Anda di halaman 1dari 4

FORMAT LAPORAN REFLEKSI

Nama Preceptee : Hendrikus Reyaan


NPM : 202154021
Stase : Keperawatan Medikal Bedah 2

N SIKLUS HASIL REFLEKSI


O REFLEKSI
1. Description Pada pemlajaran Profesi Ners ini pada stase selanjutnya
saya mendapatkan tugas untuk stase keperawatan
maternitas. Pada pelaksaannya stase maternitas yang
semulanya di puskesmas Ngemplak ditiadakan dan
diganti dengan stase Keperawatan Medikal Bedah 2, hal
ini karena adanya tenaga kesehatan di puskesmas
terkonfimasi Covid 19 sehingga puskesmas harus di
tutup untuk sementara. Setelah itu tepat hari selasa, 22
Juni 2021, saya memasuki stase yang baru yaitu
Keperawatan Medikal Bedah 2, tempat praktik yang
tempatkan adalah Unit Hemodialisa dan Klinik Carlo
Rumah Sakit Panti Rapih. Pada praktik keperawatan
medikal bedah 2 ada beberapa kompetensi dan tugas
yang harus di kerjakan dan tercapai. Pada stase
Keperawatan Medikal Bedah 2 ini memberikan asuhan
keperawatan per sistem tubuh pasien, untuk
Keperawatan Medikal Bedah 2 yang harus di capai
adalah terkait sistem perkemihan, sistem persyarafan,
sistem imunogoli dan sisten persepsi sensori. Disamping
itu juga terdapat tugas untuk mengelolah pasien secara
kelompok dan penerapan Evidance Based Nursing
(EBN).
2. Feelings Pada awal menjalani stase Keperawatan Medikal Bedah
2 saya agak sedikit khawatir dan takut karena secara
saya tidak mempersipkan diri seutuh nya untuk praktik
ini, namun seiring berjalan nya waktu saya bisa
menyesuiakan dengan keadaan. Saya merasa senang dan
apresiasi untuk teman – teman yang selalu mendukung,
menotivasi dan memberikan semangat untuk sama –
sama berjuang. Rasa khawatir juga timbul saat
menjalani proses praktik ini karena kami harus praktik
dengan angka kejadian Covid 19 yang meningkat dan
memungkinkan kami untuk terpapar.

Perasaan yang saya rasakan setelah satu minggu


menjalalani kegiatan praktik klinik ini adalah saya
menjadi senang dan lumayan tahu tentang proses
hemodialisa termasuk memberikan asuhan keperawatan
dan mendampingi pasien dalam proses hemodialisa.
Selain itu saya juga menjadi tahu terkait tentang
penyakit sistem imun yaitu HIV/AIDS yang mana
secara lebih jelas tahu tentang pengobatan ARV yang
dijalani seumur dan memberikan asuhan keperawatan
secara langsung di Klinik Carlo.
3. Evaluation Berdasarkan kegiatan yang telah dilalui selama satu
minggu pertama ini saya merasa memang masih banyak
kekurangan yang mungkin saya alami, diantaranya
adalah harus bisa menyesuaikan dengan keadaan dan
kondisi di tempat praktik, tetapi seiring berjalan waktu
saya sudah mencoba untuk bisa menyesuaikan dengan
keadaan dan kondisi. Dalam hal ini selama saya
mengikuti program profesi bukanlah hal yang mudah.
Memasuki lahan praktek klinik ini harapkan saya lebih
mempersiapkan diri dengan baik dan memperoleh
gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada
pasien HD dan pasien dengan gangguan sistem
imunologi khususnya HIV/AIDS.
Selain persiapan fisik dan mental serta kemampuan
dalam menyesuaikan dengan keadaan, saya juga perlu
untuk meningkatkan kewaspadaan dan keamanan untuk
proteksi terhadap masalah Covid 19 yang terjadi
peningkatan, karena saya memungkinkan untuk terpapar
kediri sendiri atau memaparkan infeksi kepada orang
lain, sehingga proteksi dan APD menjadi salah satu
yang penting.

Hal lain nya adalah memberikan asuhan keperawatan


kepada semua pasien yang dilayani secara peka budaya,
yang mana menghormati dan menghargai semua
perbedaan dan keadaan klien serta budaya yang tidak
menganggu proses keperawatan. Pasien dengan dengan
HIV/AIDS khususnya memilki kultur bahwa mereka
merasa terstigma dengan penyakitnya dan masih
menyembunyikan status dan kondisinya, sehingga perlu
untuk menghormati dan tidak menghakimi serta tidak
memaksakan standar yang ada kepada mereka, serta
menjaga kerahasiaan.
4. Analysis Pembelajaran praktek klinik keperawatan merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mencetak calon perawat agar mempunyai sikap yang
profesionalisme dengan cara langsung melihat pasien di
lapangan. Praktek ini memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dengan pendekatan proses keperawatan yaitu
melakukan pengkajian, merumuskan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
melakukan tindakan keperawatan dan melakukan
evaluasi.

Pemahaman perawat bahwa kepercayaan yang dimiliki


oleh seseorang berkaitan dengan etiologi dari suatu
penyakit (illness) yang dideritanya akan membantu
perawat untuk dapat membantu pasien mengatasi
penyakitnya. Masalah kesehatan yang dialami oleh
pasien dewasa dipengaruhi oleh faktor budaya. Selain
faktor penyebab penyakit, aspek-aspek yang terkait
perubahan kebiasaan, gaya hidup dan sistem keluarga
sebagai faktor-faktor kebudayaan merupakan faktor
penting dalam penanganan penyakit kronis. Perawat
harus dapat membantu pasien mengatasi penyakit, dan
memberikan intervensi yang sesuai dengan kebudayaan
mereka sehingga pasien dapat beradaptasi dengan
perubahan kebiasaan atau kebudayaan mereka apabila
diperlukan (Novieastari, Gunawijaya & Indracahyani,
2018).

Penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA


merupakanbagian terpenting dalam Gerakan Nasional
HIV/AIDS. Melalui penghapusan stigma dan
diskriminasi, proses preventif dan kuratif terhadap kasus
HIV/AIDS menjadi lebih optimal (Shaluhiyah,
Musthofa & Widjanarko, 2015).

Kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh


perawat di unit hemodialisa agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas dan keselamatan
pasien terjamin, maka perawat hemodialisis juga harus
memiliki pengetahuan mengenai pendokumentasi
asuhan keperawatan, mengetahui tentang dosis
kecukupan dialisis pada pasien, menjamin bahwa
keinginan dan kebutuhan pasien menjadi prioritas
(Hermalia, Yetti & Adam, 2019).
5. Conclusion Berdasarkan pengalaman selama satu minggu maka
dapat disimpulkan bahwa dalam praktik Keperawatan
Medikal Bedah 2 harus lebih mempersiapkan diri
termasuk fisik dan mental, ditambah meningkatnya
angka kejadian covid 19 ini, sehingga perlu di untuk
meningkatkan keamanan dan kewaspadaan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan harus


berdarkan kemampuan peka budaya, dalam hal ini
menghormati dan menghargai semua keunikan dan
budaya yang ada pada pasien yang dijalani. Termasuk
pasien dengan HIV/AIDS yang harus di hormarti dan
dijaga kerahasiaan karena beberapa pasien mempunyai
kebiasaan atau budaya untuk tidak mau membuka status
mereka karena stigma yang mereka anggap, sehingga
perlu untuk memperhatikan tersebut. Pada pasien yang
HD saya pun harus belajar lebih lanjut dalam
menganalisa mengapa tindakan dialisis dilakukan dan
dosis cairan yang ditarik, sehingga saya mempunyai
gambaran dalam memberikan asuhan keperewatan dan
mengelolah pasien nantinya.
6. Action plan Langkah selanjutnya yang harus di tingkatkan adalah
lebih mempersiapkan diri, mampu menyesuaikan dan
beradaptasi serta proteksi diri dengan APD yang cukup.
Selain itu perlu meningkatkan pengetahuan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS yang mana setiap pasien perlu di jaga
kerahasiaan dan privasinya. Pada pasien Hemodialisa
perlu mengetahui tentang bagaimana perlaksaan dan
rasionalisasi tindakan dialisis yang dilakukan agar
dalam memberikan asuhan keperawatan lebih kompeten
dan secara maksimal.

Sumber Referensi :
Hermalia, I., Yetti, K., & Adam, M. (2019). Kompetensi perawat hemodialisis,
Jurnal Keperawatan Komprehensif, 5(2), 70 – 75.
Novieastari, E., Gunawijaya, J., & Indracahyani, A. (2018). Pelatihan asuhan
keperawatan peka budaya efektif meningkatkan kompetensi kultural
perawat, Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(1), 27 – 33.
Shaluhiyah, Z., Musthofa, S.B., & Widjanarko, B. (2015). Stigma masyarakat
terhadap orang dengan hiv/aids, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
9(4), 333 – 339.

Preseptor Klinik Preseptor Klinik Preseptee


Unit Hemodialisa Rawat Jalan

......................................... .................................................. .................................................

Preseptor Akademik

.........................................

Anda mungkin juga menyukai