Disusun Oleh :
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian di Indonesia. Menurut Merritt’s (2010) dalam
Hartono, Puspitasari dan Adam (2019), stroke merupakan suatu penyakit
yang sebagian besar gejala klinisnya berkembang dengan cepat dan mampu
mengganggu fungsi otak, berlangsung lebih dari 24 jam dan dapat
menyebabkan kematian. Pavan, dkk (2012) dalam Pujiastuti (2017)
mengungkapkan jika selain kematian, stroke juga dapat meninggalkan gejala
sisa seperti kecacatan fisik dan gangguan mental seperti Demensia ataupun
depresi.
1
dan obat-obatan. Usia tua, jenis kelamin laki-laki, etnis Asia, penyakit ginjal
kronis, angiopati amyloid serebral (CAA), dan microbleeds serebral (CMB)
meningkatkan risiko terjadinya ICH pada seseorang. Presentasi klinis
bervariasi sesuai dengan ukuran dan lokasi hematoma, dan ekstensi
perdarahan intraventricular.
Jenis stroke yang berbeda akan merujuk pada penanganan yang berbeda.
Penanganan stroke yang tepat dapat dilakukan dengan melakukan
pengkajian awal yang tepat. Kalra (2003) dalam Pujiastuti (2017)
mengatakan, dengan mengetahui jenis strokenya, pasien dapat mendapatkan
penanganan yang tepat untuk mempertahankan fungsi otaknya. Penanganan
yang tidak cepat dan tepat dapat semakin memperburuk kondisi pasien
terlebih pada kasus emergensi / kegawatan. Oleh karena itu kita sebagai
tenaga kesehatan terutama keperawatan perlu memahami bagaimana
patofisiologi dari stroke sehingga kita mampu memberikan tindakan yang
tepat pada kasus kegawatan stroke hemoragik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran dan konsep kegawatdaruratan stroke hemoragik ?
2
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran dan konsep kegawatdaruratan stroke hemoragik
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tanda gejala klinis kegawatdaruratan stroke hemoragik
b. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada kegawatdaruratan
stroke hemoragik
c. Mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada kegawatdarurat
stroke hemoragik
3
B
Hiperet AB II
Perdarahan
PATOFLOWDIA akibat tumor
GRAM STROKE otak
Penyaki
HEMORAGIK
t
perdara
Aneurisme
han
sistemik
termasu
k terapi
antikoa
gulan
Trauma/cedera
pada kepala
Visko TI Perdarahan
sitas Arakhnoid dinding arteri
darah
K
Peningkatan Tekanan Intravaskuler Ruptur aneurism
Hematoma Cerebral
He
Pembuluh darah Cerebral Pecah STOKE HEMORAGIK
rni
Se
Dara Pecahny
h a
reb anurism
m
e e
m ral Kejang
a
s
u ngkat
k
i
j
a
r Vasop
i
n pembu
g
a
n
Pening
katan
u a r cere n
n h u bral
a n
n k c
e adek e
a. Computerized s r
u o P e
Tomography (CT) p t e b
l a r emi r
Scan a k f a
b. Magnetic Resonance i infa
m u l
d e s
Imaging (MRI) i jari
Pe a n
c. Carotid
nur r u nga Penurunan perfusi
jaringan cerebral
Doppler
Gangg
ultrasound B
r Disfun Disf
d. EKG
talamu a gsi u
e. ECG i ota n
serebru n k g
s glo s
serebel t bal i
e
m o
r
a
k
l
o
k
a
l
Gangguan fungsi Disfungsi orak
Disfungsi otak
talamus, serebrum dan Brainstem lokal
global
serebelum
Hemiplegi
Depresi pusat Depresi pusat pernapasan Depresi saraf kardiovaskuler &
pencernaan hemiparesis
A. Pengertian
Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (Adib, 2009).
B. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke
hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh
stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga
dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya,
seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
aterosklerotik (Junaidi, dicitasi oleh Geofani 2017).
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum:
perdarahan intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA)
pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena
(MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat
tumor otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk
terapi antikoagulan (Price, 2005).
C. Prosedur Diagnostik
Seseorang dapat didiagnosis mengalami kondisi ini biasanya karena gejala
khas serta telah dilakukannya pemeriksaan secara mendetail. Pemeriksaan
tersebut dapat berupa MRI atau CT scan yang berguna untuk memeriksa
kerusakan jaringan di otak, angiografi otak pun memiliki tujuan untuk
mengetahui perkembangan dari pendarahan yang disebabkan oleh kondisi
ini. Pemeriksaan cairan serebrospinal pun bisa saja dilakukan jika memang
CT scan atau MRI belum memadai.
1. Computerized Tomography Scan
Untuk menentukan perdarahan atau penyumbatan atau massa di
dalam otak. Di samping itu juga bisa untuk menentukan lokasi dan
ukuran lesi.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dapat memberikan hasil gambar yang lebih detail dibanding CT
Scan, tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama. Selain itu biaya
juga lebih mahal
3. Carotid Doppler ultrasound
Untuk melihat apakah ada penyempitan atau penurunan alirah
darah, terutama pada arteri carotis.
4. EKG
Untuk mengevaluasi fungsi jantung sehingga dapat diketahui
apakah ada gangguan pada jantung yang dapat merupakan sumber
emboli.
5. Angiogram
Angiogram digunakan untuk membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, oklusi / ruptur.
6. EEG (Electro ensefalography
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dengan
melihat gelombang pada otak
7. Tes darah
Darah rutin, sedimentation rate, dan C-reactive protein dapat
diusulkan. Kadar elektrolit atau fungsi ginjal juga dapat
dipertimbangkan.
D. Klasifikasi / Perbedaan
Menurut Wijaya & Putri (2013) berdasarkan kelainan patologis, secara
garis besar stroke hemoragik dibagi dalam 2 perdarahan otak, yaitu :
1. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intrasebral ialah keadaan pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi yang mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak, jika
peningkatan TIK terjadi secara cepat dapat mengakibatkan
kematian mendadak akibat herniasi otak.
2. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid ialah keadaan pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subaraknoid yang menyebabkan TIK
meningkat secara mendadak, menurunnya respon terhadap nyeri
dan vasospasme pembuluh darah cerebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparase, gangguan sensorik, afasia dll)
3. Perdarahan Intraventricular
Perdarahan Intravasculer merupakan perdarahan spontan yang
terjadi di dalam sistem ventrikel, 30-45% sering berhubungan
dengan perdarahan intraserebral (PIS).
E. Patofisiologi
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan glukosa
karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan
glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari
seluruh badan, namun menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan
70%glukosa. Jika aliran darah ke otak terhambat maka akan terjadi
iskemia dan terjadi gangguan metabolism otak yang kemudian terjadi
gangguan perfusi serebral. Area otak disekitar yang mengalami
hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu, lebih
dari 30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi
kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu
lebih dari 4 menit. (Tarwoto, 2013)
F. Manifestasi Klinik
Mengenali tanda-tanda stroke merupakan hal penting, karena
kemungkinan seseorang untuk bertahan dari serangan stroke lebih tinggi
jika segera ditangani oleh tenaga kesehatan. Berikut adalah gejala stroke:
1. Kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau tungkai salah satu
sisi tubuh
2. Mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisi tubuh
3. Kesulitan berbicara (Disartria), memahami pembicaraan (Afasia)
4. Kesulitan menelan (Disfagia)
5. Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata (Diplopia),
kehilangan penglihatan setengah dari bidang visual satu atau kedua
mata (hemianopia atau buta mendadak)
6. Kesulitan berjalan, pusing berputar (Vertigo), hilang keseimbangan
(Ataksia)
7. Sakit kepala berat mendadak tanpa penyebab jelas
8. Hilang kesadaran atau pingsan secara mendadak
9. Kejang
10. Leher kaku
11. Mual dan muntah
12. Pernapasan tidak teratur
H. Intervensi Keperawatan
Menurut Wahyudi di citasi oleh Asyifaurrohman (2017), adapun intervensi
yang harus dilakukan adalah pada pasien dengan stroke hemoragik adalah:
1. Airway
Pastikan penanganan jalan nafas dengan teknik kontrol servikal
sehingga dapat memudahkan oksigen masuk ke paru-paru. Lakukan
posisi head up < 30 derajat untuk mempermudah aliran masuk daln
keluar darah ke otak. Pada pasien dengan GCS < 8 maka harus
segera dipasang ETT.
2. Breathing
Pastikan asupan oksigen adekuat dengan mempertahankan
saturasai 95 – 100 %. Lihat perkembangan data apakah simestris
atau tidak, deviasi trakea, suara nafas tambahan, distensi vena
jugularis. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui
SMRM ataupun SMNRM. Apabila pasien dilakukan pemasangan
ETT maka di anjurkan memakai ventilator mekanik.
3. Circulation
Kaji tekanan darah pasien, frekuensi nadi, suhu, dan adanya ciri-
ciri perdarahan. Pasang IV line 2 jarum besar. Pada kasus
peningkatan tekanan intrakranial , frekuensi nadi dan pernapasan
menurun, sedangkan tekanan darah dan suhu meningkat.
4. Disability
Menilai gangguan neruologis pada psien seperti tingkat kesadaran,
pupil, laserasi, muntah, nyeri kepala. Tingkat kesadaran biasanya
terjadi penurunan dari : sadar, gelisah, menjadi tidak sadarkan diri.
Penilaian kesadaran ini menggunakan nilai GCS. Pupil biasanya
mengalami masalah yaitu anisokor sebagai penanda adanya
herniasi otak. Muntah, dapat terjadi pada peningkatan tekanan pada
pusat refleks muntah di medulla.