STROKE
Oleh :
PATHWAY
A. Definisi
Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan dan kematian. (Batticaca, 2008 dalam Haryono dan
Utami,2019)
Stroke iskemik adalah suatu kondisi arteri ke otak menyempit atau terhambat,
menyebabkana aliran darah sangat kurang (iskemia). (Batticaca, 2008 dalam Haryono
dan Utami,2019).
Stroke hemoragik adalah suati kondisi ketika pembuluh darah di otak bcor atau
pecah. (Batticaca, 2008 dalam Haryono dan Utami,2019).
B. Etiologi
Etiologi stroke menurut Haryono dan Utami (2019) yaitu :
1. 80% kasusmstroke adalah strokemiskemik. Stroke.iskemik dibedakan menjadi:
Stroke Trombotik. Terjadi..ketika..gumpalan..darah (trombus).terbentuk..di salah
satu..arteri yangmmemasok..darah ke otak. Gumpalan disebabkan
oleh,,depositmlemakm(plak) yang menumpuk dinarteri dan
menyebabkannaliran.darah.berkurang (aterosklerosis).
2. Stroke Embolik. Terjadi ketikabgumpalan.darah.atau
debrisnlainnya.menyebar.dari.otak.dan.tersapu.melalui.aliran darah.
3. Kondisi yang mempengaruhi perdarahan pembuluh darah otak yaitu : tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, melemahnya dinding pembuluh darah dan overtreatment
dengan antikoagulan (pengencer darah).
Endotil rusak
Proses metabolism dalam otak terganggu
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan stroke iskemik adalah
sebagai berikut (Radaningtyas, 2018).
1. Angiografi serebral
Membantu.menentukanipenyebabikhususistroke seperti perdarahan,
obstruktifiarteri,ioklusi/inuptur.
2. Elektro encefalography
Mengidentifikasinmasalah didasarkanapada gelombanguotaknatau
mungkinamenunjukkan areancedera tertentu.
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkanaperubahan pada kelenjarulempeng pinealadinarea
yangmberlawan dariwmasa ekspansif, klasifikasinkarotisminterna terdapatipada
trobusaserebral. Klasifikasi persial dinding, aneurisma pada pendarahan
subaraknoid.
4. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasinpenyakitmiarteriovenam(masalahmsistemmarteri karotis
/alioranidarah /pembentukanaplak/naterosklerosis).
5. CT-Scan
Menunjukkanmadanyamedema,mhematoma,miskemia, dannadanya infark.
6. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan adanya tekananmabnormal dan sebagianmbesarnada
trombosis,memboli, dan aTIA, tekananuimeningkatandanincairan
mengandunganidarahammenunjukkan,mihemoragimisubaraknoid /
perdarahanaintrakranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapatumenunjukkan kondisinjantung, apakahuterdapat pembesaran vertrikelakiri
yang merupakan salah satu indikasinhipertensinkronis pada penderitanistroke,
menggambarkanumperubahanamkelenjar lempeng pinealadi daerah
berlawananadari massa yangameluas.
8. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsinlumbal: tekanananormal biasanya ada trombosis,iemboli daniTIA.
Sementara itu tekananiyang meningkat dan cairan yang mengandungidarah
menunjukan adanya perdarahanisubaraknoid ataunintrakranial. Semua
tingkatiprotein diturunkanidalam kasus trombosisasehubungan dengan
prosesainflamasi.
b. Pemeriksaanadaraharutin.
c. Pemeriksaanaikimiamdarah: pada strokemakut dapatinterjadi hiperglikemia.
Gulandarah mencapain250 mg dalamaserum dan kemudian berangsur-
angsur turunakembali.
F. Penatalaksanaan
1. Stroke Iskemik
a) Perawatan darurat dengan obat-obatan
Terapi dengan obat penghancur umpalan darah haus dimulai dalam 4,5
jam jika mereka diberikan ke pembuluh darah (semakin cepat, semakin
baik). Obat yang diberikan adalah injeksi intravena aktivator plasminogen
jaringan (tPA).
b) Prosedur endovaskular darurat
(1). Obat-obatan (tPA)dikirim langsung ke otak (trombolisisintraarterial)
(2). Menghilangkan bekuan dengan retrivier stent, dilakukan untuk
menghancurkan bekuan besar yang tidak bisa dilarutkan dengan
tPA.
Prosedur endovaskular disebut sebagai terapi paling efektif, terbukti secara
signifikan meningkatkan hasil dan mengurangi kecacatan jangka panjang
setelah stroke iskemik.
c) Prosedur lainnya
(1). Endarterektomi karotis, prosedur pembedahan arteri karotid untuk
mengeluarkan plak.
(2). Angioplasti Stent. Mengakses arteri karotid melalui arteri di
pangkal paha. Balon digelembungkan kemudian stent
dimasukkan. (Manurung,2018)
2. Stroke Hemoragik
a. Tindakan darurat : Pemberian obat pengencer darah untuk mencegah
pembekuan darah seperti warfarin, anti-platelet (clopidogrel); pemberian
obat penurun tekanan intrakranial.
b. Operasi Perbaikan Pembuluh darah
1) Surgical clapping
Prosedur untuk menutup aneurisma. Ahli bedah saraf
menghilangkan suatu bagian tengkorak untuk mengkases
aneurisma penyebab stroke, selanjutnya ditempatkan kliptogram
kecil di leher untuk menghentikan aliran darah yang masuk ke
dalam.
2) Coiling (embolisasi endovaskuler)
Seoranag ahli bedah akan memasukkan kateter ke arteri di
panagkal paha menuju ke otak menggunakan oencitraan X-ray.
Kumparan kawat (koil) kecil dan tipis diarahkan ke dalam
aneurisma (aneurysm coiling). Koil akan mengisi anurisma yang
menghalangi aliran darah dan menyebabkan darah menggumpal.
(Manurung,2018)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin
(pada umumnya stroke lebih banyak menyerang pada laki-laki dibandingkan
pada wanita, hal ini dikarenakan laki-laki cenderung memiliki pola gaya
hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang salah, merokok, meminum
alkohol, dan kurang berolahraga), pendidikan, alamat, pekerjaan (pekerjaan
yang memiliki tekanan dapat memicu stress dan menjadikan seseorang
rentan terkena stroke), agama, suku bangsa, waktu dan tanggal masuk
rumah sakit, nomor registrasi, dan diagnosis medis Morton,et al (2014)
b. Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran Morton,et al (2014)
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit stroke iskemik sering terjadi mendadak pada saat
beraktivitas ataupun setelah beristirahat lama, bahkan bangun tidur pagi
hari. Tanyakan kepada klien apakah merasakan sakit kepala, mual, muntah,
bahkan mengalami kejang sampai tidak sadarkan diri, kelumpuhan separuh
badan dan gangguan fungsi otak, serta apakah klien memiliki riwayat trauma
atau jatuh (Susilo, 2019).
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada klien apakah terdapat riwayat hipertensi, riwayat
stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, pemakaian obat-obatan anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatan adiktif, dan obesitas. Pengkajian
konsumsi obat-obatan yang kerap digunakan klien, semacam konsumsi obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, serta yang lainnya.
Terdapatnya riwayat merokok, pemakaian alkohol serta penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat menunjang pengkajian dari
riwayat penyakit saat ini serta data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya Morton,et al (2014)
e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan mengenai riwayat keluarga apakah pernah menderita
penyakit hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari
generasi terdahulu Morton,et al (2014)
f. Pengkajian psikososiospiritual
Mengkaji psikologis klien meliputi status emosi serta perilaku klien.
Mekanisme koping untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya seperti takut, cemas, dan rasa ketidakmampuan melakukan
aktivitas secara utuh. Berubahnya hubungan peran untuk menilai perilaku
klien seperti kesulitan dalam berkomunikasi akibat gangguan bicara. Perihal
persepsi dan konsep diri klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah serta tidak kooperatif. Pola penanganan stress klien sulit
memecahkan masalah diakibatkan kesulitan dalam berbicara. Pola
kepercayaan (spiritual) jarang dilakukan dikarenakan tingkah laku tidak stabil
dan lemah/kelumpuhan salah satu sisi tubuh (Morton,et al (2014).
g. Aktivitas sehari-hari menurut (Morton,et al (2014) antara lain:
a) Makan
Tanyakan apakah makanan sehari-hari kandungan lemak dan
garam yang cukup tinggi, misalnya: ikan asin, santan, gorengan, makan
jeroan, dan adakah gangguan nafsu makan pada klien.
b) Minum
Tanyakan apakah klien memiliki ketergantungan dalam
mengkonsumsi obat-obatan, narkoba dan minuman beralkohol.
c) Eliminasi
Pada klien stroke biasanya pola eliminasi Buang Air Besar (BAB)
mengalami konstipasi karena adanya gangguan mobilisasi. Buang Air
Kecil (BAK) pada penderita stroke mungkin mengalami tidak mampunya
dalam mengendalikan kandung kemih karena kerusakan dalam
mengontrol motorik postural.
d) Istirahat tidur
Tanyakan kualitas tidur klien, lama tidur klien, dan adakah
kesukaran tidur.
e) Personal hygiene dan mobilitas fisik
Pada penderita stroke biasanya sulit dalam hal mandi dan berganti
pakaian karena melemahnya kemampuan otot, sehingga memerlukan
bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode pengkajian persistem seperti
pada pemeriksaan medikal bedah lainnya.
1) Sistem Persarafan
Pengkajian sistem persarafan merupakan pemeriksaan terfokus dan
lebih lengkap dari sistem lainnya (Morton,et al (2014)).
a) Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien ialah parameter yang sangat mendasar
serta parameter yang sangat berarti dalam pengkajian. Pada kondisi
lanjut, tingkat kesadaran klien stroke umumnya berkisar pada tingkatan
letargi, stupor, dan semikomatosa. Bila klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan
(Morton,et al (2014)).
(1) Kualitatif (pemeriksaan fungsi mental keseluruhan dan derajat
kewaspadaan).
PENILAIAN RESPONS
Perhatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakang
Daya ingat Jangka pendek: mengingat kembali tiga buah benda
setelah lima menit
Jangka panjang: mengingat nama depan ibunya,
mengingat kembali menu makanan pagi, kejadian
pada hari sebelumnya, dan sebagainya.
Perasaan Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh,
(afektif) ekspresi tubuh.
Deskripsi verbal afektif
Verbal sesuai dengan indikator tubuh tentang
suasana hati.
Bahasa Isi dan kualitas ucapan spontan
Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian-
bagian dari suatu benda.
Pengulangan kalimat.
Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan
pesan-pesan singkat pada surat kabar, majalah.
Kemampuan menulis secara spontan, didikte.
Pikiran Informasi dasar (seperti presiden sekarang, dan tiga
PENILAIAN RESPONS
presiden terdahulu).
Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru.
Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
Menghitung: menambahkan dua angka, mengurangi
100 dengan 7.
Persepsi Menyalin gambar: persegi, tanda silang, dll.
Menggambar bentuk jam
Menunjuk ke sisi kanan dan kiri tubuh.
Memperagakan: menggunakan jaket, sikat gigi, dll.
Skala Respons
0 Tidak ada respons
1 Berkurang (+)
2 Normal (++)
3 Lebih dari normal (+++)
4 Hiperaktif (++++)
Sumber: Nurarif & Kusuma (2015).
Menurut Haryono dan Utami (2019) refleks-refleks yang timbul
dalam pemeriksaan klinis dapat bersifat profunda, superfisial, dan
patologis.
(1) Refleks profunda
Refleks profunda merupakan refleks yang terjadi pada sebagian
respons atas rangsangan terhadap otot yang dapat dilakukan dengan
cara pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum. Refleks
profunda menurut Susilo (2019) antara lain sebagai berikut:
(a) Refleks patella dengan cara klien terlentang lutut diangkat keatas
fleksi kurang lebih 30⁰ lalu tendon patella dipukul dengan refleks
hammer yang nantinya akan berkontraksi otot yaitu ekstensi dari
lutut.
(b) Refleks bisep dengan cara lengan difleksikan terhadap siku
dengan sudut 90⁰ supinasi dan lengan bawah ditopang di atas
meja periksa. Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon bisep
kemudian dipukul dengan refleks hammer.
(c) Refleks trisep dengan cara lengan bawah disemifleksikan lalu
tendon bisep dipukul dengan refleks hammer.
(d) Refleks achilles dengan cara kaki disilangkan di atas tungkai
bawah kontral lateral, dan kemudian tendon achiles dipukul
dengan refleks hammer.
6) Sistem Muskuloskeletal
Stroke menyebabkan disfungsi motorik, misalnya hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi wajah, atau kaki
merupakan tanda lain dari stroke. Pada kulit klien yang mengalami
kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat, jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan jelek. Selain itu, perlu juga mengkaji tanda-tanda dekubitus
pada daerah yang tertekan dan menonjol karena klien stroke mengalami
hambatan mobilitas dan kekuatan otot menurun Morton,et al (2014)
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Angiogram serebral
Pemeriksaan angiogram serebral untuk membantu menentukan
penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau
adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskular Morton,et al (2014)
2) CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dengan menggunakan serangkaian sinar-X
untuk membuat gambar detail dari otak. CT-Scan dapat menunjukkan
perdarahan, tumor, stroke, dan kondisi lainnya (Haryono dan Utami, 2019).
CT-Scan memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark/iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak Morton,et al (2014)
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
dan besar/luas terjadinya perdarahan pada otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik 9. Morton,et al (2014)
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d Keabnormalan masa protrombin dan/atau
masa protrombin parsial; Penurunan kinerja ventrikel kiri; Aterosklerosis aorta;
Diseksi arteri; Fibrilasi atrium; Tumor otak; Stenosis karotis; Miksoma atrium;
Aneurisma serebri; Koagulopati (misalnya anemia sel sabit); Dilatasi
kardiomiopati; Koagulasi intravaskuler diseminata; Embolisme; Cidera kepala;
Hiperkolesteronemia; Hipertensi; Endokarditis infektif; Katup prostetik mekanis;
Stenosis mitral; Neoplasma otak; Infark miokard akut; Sindrom sick sinus;
Penyalahgunaan zat; Terapi trombolitik; Penyalahgunaan zat
2. Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluks
muntah, dibuktikan dengan : DS : Mengeluh sulit menelan, DO : Batuk sebelum
menelan ; batuk setelah makan atau minum ; tersedak; makanan tertinggal di
rongga mulut.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Kerusakan integritas struktur tulang; perubahan
metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot; penurunan massa
otot, penurunan kekuatan otot; keterlambatan perkembangan; kekakuan sendi;
kontraktur; malnutrisi; gangguan musculosceletal; gangguan neuromuscular;
indeks masa ubuh diatas persentil ke-75 sesuai uia; efek agen farmakologis;
program pembatasan gerak, nyeri d.d DS : Mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas, DO : Kekuatan otot menurun; ROM menurun
4. Gangguan komunikasi verbal b.d Penurunan sirkulasi serebral; Gangguan
neuromuskuler; Gangguan pendengaran; Gangguan muskuloskeletal; Kelainan
palatum; Hambatan fisik (misal: terpasang trakeostomi, intubasi,
krikotiroidektomi); Hambatan individu (misal: ketakutan, kecemasan, merasa
malu, emosional, kurang privasi); Hambatan psikologis (misal: gangguan psikotik,
gangguan konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi); Hambatan
lingkungan (misal: ketidakcukupan informasi,ketiadaan orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya, Bahasa asing) d. d DO : tidak mampu berbicara atau
mendengar; menunjukkan respon tidak sesuai.
5. Defisit perawatan diri b.d Gangguan musculoskeletal; Gangguan neuromuskuler;
Kelemahan; Gangguan psikologis dan/atau psikotik; Penurunan motivasi/minat.
d.d DS : Menolak melakukan perawatan diri, DO : Tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri; Minat
melakukan perawatan diri kurang
6. Gangguan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi; Perubahan status nutrisi
(kelebihan atau kekurangan); Kekurangan/kelebihan volume cairan; Penurunan
mobilitas; Bahan kimia iritatif; Suhu lingkungan yang ekstrim; Faktor mekanis
(mis: penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi); Efek samping terapi radiasi;
Kelembaban; Proses penuaan; Neuropati perifer; Perubahan pigmentasi;
Perubahan hormonal; Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan d.d DO : Kerusakan jaringan
dan atau lapisan kulit
7. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan; ketidakmampuan
mencerna makanan; ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien; peningkatan
kebutuhan metabolisme; faktor ekonomi; faktor psikologis.
8. Risiko jatuh d.d Anggota gerak bawah prosthesis (buatan); Penggunaan alat
bantu berjalan; Penurunan tingkat kesadaran; Perubahan fungsi kognitif;
Kekuatan otot menurun; Gangguan pendengaran; Gangguan keseimbangan;
Gangguan penglihatan (mis: glaucoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus);
Neuropati
C. RENCANA KEPERAWATAN
No SDKI SLIKI SIKI
1 Resiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.06194)
efektif d.d Keabnormalan tindakan keperawatan Observasi
masa protrombin dan/atau selama ….Perfusi Identifikasi penyebab peningkatan TIK (misalnya: lesi, gangguan metabolism, edema
masa protrombin parsial; Serebral meningkat serebral)
Penurunan kinerja ventrikel dengan kriteria : Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya: tekanan darah meningkat, tekanan nadi
kiri; Aterosklerosis aorta; 1. Tingkat kesadaran melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
Diseksi arteri; Fibrilasi meningkat Monitor MAP (mean arterial pressure) (LIHAT: Kalkulator MAP)
atrium; Tumor otak; Stenosis 2. Sakit kepala Monitor CVP (central venous pressure)
karotis; Miksoma atrium; menurun Monitor PAWP, jika perlu
Aneurisma serebri; 3. Gelisah menurun Monitor PAP, jika perlu
Koagulopati (misalnya 4. Tekanan arteri rata-
Monitor ICP (intra cranial pressure)
anemia sel sabit); Dilatasi rata (mean arterial
Monitor gelombang ICP
kardiomiopati; Koagulasi pressure/MAP)
intravaskuler diseminata; membaik Monitor status pernapasan
Embolisme; Cidera kepala; 5. Tekanan intra kranial Monitor intake dan output cairan
Hiperkolesteronemia; membaik Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
Hipertensi; Endokarditis Terapeutik
infektif; Katup prostetik Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
mekanis; Stenosis mitral; Berikan posisi semi fowler
Neoplasma otak; Infark Hindari manuver valsava
miokard akut; Sindrom sick Cegah terjadinya kejang
sinus; Penyalahgunaan zat; Hindari penggunaan PEEP
Terapi trombolitik; Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Penyalahgunaan zat Atur ventilator agar PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
6 Gangguan integritas kulit b.d Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Perubahan sirkulasi; intervensi keperawatan Observasi
Perubahan status nutrisi selama 3 x 24 jam, maka Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis: perubahan sirkulasi, perubahan status
(kelebihan atau kekurangan); integritas kulitmeningkat, nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
Kekurangan/kelebihan dengan kriteria hasil: Terapeutik
volume cairan; Penurunan Kerusakan lapisan kulit Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
mobilitas; Bahan kimia iritatif; menurun Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
Suhu lingkungan yang Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
ekstrim; Faktor mekanis (mis: Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
penekanan pada tonjolan Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
tulang, gesekan) atau faktor
Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
elektris (elektrodiatermi,
Edukasi
energi listrik bertegangan
Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)
tinggi); Efek samping terapi
radiasi; Kelembaban; Proses Anjurkan minum air yang cukup
penuaan; Neuropati perifer; Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Perubahan pigmentasi; Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
Perubahan hormonal; Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
Kurang terpapar informasi Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
tentang upaya Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
mempertahankan/melindungi
integritas jaringan d.d DO : Perawatan Luka (I.14564)
Kerusakan jaringan dan atau Observasi
lapisan kulit Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna, ukuran , bau)
Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
No SDKI SLIKI SIKI
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan kalori 30 – 35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 – 1,5 g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis: vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi
Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
7 Risiko defisit nutrisi d.d Setelah dilakukan Manajemen Gangguan Makan (I.03111)
ketidakmampuan menelan intervensi keperawatan Observasi
makanan; ketidakmampuan selama 3 x 24 jam, maka Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
mencerna makanan; status nutrisi membaik, Terapeutik
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: Timbang berat badan secara rutin
mengabsorbsi nutrien; Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
peningkatan kebutuhan 1. Porsi makan yang Lakukan kontrak perilaku (mis: target berat badan, tanggungjawab perilaku)
metabolisme; faktor ekonomi; dihabiskan Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan Kembali makanan
faktor psikologis. meningkat Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
2. Berat badan Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
membaik Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis: medis, konseling)
Indeks massa tubuh (IMT) Edukasi
membaik
Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis: pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
Ajarkan pengaturan diet yang tepat
Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
No SDKI SLIKI SIKI
1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
4. Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan medikal bedah 2. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
5. Susilo, C. B. (2019). Keperawatan medikal bedah persarafan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
6. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana asuhan
keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Jakarta: EGC.
7. Purwanto, & Hadi. (2016). Modul ajar keperawatan keperawatan medikal bedah II.
Jakarta: Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI.
8. Morton,et al (2014). Keperawatan Kritis. Pendekatan asuhan holistik. Edisi 8.Volume
2 edisi revisi.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9. Manurung (2018). Keperawatan Medika Bedah. Konsep Mind Map NANDA NIC NOC.
Solusi cerdas lulus Ukom Bidang Keperawatan.
10.Nurarif & Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC NOC. Mediaction : Yogyakarta