stimulus pasien rasa nyaman dan
dan fungsi motoric dengan menyediakan mengurangi keluhan pusing
membaik. lingkungan yang tenang
- TTV dalam batas 5.Lanjutkan kolaborasi 5. Untuk membantu
normal dengan dokter dalam menurunkan tekanan darah
pemberian antihipertens dan menghindari
komplikasi
3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2. gangguan Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan pasien 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik tindakan keperawatan terhadap pergerakan kemampuan pasien
berhubungan selama 2x 24 jam 2. monitor tekanan darah terhadap pergerakan
dengan diharapkan masalah sebelum memulai mobilisasi 2. Untuk mengetahui keadaan
penurunan gangguan mobilitas 3. motivasi dan mengajarkan pasien
kekuatan otot. fisik berhubungan pasien melakukan ROM aktif 3. Agar pasien mau mengikuti
dengan penurunan (abduksi, adduksi, fleksi, ajuran yang diberikan
kekuatan otot kembali ekstensi dan oposisi) 4. sebagai support system
normal 4. Libatkan keluarga untuk agar pasien semangat
Dengan kriteria hasil: membantu pasien dalam untuk segera pulih
- aktivitas fisik meningkatan pergerakan 5. untuk mempercepat
meningkat 5. Ajarkan mobilisasi sederhana kesembuhan pasien agar
- ROM normal yang dilakukan(mis,duduk dapat melakukan ADL
- Melaporkan ditempat tidur ,duduk disisi secara mandiri
perasaan ditempat tidur,pindah dari
peningkatan tempat tidur kekursi
kekuatan
kemampuan
dalam bergerak
- Klien dapat
melakukan
aktivitas sendiri
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
5.Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL II PADA
NY. S DENGAN STROKE NONHEMORAGIK DI RUANGN YUDHA RUMKIT
Prof.dr.J.A.LATUMETEN AMBON
Ruangan : YUDHA
Tanggal Pengkajian : 08-11-2022 ( jam 08:30 WIT)
1) PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Ny.S Tgl.Masuk RS/Jam :08-11-2022(08:30)
Tempat/Tgl.Lahir : 24-02-1957 Sumber Informasi :Pasien, Suaminya
Umur : 65 Tahun NO RM : xxxx12
Jenis Kelamin : Perempuan Keluarga Yg dapat
Alamat : batu gajah Dihubungi : Suami pasien
Sts. Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Agama : Islam Pekerjaan : Petani
Suku : Ambon Alamat : batu gajah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
5. Pola istirahat-tidur
Pasien mengatakan pola tidur teratur, biasa tidur 5-8 jam dan merasa tidurnya
nyenyak.
IV. GENOGRAM
6
5
Keterangan
: Perempuan
: laki-laki
: Garis perkawinan
: Garis perkawinan
: Pasien
: Garis serumah
: Meninggal
Komentar
G1: Kakek dan nenek pasien telah meninggal dunia karena faktor usia
G2: Ibu pasien anak pertama dari dua bersaudara sedangkan ayah pasien anak kedua dari
tiga bersaudara dan tidak memiliki Riwayat penyakit menular
G3: Pasien anak kedua dari empat bersaudara dan hanya pasien yang memiliki penyakit
stroke non hemoragik
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Pada saat dilakukan pengkajian lingkungan sekitar klien terlihat bersih dan klien tinggal di
lingkungan di sekitarnya rumah klien bersih, tidak ada polusi udara.
VI. ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan : pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
b. Kesulitan yang dialami : pasien mengatakan tidak memiliki kesulitan dalam hal
membaca dan menulis
2. Hal yang dipikirkan saat ini : pasien mengatakan selalu memikirkan tentang penyakit
yang di deritanya supaya cepat sembuh dan bisa pulang istrahat dirumahnya.
3. Suasana hati : pasien mengatakan suasana hatinya baik
4. Hubungan/komunikasi
a. Tempat tinggal: pasien mengatakan tinggal di Passo
b. Bicara :
Pada saat dilakukan pengkajian ketika diajak bicara klien berbicara dengan
jelas
Klien menggunakan bahasa Indonesia
c. Kehidupan Keluarga
1) Adat yang di anut : pasien menganut adat Ambon
2) Pembuatan keputusan : Pasien dan suaminya
3) Pola komunikasi : pasien mengatakan kalau ada masalah selalu
mendiskusikan bersama keluarga untuk memecahkan masalah yang di
hadapinya
4) Pola keuangan : pasien dan keluarga mengatakan keuangan yang cukup
memadai untuk kehidupanya sehari-hari
c. kekuatan dalam hubungan keluarga : keluarga pasien mengatakan hubungan
dengan orang tua, suami, anak-anaknya serta sanak saudara selalu baik
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual : pasien mengatakan dulu sebelum sakit tidak ada
gangguan seksualnya dan sesudah pasien sakit sudah tidak pernah berhubungan lagi
karena terbaring di rumah sakit.
b. Pemahaman tentang seksual : pasien dan keluarga paham tentang
seksual
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan : pasien dan suami
b. Yang di sukai tentang dirinya : anggota badan
c. Yang ingin di rubah dari kehidupan : menjaga pola makan serta menjaga kesehatan
d. Yang di lakukan jika stress : Pasien mengatakan jika ada masalah pasien selalu
bercerita kepada suami dan anaknya. Suami pasien merupakan penanggung jawab
atas perawatan pasien selama di Rs
7. Sistem dan nilai kepercayaan;
a. Siapa atau apa sumber kekuatan : Allah SWT dan suami
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting bagi anda : Pasien beragama islam.
Pasien yakin dengan Sholat, dirinya akan diberi kesembuhan oleh Allah SWT
c. Kegiatan agama yang ingin di lakukan di RS : Sholat
Keterangan :
0 = tidak ada kontraksi
1 = hanya kontraksi
2 = hanya bergeser
3 = hanya bisa mengangkat tetapi tidak mampu menahan gravitasi
4 = mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu menahan beban
5 = mampu melawan beban
c. Reflex
- Biseps : ekstensi pada ketukan lengan dalam
- Trisep : fleksi pada kekuatan lengan luar
- Patella : ekstensi pada ketukan lutut
- Babinski : Positif pada jari kaki
Kimia Klinik
Ureum 18,9 mg/dL 14,98-38,52 Normal
Creatinin 0,85 mg/dL 0,8-1,3 Normal
Glukosa 155 mg/dL <200 Normal
Na 138 mmol/L 136-145 Normal
Klorida 100 mmol/L 98-107 Normal
2. Pemeriksaan penunjang
Tanggal Pemeriksaan Hasil
08/11/2022 EKG - Normal sinus Rhytm
Terapi Medikasi
Tanggal Jenis Terapi Dosis Cara Pemberian Waktu
Pemberian
08/11/2022 IVFD RL 500 ml IV
Ranitidin 2.1 amp IV 12 jam
Ceftriaxone 1 gr IV 12 jam
Amplodipine 1.5 mg Oral 8 jam
Aspilet 700 mg Oral 8 jam
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan: Keadaan umum Lemah
Pusing TTV Pasien
TD 180/100 mmHg,
kaki kirinya tidak bisa
P: 20x/menit
digerakkan. N: 90 x/menit.
S: 36,60C
mengalami keterbatasan dalam
Spo2:98
melakukan perawatan diri, ADL dibantu keluarga dan Pasien
terlihat tidak dapat bergerak bebas
seperti mandi, toileting,
karena kaki kiri tidak bisa
berpakaian, bergerak di tempat digerakkan.
tidur dan berpindah. kekuatan otot
5 5
5 2
ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
DS : Pasien mengatakan Stroke Non Hemoragik Ketidakefektifan
pusing Perfusi jaringan
Proses
DO : Metabolisme di
KU lemah Otak terganggu
TTV Pasien
TD 180/100 mmHg, Penurunan suplai
P: 20x/mnt. darah dan O2
N: 90 x/mnt. ke otak
S: 36,60C
Spo2:98 Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
5 5
5 2
2). DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan b.d Penurunan suplai darah dan O2 ke otak yang
ditandai dengan pusing
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan kaki kiri
sulit digerakkan
3) RENCANA KEPERAWATAN
5 5
5 2
4). IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI/ JAM NO IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI PARAF
TANGGAL DX
Selasa Jam 12.00 WIT
08-11-2022 09.00 1 1. Membina hubungan saling percaya dengan
pasien dan keluarga S : Pasien mengatakan
Hasil : sudah terbina hubungan saling pusing (-)
percaya, sehingga pasien dan keluarga
O: - KU : Lemah
sangat kooperatif. - TTV Pasien
09.10 2. Memonitor TTV Pasien TD : 150/90 mmHg, N: 88x/menit
Hasil : - KU : Lemah R : 20x/menit, S : 36,30C, Spo2 : 98
- TD : 150/90 mmHg
- N : 88x/menit A: Masalah teratasi sebagian
- R : 20x/menit,
- S : 36,30C P: Lanjutkan intervensi:
- Spo2 : 98 2. Monitor TTV Pasien
3. Memberikan posisi elevasi Pada pasien 3. Berikan posisi elevasi Pada pasien
09.20 4. Edukasi kepada keluarga dan pengunjung
Hasil : pasien mengatakan pusing berkurang
untuk minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
4. Mengedukasi kepada keluarga dan pengunjung
5. lanjutkan kolaborasi dengan dokter dalam
09.30 untuk minimalkan stimulus dengan
pemberian antihipertensi
menyediakan lingkungan yang tenang
Hasil : pasien rasa nyaman dan dapat
beristirahat
P: Lanjutkan intervensi
1. monitor kemampuan pasien terhadap
pergerakan
2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
dilakukan (mis ,duduk ditempat tidur ,duduk
disisi ditempat tidur,pindah dari tempat
tidur kekursi)
3. Motivasi dan mengajarkan pasien
melakukan ROM aktif serta melibatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatan pergerakan