Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Disusun Oleh:
Preseptor:
Ami Rachmi, dr., Sp. KFR.
DAFTAR ISI
1
DAFTAR ISI 2
CLINICAL SCIENCE 3
Definisi 3
Etiologi 3
Epidemiologi 4
Klasifikasi 4
Faktor Risiko 5
Manifestasi Klinis 8
Diagnosis 9
Tata Laksana Umum 14
Rehabilitasi Stroke 16
Diagnosis Banding 30
Komplikasi 30
Prognosis 30
DAFTAR PUSTAKA 31
CLINICAL SCIENCE
STROKE
2
Definisi
Stroke adalah kejadian tiba-tiba yang mengakibatkan kerusakan permanen pada area orak
yang disebabkan oleh pembuluh darah yang tersumbat atau perdarahan di dalam otak
Etiologi
1. Traumatic Injury to the brain
2. Demyelinationg lesion
3. Brain tumor
4. Cerebral embolism
5. Trauma to extracranial arteries
a. Thromboembolic occlusion
b. Dissection
6. Subarachnoid hemorrhage
a. Aneurysm
b. Arteriovenous malformation
7. Sickle cell anemia
8. Vasculopathy
a. Moyamoya disease
b. Systemic lupus erythematosus
c. Drug induced
d. Vasculitis
9. Coagulopathy
a. Deficiency of antithrombin III
b. Deficiency of protein C
c. Deficiency of protein S
10. Homocystinuria
11. Oral contraceptives
12. Postpartum
13. Drug induced
Epidemiologi
Stroke is a major cause of death and disability in many countries. It was reported that, in
2013, globally, there were nearly 25.7 million stroke survivors, 6.5 million deaths due to
stroke, 113 million disability-adjusted life-years (DALYs) lost because of stroke, and 10.3
3
million new cases of strokes.
A majority of the stroke burden was observed in developing countries, accounting for 75.2%
of all stroke-related deaths and 81.0% of the associated DALYs lost.
Faktor Risiko
Non-Modifiable :
⚫ Umur-semakin tua.
⚫ Jenis Kelamin-sering pada pria dibanding wanita. Namun, kematian akibat stroke
terjadi pada wanita.
⚫ Ras dan etnik-sering pada orang berkulit hitam karena berpotensi untuk terkena
hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas.
⚫ Herediter-terdapat stroke di kalangan anggota keluarga.
Modifiable:
⚫ Mayor:
⚫ Hipertensi
⚫ Heart Disease (Ventricular hypertrophy, cardiac failure)
⚫ Diabetes mellitus
⚫ Minor:
⚫ Hiperlipidemia
4
⚫ Homocystein
⚫ Hematokrit > 45%
⚫ Smoking
⚫ Alkohol
⚫ Obesitas
Klasifikasi
American Heart Association (AHA). Heart Disease and Stroke Statistics 2003
Cakrabarty, Shivane, Neuropathology Article, volume 8 Number 1 2008
5
1. Stroke ischemic atau non hemmorhagic yang diakibatkan oleh pembekuan darah
pada pembuluh darah di otak
2. Stroke hemorrhagic diakibatkan karena perdarahan di otak
STROKE ISCHEMIC
Stroke iskemik merupakan episode disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark
serebral, spinal, atau infark retina dengan gejala bertahan selama lebih dari 24 jam.
sedangkan serangan iskemik transien (TIA) didefinisikan sebagai “episode transien disfungsi
neurologis yang disebabkan oleh focal brain, sumsum tulang belakang atau iskemia retina
tanpa infark akut. TIA biasanya disebut stroke mini dengan gejala bersifat sementara (yaitu
berlangsung selama beberapa menit hingga berjam-jam tetapi kurang dari 24 jam).
Sebuah sistem untuk kategorisasi subtipe stroke iskemik, terutama berdasarkan
etiologi dan mekanismenya, yang mengarah ke oklusi pembuluh darah, dikembangkan dalam
Acute Stroke Treatment (TOAST)
Klasifikasi TOAST adalah yang paling banyak digunakan dan mencakup:
1. Large-vessel atherothrombosis
2. Cardioembolism;
Cardioembolism terjadi sebagai akibat dari gumpalan darah, yang mungkin telah
terbentuk di dalam jantung terlepas, memasuki sirkulasi dan kemudian bersarang
di dalam arteri serebral. Gumpalan dapat terbentuk di dalam jantung karena stasis
darah intrakardiak (mis. Fibrilasi atrium) atau sebagai akibat dari melekatnya alat
atau lesi trombogenik (mis. Katup prostetik yang ditanamkan).
3. Small-vessel disease;
6
Penyakit pada pembuluh darah kecil mengacu pada penyakit oklusif yang
melibatkan mikrosirkulasi di otak. Lokasi umum untuk penyakit pembuluh darah
kecil termasuk area hemispheric white matter, regio dalam white matter yaitu
internal capsule, proximal middle cerebral artery. Pada pons in the midbrainstem,
yang disupply oleh basilar artery. Pada thalamus, terutama pada cabang posterior
cerebral arteries. Infark di daerah ini kecil (<1,5 cm) dan tergantung pada lokasi di
dalam otak, biasanya menghasilkan salah satu sindrom lacunar klasik.
5. Undetermined causes.
Sekitar 40% dari stroke iskemik adalah penyebab yang tidak ditentukan, hal in
dapat dinyatakan cryptogenic setealh dilakukan assesment dan neuroimaging,
cardiac atau haematologic test tidak ditemukan penyebab dari stroke.
STROKE HEMMORHAGIC
Terdapat dua jenis stroke hemoragik: subarachnoid haemorrhage (SAH), yang terdiri
dari sekitar 5% dari semua stroke, dan intracerebral haemorrhage (ICH), sekitar 10% dari
semua stroke. SAH terjadi akibat perdarahan dari pembuluh darah otak, aneurisma atau
malformasi vaskular ke ruang subarachnoid, ruang yang mengelilingi otak di mana pembuluh
darah terletak di antara arachnoid dan pia mater.
7
Klasifikasi berdasarkan anatomi
- Putaminal Hemorrhage
- Thalamic Hemorrhage
- Pontine Hemorrhage
- Cerebellar hemorrhage
- Lobar Hemorrhage
Manifestasi Klinis
8
9
10
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis, harus ditemukan empat hal yang menjadi pengertian
stroke sendiri :
● Defisit neurologis fokal atau global.
● Berlangsung > 24 jam atau menyebabkan kematian.
● Akut atau mendadak.
● Dikarenakan semata-mata kelainan pembuluh darah otak.
Jika terdapat empat ciri khas stroke di atas, maka bisa dikatakan bahwa
pasien mengalami stroke. Langkah selanjutnya adalah menentukan diagnosis
etiologi, lokalisasi, dan faktor resiko stroke. Untuk itu diperlukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, neurologis.
1. Anamnesis
● Gejala mendadak pada saat awal, lama awitan dan aktivitas saat serangan
● Gejala yang muncul beserta kelanjutannya: progresif memberat, perbaikan,
atau menetap
● Gejala penyerta: penurunan kesadaran, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
gangguan pengelihatan, atau gangguan fungsi kognitif
● Ada tidaknya faktor risiko stroke
2. Pemeriksaan fisik
● Tanda vital
● Pemeriksaan kepala dan leher (mencari cedera akibat jatuh, bruit karotis,
peningkatan tekanan vena jugularis)
● Pemeriksaan neurologis, meliputi pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan nervus
kranialis, pemeriksaan kaku kuduk (biasanya + pada pendarahan subaraknoid,
pemeriksaan sensorik, reflex, motorik, dan pemeriksaan fungsi kognitif
sederhana berupa ada tidaknya afasia atau dengan mini mental stase
examination (MMSE) saat di ruangan.
11
KRITERIA INFARK PIS PSA
1. Anamnesa
TIA + - -
Istirahat + - -
Aktivitas - + +
Nyeri kepala - + ++
2. Pemeriksaan Fisik
Defisit neurologic + + +
Penurunan kesadaran - + +
Kaku kuduk - + +
3.Pemeriksaan tambahan
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan. Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum
adalah didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan
gambaran hiperdens.
2. Pemeriksaan MRI
12
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.
4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan
ada tidaknya stenosis arteri karotis.
Tatalaksana
1. Fase Akut
a. Pre-Hospital
● Deteksi gejala stroke
● Menghubungi ambulan
● Minimal petugas yang menemani sebanyak 3 orang dan membawa oksigen,
saturasi oksigen, glukometri, EKG jika memungkinkan
13
b. Ruang Gawat Darurat
● Diagnosis Stroke
● Terapi Umum (Stabilisasi kesadaran, stabilisasi hemodinamik,
stabilisasi tekanan darah, tatalaksana TTIK, stabilisasi cairan dan
elektrolit.
2. Fase Lanjutan
a. Ruang Rawat Inap
● Keseimbangan cairan 30ml/kgbb/hari (atau holiday segar)
● Jaga kebutuhan nutrisi enteral 30kkal/kgBB/hari
● Manajemen faktor risiko (hipertensi, dislipidemia, diabetes militus -
yang berisfat modified)
● Pemberian antiagregasi platelet pada stroke iskemik
● Mobilisasi pasif dan aktif (fisioterapi)
Rehabilitasi
Tujuan dari rehabilitasi stroke adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke dan
memaksimalkan fungsional sehingga penyandang stroke mampu mandiri dalam melakukan
kegiatan sehari-hari dan mengontrol faktor risiko yang memungkinkan terjadinya serangan
14
ulang, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Kriteria Rehabilitasi
Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa fase. Pembagian ini dalam
rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan untuk menentukan tujuan (goal) dan jenis intervensi
rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:
a. stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke
b. stroke fase subakut: antara 2 minggu - 6 bulan pasca stroke
c. stroke fase kronis: diatas 6 bulan pasca stroke
● Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin. Dimulai dengan latihan pasif hingga aktif
seperti;
- Task : bergeser tempat, perubahan posisi, berbaring lalu duduk dan sebaliknya,
berpindah dari kasur ke kursi roda, berdiri, dan jalan
- Self-care activity : makan sendiri, bersolek, memakai baju sendiri
● Seluruh pasien mendapatkan skrining disfagia dengan pemeriksaan menelan sebelum
memulai pemberian cairan atau makanan secara oral. Disfagia: proteksi untuk mencegah
aspirasi dengan penggunaan NGT atau gastrostomy tube replacement.
15
● Untuk mencegah regurgitasi dan aspirasi: kepala bed harus tetap elevasi
16
● Keterbatasan akibat stroke dan rehabilitasinya
1. Gangguan Komunikasi
- Afasia
- Disartria
Gangguan dalam mengekspresikan bahasa verbal, akibat kelemahan dan atau gangguan
koordinasi pada organ bicara dan artikulasi. Parameter yang terkena pada disatria : Respirasi,
Fonasi / suara, Artikulasi, Resonansi dan prasodi. Terapi latihan sesuai penyebab disatria
Pasien stroke disertai gangguan fungsi luhur, memerlukan rehabilitasi spesifik. Rehabilitasi
ini untuk mengembailkan kemampuan fungsional (karena ada gangguan kognisi) tersebut
lebih sulit dan memerlukan waktu lebih lama.
Disfagia merupakan gejala klinis penting karena menempatkan pasien pada risiko aspirasi
dan pneumonia, selain dehidrasi dan malnutrisi . Suara pasien yang serak basah perlu
dicuragai adanya gangguan menelan.
Apabila ternyata pasien tidak dapat menelan atau suara menjadi basah, maka makan dan
17
minum per oral harus dihentikan. Pasien memerlukan pemeriksaan fungsi menelan lebih
lanjut dengan VFSS (video fluorosgraphic swallow study) atau FEES (fiberoptic endoscopic
evaluation of swallowing).
Gangguan Miksi yang terjadi pada stroke adalah uninhibited bladder yang menimbulkan
inkontinensia urin. Pasien dengan inkontinensia urin dapat diatasi dengan manajemen waktu
kemih, catat waktu dan jumlah minum dan urin pada Voiding Diary selama minimal 3 hari
berturut turut.
Gangguan Defekasi pada fase subakut adalah konstipasi karena Imobiliasasi. Sarankan pasien
untuk bergerak aktif dab berikan cukup cairan (sekitar 40 ml/kg/bb + 500 ml/ cairan bila
tidak tidak ada kontraindikasi), serta mekan makanan yang tinggi serat, bila perlu obat
laksatif
6. Gangguan Berjalan
Terapi latihan menuju ambulasi jalan perlu diberikan bertahap, dimulai dari kemampuan
mempertahankan posisi duduk statik dan dinamik, keseimbangan berdiri statik dan dinamik
kemudian latihan berjalan.
1. Dalam latihan berdiri perlu selalu diperhatikan bahwa panggul harus pada posisi ekstensi
0 derajat, lutut mengunci pada posisi ekstensi, sedangkan pergelangan kaki dalam posisi
netral 90 derajat.
2. Pastikan berat badan tertumpu juga pada tungkai sisi yang sakit.
3. Paralel bar yaitu palang dari besi, kayu atau bambu yang dipasang sejajar, lalu letakan kaca
setinggi tubuh di depan paralel bar agar pasien dapat melihat sendiri postur berdiri serta
jalannya dan melakukan koreksi secara aktif.
4.Apabila jalan sudah cukup stabil di dalam paralel bar, maka latihan jalan dapat dilanjutkan
dengan memakai tripod, yaitu tongkat yang ujung bawahnya bercabang tiga.
18
Program latihan untuk stroke fase kronis tidak banyak bereda dengan fase sebelumnya.
Hanya dalam fase ini sirkuit-sirkuit gerak/aktivitas sudah terbentuk, membuat pembentukan
sirkuit baru menjadi lebih sulit dan lambat. Hasil latihan masih tetap dapat berkembang bila
ditujukan untuk memperlancar sirkuit yang telah terbentuk sebelumnya, membuat gerakan
semakin baik dan penggunaan tenaga semakin efisien. Latihan endurans dan penguatan otot
secara bertahap terus ditingkatkan, sampai pasien dapat mencapai aktivitas aktif yang
optimal.
Tergantung pada beratnya stroke, hasil luaran rehabilitasi dapat mencapai berbagai tingkat
seperti :
Latihan Fungsional
19
. 2. Latihan duduk ke berdiri
20
3. Latihan berdiri
21
4. Latihan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
22
Terapi Kelemahan Motorik: Mobilisasi Dini
Berbaring terlentang:
● Posisi kepala, leher, dan punggung harus lurus.
● Letakkan bantal dibawah lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu terangkat
ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke arah luar, siku dan pergelangan
tangan agak ditinggikan.
● Letakkan pula bantal dibawah paha yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah
dalam, lutut agak ditekuk.
23
Miring ke sisi yang lumpuh:
● Lengan yang lumpuh menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu penderita tidak
memutar secara berlebihan.
● Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang lumpuh
dengan diganjal bantal.
24
B. Latihan pasif pada siku
Pegang pergelangan tangan dan siku pasien yang lumpuh, dengan perlahan gerakan lengan
bawah pasien ke arah fleksi dan ekstensi serta gerakan supinasi dan pronasi dengan cara
memegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya menggenggam telapan tangan
pasien.
25
C. Latihan pasif pada bahu
Posisi pasien masih dalam supinasi, genggam pergelangan tangan pasien dan pegang pada
bagian siku untuk stabilisasi. Gerakan yang dilakukan pada bahu adalah fleksi dengan siku
ekstensi, sirkumduksi, serta gerakan abduksi dan adduksi.
26
B. Latihan pasif pada lutut dan panggul
Gerakan latihan pada lutut dan panggul dapat dilakukan bersamaan dengan memegang bagian
tumit/pergelangan tungkai bawah pasien yg lumpuh dan bagian lutut. Pertama, posisi lutut
dalam keadaan ekstensi. Kemudian gerakan tungkai untuk mencapai fleksi dan ekstensi pada
panggul, adduksi dan abduksi pada panggul, serta sirkumduksi.
27
Kedua, posisi tungkai dalam keadaan fleksi terhadap panggul dan lakukan gerakan fleksi dan
ekstensi pada lutut.
Diagnosis Banding
Komplikasi
28
Komplikasi pada kasus stroke dapat dibagi menjadi komplikasi neurologis dan non-
neurologis. Komplikasi neurologis serius dari stroke adalah brain edema, infarct baru,
Intraparenchymal hemorrhage, dan carotid stenosis. Komplikasi non-neurologis dapat berupa
deep vein thrombosis (DVT), emboli paru, aspiration pneumonia, urinary tract infection
(UTI), terjatuh, serta disfungsi bowel atau bladder. Selain itu, immobilisasi pada pasien
stroke juga dapat menyebabkan kontraktur, komplikasi orthopedic, atrophy, and parese saraf
akibat tekanan. Selain itu, pasien juga dapat mengalami subluxation pada bahu yang
terdampak.
Prognosis
Prognosis jangka pendek pasien stroke atherothrombotic akan selamat. Namun, prognosis
sebenarnya tergantung luas atau kecilnya daerah yang terkena, seberapa cepat dalam
bertindak, usia pasien serta adanya riwayat penyakit penyerta lainnya. Selain itu, angka
rekurensi terjadinya stroke kembali dalam waktu lima tahun adalah 25%.
Prognosis fungsional penderita stroke tergantung usia, komorbiditas, keparahan stroke, serta
waktu memulai rehabilitasi kembali. Selain itu, semakin cepat memulai rehabilitasi dapat
mencegah terjadinya komplikasi sekunder seperti kontraktur. 70% pasien stroke dapat pulih
secara fungsi dalam waktu empat minggu hingga tiga bulan.
Pada pasien yang belum menunjukan tanda pergerakan dalam waktu tiga minggu akan
mendapatkan prognosis yang buruk dalam pengembalian fungsinya.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfa A Y. Neurolofy in daily practice 1st ed: Penatalaksanaan stroke fase akut. 2018
2. PERDOSSI Guideline stroke. Jakarta: Penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI); 2011.
3. Lambert M. Practice Guidelines: AHA/ASA guidelines on prevention of recurrent
stroke. Am Fam Physician2011;83(8):993–1001.
4. Ropper A, Brown R. Adams and victor’s principles of neurology 8th edition. New
30
31