YOGYAKARTA
HENDRIKUS REYAAN
NPM : 201943021
YOGYAKARTA
2020
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Early Warning Scores (EWS) atau stilah lain Early Warning Score System
(EWSS) adalah sebuah sistem peringatan dini yang menggunakan penanda
berupa skor untuk menilai perburukan kondisi pasien dan dapat
meningkatkan pengelolaan perawatan penyakit secara menyeluruh. EWSS
dapat mengidentifikasi keadaan pasien yang beresiko lebih awal dan
menggunakan multi parameter. Salah satu parameter yang dinilai adalah
perubahan tanda - tanda vital dan tingkat kesadaran (Patterson et.al 2018).
Sistem dalam early warning scoring dikenal dengan sistem “Melacak dan
Memicu”, yang berarti pendeteksian dini untuk melacak atau menemukan
pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan hasil analisa tanda -
tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai hasil scoring (Dhiah & Dwi,
2020).
1
pasien. Kegagalan perawat mengenali perubahan keadaan klinis pasien di
ruang rawat inap rumah sakit dapat mengakibatkan kejadian yang tidak
diharapkan, seperti mengakibatkan mengakibatkan pemindahan pasien
yang tidak direncanakan ke unit perawatan intensif, henti jantung (cardiac
arrest), henti paru (apneu) ataupun kematian [ CITATION Zuh18 \l 1033 ].
2
dalam memberikan asuhan keperawatan harus melakukan pengkajian
secara terfokus dan mengobsevasi tanda vital agar dapat menilai dan
mengetahui resiko terjadinya perburukan pasien [CITATION Far17 \l 1033 ].
Jiika EWS ini tidak diterapkan dengan baik di Rumah Sakit maka akan
menyebabkan tingginya angka kematian karena henti jantung yang tidak
diprediksi. Selain henti jantung, peningkatan pemanggilan tim code blue
juga dapat terjadi apabila pelaksanaan EWS tidak diterapkan di Rumah
Sakit. Kejadian yang mungkin terjadi seperti henti jantung yang tidak
diprediksi juga merupakan salah satu penyebab panggilan tim code blue di
Rumah Sakit. Henti jantung yang dialami pasien biasanya didahului oleh
tanda-tanda yang dapat diamati dan sering muncul 6 - 8 jam sebelum henti
jantung terjadi, sehingga diperlukan peran perawat untuk memonitor
perubahan kondisi yang dialami oleh pasien melalui penerapan monitoring
EWS sehingga diharapakan dapat menurunkan kejadian cardiac aresst dan
angka kejadian code blue di Rumah Sakit [ CITATION McM12 \l 1033 ] .
Dampak atau efek samping pada pasien yang dirawat di rumah sakit, jika
pemantauan penilaian berkelanjutan pasien tidak dilakukan sesuai protokol
memungkinkan terjadinya henti jantung, dan penerimaan ICU yang tidak
terduga, atau kematian yang tidak terduga, yang sering didahului dengan
memburuknya tanda - tanda vital. Dalam 51 - 80% dari sering didahului
dengan memburuknya tanda-tanda vital. Jika terdeteksi dini dan diobati
secara efektif, diperkirakan bahwa perburukan lebih lanjut dapat dicegah
dan dihindari [ CITATION Pet18 \l 1033 ].
3
pemantauan sesuai dengan protokol yang ditentukan melalui skor NEWS
agar dapat menilai pasien yang sakit akut termasuk kemampuan untuk
mengenali kapan perawatan perlu ditingkatkan ke kritis dan tim perawatan
[CITATION Kol15 \l 1033 ].
4
Penelitian yang dilakukan oleh Prihati dan Wirawati (2019) dengan judul
penelitian “pengetahuan perawat tentang early warning score dalam
penilaian dini kegawatan pasien kritis” faktor – faktor pertama usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia seseorang maka akan semakin berkembang daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Kedua
pendidikan diharapkan mampu mengubah pola pikir seseorang yang pada
berikutnya mempengaruhi pengetahuan dan pengambilan keputusan
seseorang. Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam
mendapatkan pengetahuan. Sedangkan menurut Ketiga pelatihan, pada
pelatihan untuk mengelola faktor kesalahan saat penerapan EWS pada
perubahan klinis pasien yaitu kesalahan organisasi, kurang pengetahuan,
gagal pengenalan kegawatan, kurangnya supervisi, dan kurangnya upaya
mencari bantuan dalam melakukan tindakan keperawatan [ CITATION Hid20 \l
1033 ].
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan Early
Warning Scores khususnya dalam hal follow Up pada ruang perawatan
dengan judul “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Pengetahuan Perawat Dalam Pelaksanaan Follow Up Early Warning
Scores Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta”
5
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan proposal skripsi ini adalah untuk mengetahui
faktor - faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat
dalam pelaksanaan monitoring early warning scores di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
6
1.4.2.2 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
sumber referensi atau bahan bacaan untuk institusi dan mahasiswa
keperawatan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2.3 Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu mengidentifikasi
faktor - faktor berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat
dalam pelaksanaan follow up hasil skoring early warning scores
sehingga kedepannya follow up skoring pada Early Warning Score
dapat dilakukan dengan semestinya sesuai protokol yang berlaku.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
eksklusif dalam kaitannya dengan timbulnya sepsis. Sistem ini sudah
diperkenalan sekitar satu dekade lalu, penguunaan EWS ini cukup
meningkat pesat. Penerapan Sistem Peringatan Dini sederhana atau
skor peringatan dini yang meningkat memicu penilaian formal oleh
perawat, sehingga peringatan bahkan dapat disampaikan secara
otomatis kepada dokter yang bertanggung jawab [ CITATION Doy18 \l
1033 ]
9
sebanyak 12-20 kali per menit. Pada skoring EWS, laju
pernafasan kurang dari 8 atau lebih dari 24 kali per menit
menjadi tanda (warning) kegawatan untuk segera ditangani.
Penanganan kegawatan dilakukan untuk mempertahankan
kecukupan oksigen ketika terjadi peningkatan maupun
penurunan laju pernafasan [CITATION Ava11 \l 1033 ]
b. Saturasi Oksigen (Oxygen Saturation)
Pada pemeriksaan oksigen tanpa prosedur invasi sering
digunakan di rumah sakit dengan penggunakan oksimetri. Pada
skoring EWS saturasi oksigen menjadi salah satu parameter
yang mengindikasikan adanya distres pernafasan, yamg
merupakan tanda awal dengan berkompensasi terhadap
kurangnya oksigen dalam tubuh (hypoxia) dengan meningkatkan
frekuensi pernafasan (Royal College of Physicians, 2017).
c. Tekanan Darah Sistolik (Systolic Blood Pressure)
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan dinding arteri
dengan memompa darah dari jantung. Tekanan darah sistemik
atau arterial merupakan indikator yang paling baik untuk
kesehatan kardiovaskuler. Tekanan darah mengambarakan
hubungan anatar curah jantung, resisten perifer, volume darah,
kekentalan darah dan elastisitas arteri [CITATION Pot10 \l 1033 ].
Puncak tekanan maksimum saat ejeksi terjadi disebut tekanan
sistolik. Pada penggunaan skoring EWS tekanan darah sistol
dibawah 100 mmHg menjadi tanda awal perburukan [CITATION
The17 \l 1033 ].
10
gangguan metabolik seperti hepertiroid dan dapat terjadi karena
gejala simtomatik yang ditimbulkan dari efek obat
antikolonergik [ CITATION San16 \l 1033 ]. Nadi yang lambat juga
menjadi indikator penting klinis pasien. Seperti, depresi
neurologis, dan sumbatan pembuluh darah jantung [CITATION
McM12 \l 1033 ].
e. Suhu (Temperature)
Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasikan
tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Regulasi suhu secara mekanisme fisioklogi dan perilaku
mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan di
hasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi.
Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan anatar
produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tetap konstan
dan normal, hal ini diatur oleh mekanisme neurologis dan
kardiovaskuler [ CITATION Pot10 \l 1033 ]. Peningkatan suhu
(hipertermi) dan penurunan suhu yang ekstrim (hipotermi)
termasuk dalam dasar parameter sistem EWS yang
merefleksikan sensitivitas suhu tubuh dan menjadi penanda
adanya kerusakan pada sistem organ tubuh [CITATION The17 \l
1033 ]
f. Tingkat Kesadaran (Level Of Consciousness)
Status neurologis dapat dinilai cepat dengan mengkaji tingkat
kesadaran pasien. Pada tingkat kesadaran menjadi satu kesatuan
bersama pengukuran tanda-tanda vital [ CITATION Rav16 \l 1033 ] .
Pada penilain menggunakan GCS juga bisa menjadikan
indikator orang yang terjadi delirium atau bingung (skor < 5
untuk verbal respon) tingkat kesadarannya secara tiba-tiba,
kondisi ini memerlukan perhatian yang lebih, karena dalam
penilaian NEWS 2 akan berada dalam skor 3 (merah). Menurut
Royal College of Physicians (2017) oleh karena itu tingkat
kesadaran sekarang yang baru, yang dimasukan menjadi
11
indikator penilaian, sekarang menjadi ACVPU (new onset
Confusion) :
1 A = Alert adalah pasien sadar penuh, mampu membuka
mata spontan, berespon terhadap suara dan fungsi motorik
baik.
2 C = New Confusion atau Disorientasi / Kebingungan yang
baru muncul, seorang pasien mungkin waspada tetapi
bingung atau disorientasi. Tidak selalu memungkinkan
untuk melakukannya tentukan apakah kebingungan itu
'baru' ketika seorang pasien mengalami sakit akut.
Presentasi seperti itu seharusnya selalu dianggap 'baru'
hingga dikonfirmasi sebagai sebaliknya.
3 V = Voice adalah respons terhadap Suara, Pasien
menunjukkan respon saat diajak bicara, walaupun respon
mata, suara dan gerakan tidak berfungsi penuh. Seperti
saat ditanya keluhan, pasien hanya merintih atau
menggerakkan jarinya
4 P = Pain adalah respons terhadap Nyeri, Pasien berespon
terhadap rangsang nyeri, seperti fleksi atau ekstensi
ekstremitas atas.
5 U = Unresponsive adalah Tidak responsif : Pasien tidak
berespon secara verbal, visual maupun motorik, keaadaan
ini sering disebut dengan kondisi tidak sadar
(unconscious).
12
Warning System). NEWS ini mulai dilaksanakan pada tahun 2012 di
Inggris yang meliputi penilaian parameter laju pernafasan, saturasi
oksigen, suplementasi oksigen, suhu / temperatur, tekanan darah
sistolik, denyut jantung dan tingkat kesadaran. Pada Desember 2017
NEWS mengalami perubahan pembaharuan menjadi NEWS 2
[CITATION The17 \l 1033 ].
13
mendapatkan skor 4 bukan 5 dalam respon verbal [CITATION The17 \l
1033 ].
14
b Early Warning Score (EWS) digunakan sebagai data observasi
yang memiliki kekuatan hukum. Perawat berkewajiban untuk
melakukan dokumentasi dengan benar dalam skoring EWS.
c Perawat berperan dalam menjaga komunikasi antar perawat
tetap berjalan secara berkesinambungan (continou). Skoring
EWS bersifat universal, sehingga dapat dibaca dan
dikomunikasikan pada semua tenaga medis. Pengukuran skor
EWS tidak hanya dilakukan oleh perawat tetapi juga dokter.
d Perawat dapat meninjau dan mengevaluasi sistem skoring EWS
yang telah diterapkan. Selain itu perawat dapat berpikir kritis
terhadap pengetahuan baru tersebut dengan mengembangkan
dan melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan skoring
EWS.
e Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas, dibutuhkan
kemampuan dalam melakukan skoring dengan benar.
15
a Skor EWS yang rendah (1 - 4), Follow Up yang dilakukan
harus segera dinilai oleh perawat terdaftar yang kompeten
atau yang setara, yang harus memutuskan apakah perlu
dilakukan perubahan frekuensi pemantauan klinis atau
peningkatan perawatan klinis.
b Skor merah tunggal (3 dalam satu parameter tunggal) tidak
biasa, tetapi harus meminta peninjauan segera oleh dokter
dengan kompetensi dalam penilaian penyakit akut (biasanya
dokter berbasis bangsal) untuk menentukan penyebabnya,
dan memutuskan frekuensi. pemantauan selanjutnya dan
apakah eskalasi perawatan diperlukan.
c Skor EWS sedang (5 - 6) adalah ambang pemicu utama dan
harus segera ditinjau oleh dokter dengan kompetensi dalam
penilaian penyakit akut - biasanya dokter berbasis lingkungan
atau perawat tim akut, yang harus segera memutuskan apakah
eskalasi perawatan ke tim dengan keterampilan perawatan
kritis diperlukan.
d Skor EWS yang tinggi (7 atau lebih) adalah ambang pemicu
utama dan harus meminta penilaian darurat oleh tim klinis /
tim code blue atau perawatan kritis dengan kompetensi
perawatan kritis dan biasanya transfer dari pasien ke area
perawatan dependensi yang lebih tinggi.
Tabel 2.2 Monitoring Dan Tindak Lanjut Berdasarkan Skor Total NEWS 2
Skor Total Frekuensi
Tindak Lanjut / Respon Klinis
NEWS 2 Monitoring
Skor 0 Minimal 12 Jam Pengawasan dengan NEWS 2 score
1–4 Minimal 4 - 6 jam a Informasikan / Melaporkan kepada perawat
atau penanggung jawab kesehatan yang
harus menilai pasien
b Perawat atau penanggung jawab kesehatan
memutuskan apakah pengkatan frekuensi
pemantauan dan / atau peningkatan
perawatan klinis (eskalasi) diperlukan
Skor 3 dalam 1 Minimal setiap 1 Perawat yang bertanggun jawab untuk
parametes jam menginformasikan tim medis yang merawat pasien,
yang akan meninjau dan putuskan apakah
peningkatan perawatan diperlukan
16
Skor 5 - 6 Minimal setiap 1 a Perawat memberitahukan tim medis yang
jam merawat pasien
Atau b Pengkajian dan assesment oleh dokter
dengan kompetensi inti untuk menilai
pasien
c Memberikan perawatan klinis di
lingkungan dengan fasilitas pemantauan
Skor 7 atau ≥ Pemantauan terus a Perawat untuk segera menginformasikan ke
menerus (Continue) tim medis (Code Blue) yang merawat
terhadap tanda - pasien
tanda vital b Pengkajian dan assesment oleh tim medis
(Code Blue) dengan kompetensi perawatan
klinis yang juga mencakup keterampilan
advanced airway
c Pertimbangkan pengalihan perawatan klinis
ke fasilitas pelayanan perawatan tingkat
tinggi yang lebih atau ICU
d Perawatan klinis di ruangan dengan fasilitas
pemantauan
Sumber : (Royal College of Physicians, 2017, Hal 39)
2.1.2.3 Indikador Pada Tindak Lanjut Atau Follow Up hasil skoring Early
Warning Score (EWS)
17
e Dokter jaga / dokter jaga yang kompoten melakukan assesmen
sesuai dengan assesmen sesuai dengan kompetensinya
kompetensinya
f Asuhan yang diberikan oleh Asuhan yang diberikan oleh
DPJP /Dokter jaga/perawat DPJP / Dokter jaga/perawat dicatat
di CPPT
g Kepala Ruang menunjuk satu petugas code blue pada setiap
petugas code blue pada setiap shift di setiap bangsal.
h Perawat supervisi mencatat nama pasien yang mendapatkan
pelayanan EWS di semua pelayanan EWS di semua bangsal.
i Perawat supervisi mencatat nama petugas code blue dari nama
petugas code blue dari semua bangsal.
j Perawat supervisi berkoordinasi dengan dokter jaga untuk nama
dengan dokter jaga untuk nama petugas code blue yang bertugas
petugas code blue yang bertugas dan nama pasien yang dan
nama pasien yang mendapatkan pelayanan EWS
k Adanya edukasi kepada keluarga dengan adanya edukasi
kepada keluarga pasien yang mendapatkan pasien yang
mendapatkan pelayanan EWS dan Code Blue.
18
Pengetahuan merupakan suatu yang wajib dan bersifat empiris yang
dibangun oleh seseorang dengan melalui percobaan dan pengalaman
yang telah teruji kebenarannya. Dalam hal in terdapat dua objek
dalam ilmu pengetahuan yaitu objek material seperti objek yang
muncul dalam pemikiran ataupun penelitian, yang bersifat materi
atau benda-benda maupun yang bersifat nonmateri seperti masalah,
konsep atau ide-ide dan objek formal misalnya yang berasal dari
sudut pandang suatu objek yang diteliti [CITATION Rus15 \l 1033 ].
19
b Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus
pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan atau
membuat bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
f Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
20
objek.evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri
atau kriteria yang telah ada.
21
sejalan dengam teori yang menyatakan bahwa tahapan usia
adalah tahapan dimana individu aktif dalam berkarir dan tahap
ini merupakan fase yang produktif untuk melakukan pekerjaan
(Silvana & Adam, 2016).
b Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam
mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan seorang perawat
bervariasi tergantung pola pendidikan yang dimiliki. Hal ini
berkaitan dengan perkembangan dari ilmu keperawatan,
kedalaman dan luasnya ilmu pengetahuan akan mempengaruhi
kemampuan perawat untuk berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan[CITATION Eri13 \l 1033 ].
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan
yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).
22
Program pendidikan dan terkait pelatihan, yang sesuai untuk
rumah sakit, bagi staf klinis karena harus mematuhi ruang
lingkup pedoman praktik profesional mereka dan
mempertahankan kompetensi, dalam mengenali dan menanggapi
pasien dengan kemunduran klinis, termasuk penggunaan Sistem
NEWS, di mana ini berada dalam ruang lingkup praktiknya.
Dalam menggunakan ini staf layanan kesehatan profesional
harus menyadari peran delegasi yang tepat[ CITATION The \l 1033 ].
e Pengalaman Kerja
23
Pengetahuan seorang individu diperoleh dari pengalaman yang
dilalui selama hidupnya. Seseorang dikatakan memiliki
pengetahuan yang baik apabila ia mengetahui, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, menyintesis dan mengevaluasi
hal yang dipelajarinya [ CITATION Not10 \l 1033 ]
Pada penelitian ini peneliti akan meneliti tentang faktor – faktor yang
berhubungan dengan tngkat pengetahuan perawat tentang pelaksanaan monitoring
Early warning score di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kerangka konsep
dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan faktor – faktor yang
berhubungan sebagai variabel independen (bebas) yaitu usia, tingkat pendidikan
dan pengalaman dengan variabel dependen (terikat) yaitu tingkat pengetahuan
perawat dalam pelaksanaan monitoring Early warning score. Variabel
Confouding yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan dan masa kerja.
24
1. Usia Tingkat pengetahuan perawat
2. Tingkat Pendidikan tentang monitoring pelaksanaan
3. Pelatihan Early warning score.
Variabel Confouding :
1 Lingkungan
2 Masa Kerja
2.3 Hipotesis
2.3.1 Hubungan antara faktor usia dengan tingkat pengetahuan perawat
tentang monitoring Early Warning Scores di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta
Ho :Tidak Ada hubungan antara faktor usia dengan tingkat pengetahuan
perawat tentang monitoring Warning Early Scores di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
H1 : Adanya hubungan antara faktor usia dengan tingkat pengetahuan
perawat tentang monitoring Early Warning Scores di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
2.3.2 Hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan
perawat tentang monitoring Early Warning Scores di Rumah Sakit
Panti Nugroho Yogyakarta
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan
tingkat pengetahuan perawat tentang monitoring Early Warning
Scores di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
H1 :Adanya hubungan signifikan/bermakna antara faktor tingkat
pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang
monitoring Warning Scores di Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta.
2.3.3 Hubungan antara faktor pelatihan dengan tingkat pengetahuan perawat
tentang monitoring Early Warning Scores di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta.
25
Ho : Tidak adanya hubungan antara faktor pelatihan dengan tingkat
pengetahuan perawat tentang monitoring Early Warning Scores di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
H1 :Adanya hubungan antara faktor pelatihan dengan tingkat
pengetahuan perawat tentang monitoring Early Warning Scores di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Data
Variabel Dependen
1 Tingkat Segala sesuatu Kuisioner 1. Baik : mampu Ordinal
pengetahuan yang dipahami bagian B : menjawab 80%
perawat dan di mengerti tingkat dengan benar
oleh perawat pengetahuan 2. Cukup : mampu
tentang Follow perawat menjawab 60 –
Up Hasil tentang 79 % dengan
Skoring Early follow Up benar
Warning Score hasil skoring 5. Kurang :
Early mampu
warning menjawab <
score yang 59% dengan
berjumlah 20 benar
butir
pernyataan.
28
a Perawat klinik (PK) II dan III yang sedang
menjalani cuti sakit
b Perawat klinik yang cuti hamil / melahirkan
S=
l2.N.P.Q
d2. (N-1)+ l2.P.Q
Keterangan : S= jumlah sampel
l2 = Chi kuadrat (untuk tingkat kesalahan 5% dapat
dilihat pada tabel chi kuadrat adalah 3,841)
N= jumlah populasi
P= peluang benar (0,5)
Q= peluang salah (0,5)
d= perbedaan antara sampel 1% (0,05)
29
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kegiatan atau cara yang dilakukan untuk
memperoleh atau menjaring informasi untuk memecahkan masalah yang
akan diteliti. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengamatan
(Observasi), wawancara (Interview) dan angket/kuisioner. Data penelitian
dibagi menjadi 2 yaitu data primer yang di peroleh langsung seperti
wawancara maupun observasi dan lain sebagainya dan data sekunder yang
diperoleh tidak langsung seperti studi kepustakaan atau studi dokumentasi
[CITATION Soe18 \l 1033 ]
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari responden. Data primer meliputi identitas subjek penelitian
meliputi nomor responden, usia, tingkat pendidikan dan pelatihan yang
diikuti dan pernyataan untuk tingkat pengetahuan Perawat tentang Follow
Up hasil Skoring Early Warning Score. Pada pengumpulan ada prosedur
teknik pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian :
3.4.1 Sebelum melakukan pengumpulan data pene liti mengajukan ijin
kepada kepala ruangan di setiap ruangan yang akan di ambil
sesuai dengan proporsinya.
3.4.2 Selanjutnya kepala ruangan mengidentifikasi terlebih dahulu
calon responden yang akan menjadi subyek penelitian.
3.4.3 Penelitian ini akan di lakukan oleh penelitan dan dibantu oleh
asisten peneliti
3.4.4 Setelah calon responden sudah ditentukan, kemudian peneliti
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian kepada calon
responden.
3.4.5 Calon responden yang bersedia menjadi responden penelitian
mengisi pernyataan persetujuan sebagai responden (informed
consent).
3.4.6 Peneliti membagikan kuesioner pada responden untuk diisi
3.4.7 Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner yang langsung diisi sendiri
oleh responden.
30
3.4.1 Responden mengisi kuisioner sesuai dengan pemahaman dan
pengetahuan dan tidak di tunggu peneliti sehingga pengumpulan
akan di lakukan oleh asisten peneliti.
3.4.2 Responden mengembalikan kuesioner kemudian asisten peneliti
melakukan pengecekan ulang atas kelengkapan dan apabila ada
pernyataan maupun data karakteristik yang belum terisi asisten
peneliti meminta kembali kepada responden untuk melengkapi.
3.4.3 Asisten peneliti mengembalikan kepada peneli untuk dilakukan
pengelolahan data.
31
berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan jika sudah terbukti validitas
dan reliabilitasnya. Uji kuisioner sebagai instrument sebagai berikut :
3.5.1 Uji Validitas Instrument
Instrumen harus valid karena menjadi alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Uji
validitas instrumen yang digunakan adalah validitasi isi dengan
analisis item, yaitu dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor butir instrumen dengan skor total. Apabila nilai
korelasi (r) ≥ 0,3 maka dikatakan item tersebut memberikan
tingkat kevalidan yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi
(r) ≤ 0,3 maka dikatakan item tersebut kurang valid [ CITATION
Sug161 \l 1033 ].
32
memberikan tingkat reliable yang cukup, sebaliknya apabila
nilai korelasi (r) alpha ≥ 0,7 maka dikatakan item tersebut
kurang reliable.
33
masukan dalam pengemabangan maupun perbaikan follow up oleh
perawat terhadap hasil skoring.
34
melakukan pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada
kesalahan kode atau ketidaklengkapan.
3.7.5 Tabulating data
Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan
dalam presentase sehingga diperoleh data dari masing-masing
variabel. Dalam penelitian ini peneliti melakukan tabulasi data
menggunakan software SPSS versi 21.
35
3.7.2.1 Jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
terdapat hubungan yang signifikan / bermakna
3.7.2.2 Jika p ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, tidak
terdapat hubungan yang signifikan / bermakna.
36
DAFTRA PUSTAKA
Alimul , A., & Hidayat. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
(1 ed.). (D. Sjabana, Ed.) Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Parktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Avard , B., McKay , H., Slater , N., Lamberth, P., Daveso, K., & Mitchell , I.
(2011). Training Manual for The National Early Warning Score and
associated Education Programme. Australia: The Australian Capital
Territory or The Health Directorate, .
Dhiah , A., & Dwi, D. (2020). Persepsi Perawat Terhadap Penerapan Early
Warning Score (Ews) Di Rsud Banyumas. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 11(1), 120-125.
Doyle, D. J. (2018). Clinical Early Warning Scores: New Clinical Tools in
Evolution : Review Article. The Open Anesthesia Journal, 12, 26-33.
doi:10.2174/2589645801812010026
Duncan, K. D., & McMullan, C. (2012). Early Warning Systems: The Next Level
of Rapid Response. Nursing., 42(2), 38-44.
doi:10.1097/01.NURSE.0000410304.26165.33
Eriawan, R. D., Wantiyah, & Ardiana . (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Perawat dengan Tindakan Keperawatan pada Pasien Pasca Operasi
denganGeneral Aenesthesia di Ruang Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi
Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 1(1), 54-61.
Farenden, Gambel, & Welch. (2017). Impact of Implementation of the National
Early Warning Score on Patients and Staff. Observational Study, 78(3),
132-136. doi:10.12968/hmed.2017.78.3.132
Farenden, S., Gamble, D., & Welch, J. (2017). Impact of implementation of the
National Early Warning Score on patients and staff. British Journal of
Hospital Medicine, 78(3), 132-136.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jalaludin. (2013). Filsafat ilmu pengetahuan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kolic, I., Crane, S., McCartney, Perkins, Z., & Taylor, A. (2015). Factors
affecting response to National Early Warning Score (NEWS). European
Resuscitation Council, 90, 85-90. doi:10.1111/ane.12452
37
Liljehult , J., & Christensen, T. (2016). Early warning score predicts acute
mortality in stroke patients. Acta Neurol Scand, 133, 1-7.
doi:10.1111/ane.12452
Mitchell , I. A., McKay, H., Leuvan, C. V., Berry, R., McCutcheon, C., Avard, B.,
. . . Lambe, P. (2010). A Prospective Controlled Trial of the Effect of a
Multi-Faceted Intervention on Early Recognition and Intervention in
Deteriorating Hospital Patients. Resuscitation, 81, 658-666.
doi:10.1016/j.resuscitation.2010.03.001
Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
National Institute For Health And Care Excellen. (2020). National Early Warning
Score Systems That Alert to Deteriorating Adult Patients In Hospital.
NICE, 1-18. Retrieved from
https://www.nice.org.uk/advice/mib205/resources/national-early-warning-
score-systems-that-alert-to-deteriorating-adult-patients-in-hospital-pdf-
2285965392761797
Notoadmojo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Petersen, J. A. (2018). Early Warning Score Challenges and opportunities in the
care of deteriorating patients. Danish Medical Journal, 65(2), 1-13.
Philips-Healthcare. (2012). Well-implemented Early Warning Score can help
Rapid Response Teams in improving outcomes. Royal Philips Electronics,
1-24. Retrieved from https://www.usa.philips.com/c-
dam/b2bhc/us/topics/early-warning-
scoring/RapidResponseTeam_white_paper_452296285921_LR.pdf
Potter, & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice
(Edisi 7 ed., Vol. 3). Jakarta: ECG.
Prihati, D. R., & Wirawati, M. K. (2019). Pengetahuan Perawat Tentang Early
Warning Score Dalam Penilaian Dini Kegawatan Pasien Kritis. Jurnal
Keperawatan LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, 11(4), 237-
242.
Rajagukguk, C. R., & Widani, N. L. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Monitoring Early Warning Score.
Carolus Journal Of Nursing, 2(2), 132-148.
38
Ravikirti. (2016). Early Warning Scoring System for Early Recognition of and
Timely Intervention in Deteriorating Patients in the Hospital. Journal of
The Association of Physicians of India, 64(5), 59-61.
Robinson, K., & Vaughan, B. (2011). Knowledge for nursing pract ice. Wildwood
Aveneu: A Division of Reed Educational and Professional Publishing Ltd.
Royal College of Physicians. (2017). In National Early Warning Score (NEWS) 2
Standardising the assessment of acute-illness severity in the NHS. London:
Great Britain.
Sandi, I. N. (2016). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi.
Sport and Fitness Journal, 4(3), 1-6.
Sasroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar - Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (4 ed.). Jakarta: Agung Seto.
Smith, et.al. (2019). The National Early Warning Score 2 (NEWS2). ClinIcal
Medicine, 19(3), 260. doi:10.7861/clinmedicine.19-3-260
Spagnolli, W., Rigoni, M., Torri, E., Cozzio, S., Vettorato, E., & Nollo, G. (2017).
Application of the National Early Warning Score (NEWS) as a
stratification tool on admission in an Italian acute medical ward: A
perspective study. International Journal of Clinical Practice, 1-8.
doi:10.1111/ijcp.12934
Subhan, N., Giwangkencana, G. W., Prihartono, M. A., & Tavianto, D. (2019).
Implementasi Early Warning Score pada Kejadian Henti Jantung di Ruang
Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang Ditangani Tim Code
Blue Selama Tahun 2017. Jurnal Anastesi Perioperatif, 7(1), 33-41.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sujarweni, V. W. (2014). Metologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Gava Media.
Suwaryo, P. A., Sutopo, R., & Utoyo, B. (2019). Pengetahuan Perawat Dalam
Menerapkan Early Warning Score System (Ewss) Di Ruang Perawatan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 15(2), 64-74.
The National Clinical Effectiveness Committee. (2013). In National Early
Warning Score National Clinical Guideline No. 1. Ireland: An Roinn
Slainte Department of Health.
Wawan , A., & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan
Perilaku. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
39
40
Lampiran 1
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hendrikus Reyaan
NIM : 201943021
Prodi / Institusi : Sarjana Keperawatan Program Transfer / STIKes Panti Rapih
Hormat Saya,
Hendrikus Reyaan
Lampiran 2
Nama : ____________________________
Pada penelitian ini, peneliti akan menjamin kerahasiaan dari identitas serta data
yang akan saya berikan. Semua data yang diperoleh peneliti akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data
penelitian. Adapun kegiatan yang saya lakukan adalah mengisi kuesioner yang
telah dibuat oleh peneliti yang terdiri atas kuesioner data responden dan kuesioner
tentang pengetahuan Follow Up Early Warning Score (EWS). Keikutsertaan saya
sebagai responden adalah sukarela serta saya memiliki hak untuk mundur dari
penelitian tanpa ada sanksi.
Saya telah membaca dan memahami lembar persetujuan ini dan saya melakukan
secara sadar dan tanpa paksaan.
Yogyakarta,___/___/2020
Responden
(______________________)
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian
Petunjuk Pengisian :
Yth Bpk / Ibu / Saudara / Saudari isilah pernyataan dibawah ini dengan
cara menuliskan jawaban pada kolom benar dan salah dengan memberikan tanda
centang (√) pada jawaban yang menurut anda benar.
Kuisioner A
Idetitas Responden
Nama :
Ruangan / Bangsal :
Jenis Kelamin : Laki – Laki Peremppuan
Umur Responden :
Tingkat Pendidikan : Doploma III Keperawatan
Profesi Ners
Apakah saudara pernah : Ya, pernah (Jika pernah berapa tahun lalu anak
mengikuti pelatihan mengikuti) :
EWS ? 0 - 2 tahun yang lalu
2 - 5 tahun yang lalu
5 - 10 tahun yang lalu
Belum pernah
Kuisoner B
No Jawaban No Jawaban
1. B 11 S
.
2. S 12 B
.
3. B 13 B
.
4. S 14 B
.
5. S 15 B
.
6. S 16 B
.
7. B 17 B
.
8. B 18 S
.
9. B 19 B
.
10. B 20 B
.
Keterangan : B = Benar
S = Salah
Note : Jika sesuai dengan kunci jawaban diberikan nilai 1, jika tidak sesuai
kunci jawaban di berikan nilai 0