Anda di halaman 1dari 31

CLINICAL SCIENCE SESSION

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


“REHABILITASI STROKE”

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Disusun Oleh:

Anggit Tresna Rengganis 12100118583


Siti Sasa Alviani 12100118501
Angel Anggita Umar 12100119176
Hasna Sitti Hanifa 12100118527

Mita Ayu Amelianti 12100116057

Nurain Afmifta H 12100118633

Maulydiani Komarliawati 12100118525


Joda Isham Satriadi 12100119054

Agnes Aryani Putri 12100119014

Preseptor:
Ami Rachmi, dr., Sp. KFR.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS AL-IHSAN BANDUNG
2020

DAFTAR ISI

1
DAFTAR ISI 2

CLINICAL SCIENCE 3
Definisi 3
Etiologi 3
Epidemiologi 4
Klasifikasi 4
Faktor Risiko 5
Manifestasi Klinis 8
Diagnosis 9
Tata Laksana Umum 14
Rehabilitasi Stroke 16
Diagnosis Banding 30
Komplikasi 30
Prognosis 30

DAFTAR PUSTAKA 31

CLINICAL SCIENCE
STROKE

2
Definisi
Stroke adalah kejadian tiba-tiba yang mengakibatkan kerusakan permanen pada area orak
yang disebabkan oleh pembuluh darah yang tersumbat atau perdarahan di dalam otak

Etiologi
1. Traumatic Injury to the brain
2. Demyelinationg lesion
3. Brain tumor
4. Cerebral embolism
5. Trauma to extracranial arteries
a. Thromboembolic occlusion
b. Dissection
6. Subarachnoid hemorrhage
a. Aneurysm
b. Arteriovenous malformation
7. Sickle cell anemia
8. Vasculopathy
a. Moyamoya disease
b. Systemic lupus erythematosus
c. Drug induced
d. Vasculitis
9. Coagulopathy
a. Deficiency of antithrombin III
b. Deficiency of protein C
c. Deficiency of protein S
10. Homocystinuria
11. Oral contraceptives
12. Postpartum
13. Drug induced

Epidemiologi
Stroke is a major cause of death and disability in many countries. It was reported that, in
2013, globally, there were nearly 25.7 million stroke survivors, 6.5 million deaths due to
stroke, 113 million disability-adjusted life-years (DALYs) lost because of stroke, and 10.3

3
million new cases of strokes.

A majority of the stroke burden was observed in developing countries, accounting for 75.2%
of all stroke-related deaths and 81.0% of the associated DALYs lost.

Faktor Risiko
Non-Modifiable :
⚫ Umur-semakin tua.
⚫ Jenis Kelamin-sering pada pria dibanding wanita. Namun, kematian akibat stroke
terjadi pada wanita.
⚫ Ras dan etnik-sering pada orang berkulit hitam karena berpotensi untuk terkena
hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas.
⚫ Herediter-terdapat stroke di kalangan anggota keluarga.

Modifiable:

⚫ Mayor:
⚫ Hipertensi
⚫ Heart Disease (Ventricular hypertrophy, cardiac failure)
⚫ Diabetes mellitus
⚫ Minor:
⚫ Hiperlipidemia

4
⚫ Homocystein
⚫ Hematokrit > 45%
⚫ Smoking
⚫ Alkohol
⚫ Obesitas
Klasifikasi

American Heart Association (AHA). Heart Disease and Stroke Statistics 2003
Cakrabarty, Shivane, Neuropathology Article, volume 8 Number 1 2008

Stroke dibagi menjadi 2 tipe

5
1. Stroke ischemic atau non hemmorhagic yang diakibatkan oleh pembekuan darah
pada pembuluh darah di otak
2. Stroke hemorrhagic diakibatkan karena perdarahan di otak

STROKE ISCHEMIC
Stroke iskemik merupakan episode disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark
serebral, spinal, atau infark retina dengan gejala bertahan selama lebih dari 24 jam.
sedangkan serangan iskemik transien (TIA) didefinisikan sebagai “episode transien disfungsi
neurologis yang disebabkan oleh focal brain, sumsum tulang belakang atau iskemia retina
tanpa infark akut. TIA biasanya disebut stroke mini dengan gejala bersifat sementara (yaitu
berlangsung selama beberapa menit hingga berjam-jam tetapi kurang dari 24 jam).
Sebuah sistem untuk kategorisasi subtipe stroke iskemik, terutama berdasarkan
etiologi dan mekanismenya, yang mengarah ke oklusi pembuluh darah, dikembangkan dalam
Acute Stroke Treatment (TOAST)
Klasifikasi TOAST adalah yang paling banyak digunakan dan mencakup:

1. Large-vessel atherothrombosis

Atherothrombosis pada pembuluh besar mengacu pada pembentukan plak


aterosklerotik pada dinding pembuluh darah besar dan dapat mempengaruhi arteri
ekstrakranial dan intrakranial. Tempat yang paling umum untuk pembentukan
plak aterosklerotik yaitu di common carotid arteri. Dalam atheroembolisme,
trombus terbentuk di dinding pembuluh darah pecah yang dibawa ke cabang
arteri yang lebih kecil.

2. Cardioembolism;

Cardioembolism terjadi sebagai akibat dari gumpalan darah, yang mungkin telah
terbentuk di dalam jantung terlepas, memasuki sirkulasi dan kemudian bersarang
di dalam arteri serebral. Gumpalan dapat terbentuk di dalam jantung karena stasis
darah intrakardiak (mis. Fibrilasi atrium) atau sebagai akibat dari melekatnya alat
atau lesi trombogenik (mis. Katup prostetik yang ditanamkan).

3. Small-vessel disease;

6
Penyakit pada pembuluh darah kecil mengacu pada penyakit oklusif yang
melibatkan mikrosirkulasi di otak. Lokasi umum untuk penyakit pembuluh darah
kecil termasuk area hemispheric white matter, regio dalam white matter yaitu
internal capsule, proximal middle cerebral artery. Pada pons in the midbrainstem,
yang disupply oleh basilar artery. Pada thalamus, terutama pada cabang posterior
cerebral arteries. Infark di daerah ini kecil (<1,5 cm) dan tergantung pada lokasi di
dalam otak, biasanya menghasilkan salah satu sindrom lacunar klasik.

4. Other determined causes;

Termasuk stroke ang disebabkan oleh extracranial arterial dissections,


nonatheroscleotic vasculopathies, hypercoagulable states or haematologic disorder

5. Undetermined causes.

Sekitar 40% dari stroke iskemik adalah penyebab yang tidak ditentukan, hal in
dapat dinyatakan cryptogenic setealh dilakukan assesment dan neuroimaging,
cardiac atau haematologic test tidak ditemukan penyebab dari stroke.

STROKE HEMMORHAGIC
Terdapat dua jenis stroke hemoragik: subarachnoid haemorrhage (SAH), yang terdiri
dari sekitar 5% dari semua stroke, dan intracerebral haemorrhage (ICH), sekitar 10% dari
semua stroke. SAH terjadi akibat perdarahan dari pembuluh darah otak, aneurisma atau
malformasi vaskular ke ruang subarachnoid, ruang yang mengelilingi otak di mana pembuluh
darah terletak di antara arachnoid dan pia mater.

Klasifikasi berdasarkan etiologi :


- Disebabkan pecahnya pembuluh darah yang disebabkan oleh kerusakan
dinding arteri(arteriosclerosis), atau karena kelainan kongenital (malformasi
arteri-vena), infeksi (sifilis), dan trauma.
- PIS : Karena pecahnya mikroaneurisma (charcot boucard) akibat hipertensi
maligna. Paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, pons dan batang
otak

7
Klasifikasi berdasarkan anatomi

- Perdarahan intraserebral : pembuluh yang pecah terdapat didalam otak.

- Perdarahan subarachnoid: pembuluh yang pecah terdapat di ruang subarachnoid.

Klasifikasi berdasarkan etiologi :

a. Perdarahan intraserebral primer (hipertensif): disebabkan oleh hipertensif


kronik yang menyebabkan vaskulopati serebral akibat pecahnya pembuluh
darah otak.

- Putaminal Hemorrhage

- Thalamic Hemorrhage

- Pontine Hemorrhage

- Cerebellar hemorrhage

- Lobar Hemorrhage

b. Perdarahan sekunder: terjadi akibat anomaly vaskuler kongenital, koagulopati,


tumor otak, vaskulopati non hipertensif, vasculitis, post stroke iskemik, obat
anti koagulan.

Manifestasi Klinis

8
9
10
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis, harus ditemukan empat hal yang menjadi pengertian
stroke sendiri :
● Defisit neurologis fokal atau global.
● Berlangsung > 24 jam atau menyebabkan kematian.
● Akut atau mendadak.
● Dikarenakan semata-mata kelainan pembuluh darah otak.
Jika terdapat empat ciri khas stroke di atas, maka bisa dikatakan bahwa
pasien mengalami stroke. Langkah selanjutnya adalah menentukan diagnosis
etiologi, lokalisasi, dan faktor resiko stroke. Untuk itu diperlukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, neurologis.
1. Anamnesis
● Gejala mendadak pada saat awal, lama awitan dan aktivitas saat serangan
● Gejala yang muncul beserta kelanjutannya: progresif memberat, perbaikan,
atau menetap
● Gejala penyerta: penurunan kesadaran, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
gangguan pengelihatan, atau gangguan fungsi kognitif
● Ada tidaknya faktor risiko stroke
2. Pemeriksaan fisik
● Tanda vital
● Pemeriksaan kepala dan leher (mencari cedera akibat jatuh, bruit karotis,
peningkatan tekanan vena jugularis)
● Pemeriksaan neurologis, meliputi pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan nervus
kranialis, pemeriksaan kaku kuduk (biasanya + pada pendarahan subaraknoid,
pemeriksaan sensorik, reflex, motorik, dan pemeriksaan fungsi kognitif
sederhana berupa ada tidaknya afasia atau dengan mini mental stase
examination (MMSE) saat di ruangan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan diagnosis etiologi, lokalisasi, dan faktor


resiko stroke. Untuk itu diperlukan anamnesa, pemeriksaan fisik, neurologis. Berkut
tabel yang menampilkan perbedaan masing-masing jenis stroke :

Tabel Diagnosis Banding antara Stroke Infark, PIS dan PSA

11
KRITERIA INFARK PIS PSA

1. Anamnesa

TIA + - -

Istirahat + - -

Aktivitas - + +

Nyeri kepala - + ++

2. Pemeriksaan Fisik

Defisit neurologic + + +

Penurunan kesadaran - + +

Kaku kuduk - + +

Tekanan darah sedang Variasi Sedang

3.Pemeriksaan tambahan

Punksi lumbal Jernih Xantochrome Gross haemorrhagic

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan. Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum
adalah didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan
gambaran hiperdens.

2. Pemeriksaan MRI

12
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.

4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan
ada tidaknya stenosis arteri karotis.

5. Pemeriksaan Pungsi Lumbal


Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada stroke PIS
didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna kekuningan. Pada PSA
didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan
(jernih).
6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen kimia
darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit darah,
Thoraks Foto, EKG, Echocardiografi.
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan
diastolik) -(3 x atheroma) – 12
• >1 : Perdarahan otak
• < -1 : Infark otak
• -1 < SSS < 1 : Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)

Tatalaksana
1. Fase Akut
a. Pre-Hospital
● Deteksi gejala stroke
● Menghubungi ambulan
● Minimal petugas yang menemani sebanyak 3 orang dan membawa oksigen,
saturasi oksigen, glukometri, EKG jika memungkinkan

13
b. Ruang Gawat Darurat
● Diagnosis Stroke
● Terapi Umum (Stabilisasi kesadaran, stabilisasi hemodinamik,
stabilisasi tekanan darah, tatalaksana TTIK, stabilisasi cairan dan
elektrolit.
2. Fase Lanjutan
a. Ruang Rawat Inap
● Keseimbangan cairan 30ml/kgbb/hari (atau holiday segar)
● Jaga kebutuhan nutrisi enteral 30kkal/kgBB/hari
● Manajemen faktor risiko (hipertensi, dislipidemia, diabetes militus -
yang berisfat modified)
● Pemberian antiagregasi platelet pada stroke iskemik
● Mobilisasi pasif dan aktif (fisioterapi)

b. Tatalaksana lanjutan setelah rawat inap dan pengontrolan faktor risiko


Tatalaksana ini perlu dilakukan karena 1 dari 4 penderita stroke
mengalami stroke berulang pada 5 tahun kemudian, maka dari itu perlu
modifikasi gaya hidup terutama untuk mengstabilisasi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi.
● Modifikasi gaya hidup
● Pengendalian faktor risiko
● Pencegahan trombosis berulang
● Restorasi dan rehabilitasi
● Pengaturan pola makan
● Menghentikan rokok
● Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
● Melakukan olahraga teratus
● Melakukan aktifitas fisik aerobik 3 kali seminggu
● Menghindari stress dan beristirahat cukup

Rehabilitasi
Tujuan dari rehabilitasi stroke adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke dan
memaksimalkan fungsional sehingga penyandang stroke mampu mandiri dalam melakukan
kegiatan sehari-hari dan mengontrol faktor risiko yang memungkinkan terjadinya serangan

14
ulang, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Kriteria Rehabilitasi

Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa fase. Pembagian ini dalam
rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan untuk menentukan tujuan (goal) dan jenis intervensi
rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:
a. stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke
b. stroke fase subakut: antara 2 minggu - 6 bulan pasca stroke
c. stroke fase kronis: diatas 6 bulan pasca stroke

a. Rehabilitasi Fase Akut Stroke


Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil, umumnya dalam perawatan di
rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa ataupun di unit stroke. Dibandingkan dengan
perawatan di ruang rawat biasa, pasien yang di rawat di unit stroke memberikan outcome
yang lebih baik. Pasien menjadi lebih mandiri, lebih mudah kembali dalam kehidupan
sosialnya di masyarakat dan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik.

● Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin. Dimulai dengan latihan pasif hingga aktif
seperti;
- Task : bergeser tempat, perubahan posisi, berbaring lalu duduk dan sebaliknya,
berpindah dari kasur ke kursi roda, berdiri, dan jalan
- Self-care activity : makan sendiri, bersolek, memakai baju sendiri
● Seluruh pasien mendapatkan skrining disfagia dengan pemeriksaan menelan sebelum
memulai pemberian cairan atau makanan secara oral. Disfagia: proteksi untuk mencegah
aspirasi dengan penggunaan NGT atau gastrostomy tube replacement.

15
● Untuk mencegah regurgitasi dan aspirasi: kepala bed harus tetap elevasi

● Kesulitan mengontrol BAK → hypotonic bladder: regular intermittent catheterization


lebih baik daripada indwelling catheter.
● Hemiplegia dapat meningkatkan risiko kontraktur dan spastisitas sehingga peregangan
pasif dan pergerakan sendi perlu dilakukan setidaknya 2x sehari.
● DVT : mobilisasi, penggunaan UFH (unfractionated heparin) dosis rendah untuk
mencegah thrombosis vena dalam/emboli untuk pasien stroke iskemik dan kesulitan
mobilisasi, atau external pneumatic compression boots.

b. Rehabilitasi Fase Sub Akut Stroke


Pada fase ini ditandai dengan kondisi medis dan hemodinamik yang telah stabil dan
adanya proses pemulilahan dan reorganisasi pada sistem syaraf. Tujuan pada fase ini
mengoptimalkan pemulihan kemampuan fungsional seseorang setelah stroke sesuai dengan
kondisi dan tingkat keparahan stroke, sehinggga mampu melakukan aktivitas sehari hari dan
dan mampu melakukan perannya secara mandiri.
Fase ini merupakan fase penting untuk pemulihan fungsional (Golden period).

Intervensi rehabilitasi stroke pada fase subakut ditujukan untuk :

1. Mencegah terjadinya komplikasi yang disebabkan tirah baring


2. Menyiapkan atau mempertahankan kondisi yang memungukinkan peulihan fungsional
yang paling optimal
3. Mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari hari
4. Mengembalikan kebugaran fisik dan mental

16
● Keterbatasan akibat stroke dan rehabilitasinya
1. Gangguan Komunikasi
- Afasia

Afasia didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan


simbol bahasa. Rehabilitasi yang harus dilakukan pada gangguan afasia :

a. Pasien harus diajak berbicara dengan suara biasa


b. Jangan terlalu cepat dan dengan kalimat pendek yang mengandung 1 informasi dalam
setiap kalimat
c. Jangan diajarkan mengeja huruf, karena membuat pasien frustasi

- Disartria

Gangguan dalam mengekspresikan bahasa verbal, akibat kelemahan dan atau gangguan
koordinasi pada organ bicara dan artikulasi. Parameter yang terkena pada disatria : Respirasi,
Fonasi / suara, Artikulasi, Resonansi dan prasodi. Terapi latihan sesuai penyebab disatria

a. Memperbaiki kontrol pernafasan


b. Meningkatkan kelenturan dan penguatana organ bicara dan artikulasi termasuk otot wajah,
leher dan otot pernafasan.

2. Gangguan Fungsi Luhur

Pasien stroke disertai gangguan fungsi luhur, memerlukan rehabilitasi spesifik. Rehabilitasi
ini untuk mengembailkan kemampuan fungsional (karena ada gangguan kognisi) tersebut
lebih sulit dan memerlukan waktu lebih lama.

4. Gangguan Menelan (Disfagia)

Disfagia merupakan gejala klinis penting karena menempatkan pasien pada risiko aspirasi
dan pneumonia, selain dehidrasi dan malnutrisi . Suara pasien yang serak basah perlu
dicuragai adanya gangguan menelan.

Apabila ternyata pasien tidak dapat menelan atau suara menjadi basah, maka makan dan

17
minum per oral harus dihentikan. Pasien memerlukan pemeriksaan fungsi menelan lebih
lanjut dengan VFSS (video fluorosgraphic swallow study) atau FEES (fiberoptic endoscopic
evaluation of swallowing).

5. Gangguan Fungsi Miksi dan Defekasi

Gangguan Miksi yang terjadi pada stroke adalah uninhibited bladder yang menimbulkan
inkontinensia urin. Pasien dengan inkontinensia urin dapat diatasi dengan manajemen waktu
kemih, catat waktu dan jumlah minum dan urin pada Voiding Diary selama minimal 3 hari
berturut turut.

Gangguan Defekasi pada fase subakut adalah konstipasi karena Imobiliasasi. Sarankan pasien
untuk bergerak aktif dab berikan cukup cairan (sekitar 40 ml/kg/bb + 500 ml/ cairan bila
tidak tidak ada kontraindikasi), serta mekan makanan yang tinggi serat, bila perlu obat
laksatif

6. Gangguan Berjalan

Terapi latihan menuju ambulasi jalan perlu diberikan bertahap, dimulai dari kemampuan
mempertahankan posisi duduk statik dan dinamik, keseimbangan berdiri statik dan dinamik
kemudian latihan berjalan.

1. Dalam latihan berdiri perlu selalu diperhatikan bahwa panggul harus pada posisi ekstensi
0 derajat, lutut mengunci pada posisi ekstensi, sedangkan pergelangan kaki dalam posisi
netral 90 derajat.

2. Pastikan berat badan tertumpu juga pada tungkai sisi yang sakit.

3. Paralel bar yaitu palang dari besi, kayu atau bambu yang dipasang sejajar, lalu letakan kaca
setinggi tubuh di depan paralel bar agar pasien dapat melihat sendiri postur berdiri serta
jalannya dan melakukan koreksi secara aktif.

4.Apabila jalan sudah cukup stabil di dalam paralel bar, maka latihan jalan dapat dilanjutkan
dengan memakai tripod, yaitu tongkat yang ujung bawahnya bercabang tiga.

c. Rehabilitasi stroke fase kronik

18
Program latihan untuk stroke fase kronis tidak banyak bereda dengan fase sebelumnya.
Hanya dalam fase ini sirkuit-sirkuit gerak/aktivitas sudah terbentuk, membuat pembentukan
sirkuit baru menjadi lebih sulit dan lambat. Hasil latihan masih tetap dapat berkembang bila
ditujukan untuk memperlancar sirkuit yang telah terbentuk sebelumnya, membuat gerakan
semakin baik dan penggunaan tenaga semakin efisien. Latihan endurans dan penguatan otot
secara bertahap terus ditingkatkan, sampai pasien dapat mencapai aktivitas aktif yang
optimal.

Tergantung pada beratnya stroke, hasil luaran rehabilitasi dapat mencapai berbagai tingkat
seperti :

a. Mandiri penuh dan kembali ke tempat kerja seperti sebelum sakit.


b. Mandiri penuh dan bekerja namun alih pekerjaan yang lebih ringan sesuai kondisi
c. Mandiri penuh namun tidak bekerja
d. Aktivitas sehari-hari perlu bantuan minimal dari orang lain atau
e. Aktivitas sehari-hari sebagian besar atau sepenuhnya dibantu orang lain..

Latihan Fungsional

1. Latihan aktifitas tidur ke duduk dan duduk ke tidur

19
. 2. Latihan duduk ke berdiri

20
3. Latihan berdiri

Latihan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda

21
4. Latihan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda

22
Terapi Kelemahan Motorik: Mobilisasi Dini

1. Pelaksanaan Mobilisasi Dini Posisi Tidur

Berbaring terlentang:
● Posisi kepala, leher, dan punggung harus lurus.

● Letakkan bantal dibawah lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu terangkat
ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke arah luar, siku dan pergelangan
tangan agak ditinggikan.
● Letakkan pula bantal dibawah paha yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah
dalam, lutut agak ditekuk.

Miring ke sisi yang sehat:


● Bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan, lengan yang lumpuh memeluk bantal
dengan siku di luruskan.
● Kaki yang lumpuh diletakkan di depan, di bawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut
ditekuk.

23
Miring ke sisi yang lumpuh:
● Lengan yang lumpuh menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu penderita tidak
memutar secara berlebihan.
● Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang lumpuh
dengan diganjal bantal.

2. Latihan gerak sendi


1. Latihan pada anggota gerak atas (pasif)
Posisi pasien dalam keadaan supinasi, terapis berada di samping bed dekat sisi yang sakit.

A. Pergelangan tangan dan jari


Genggam pergelangan tangan pasien dan genggam tangan pasien dari sisi jari kelingking
kemudian gerakan jari-jari pasien dengan membuka dan menutup secara bersamaan,
kemudian menggerakan pergelangan tangan pasien ke arah fleksi, ekstensi pergelangan,
radial deviasi dan ulnar deviasi.

24
B. Latihan pasif pada siku
Pegang pergelangan tangan dan siku pasien yang lumpuh, dengan perlahan gerakan lengan
bawah pasien ke arah fleksi dan ekstensi serta gerakan supinasi dan pronasi dengan cara
memegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya menggenggam telapan tangan
pasien.

25
C. Latihan pasif pada bahu
Posisi pasien masih dalam supinasi, genggam pergelangan tangan pasien dan pegang pada
bagian siku untuk stabilisasi. Gerakan yang dilakukan pada bahu adalah fleksi dengan siku
ekstensi, sirkumduksi, serta gerakan abduksi dan adduksi.

2. Latihan pasif pada anggota gerak bawah (pasif)


A. Posisi pasien supinasi. Pegang bagian jari jari pasien kemudian gerakan secara
bersamaan dengangerakan fleksi dan ekstensi, gerakan inversi dan eversi, serta gerakan
dorsofleksi dan plantarfleksi.

26
B. Latihan pasif pada lutut dan panggul
Gerakan latihan pada lutut dan panggul dapat dilakukan bersamaan dengan memegang bagian
tumit/pergelangan tungkai bawah pasien yg lumpuh dan bagian lutut. Pertama, posisi lutut
dalam keadaan ekstensi. Kemudian gerakan tungkai untuk mencapai fleksi dan ekstensi pada
panggul, adduksi dan abduksi pada panggul, serta sirkumduksi.

27
Kedua, posisi tungkai dalam keadaan fleksi terhadap panggul dan lakukan gerakan fleksi dan
ekstensi pada lutut.

Diagnosis Banding
Komplikasi

28
Komplikasi pada kasus stroke dapat dibagi menjadi komplikasi neurologis dan non-
neurologis. Komplikasi neurologis serius dari stroke adalah brain edema, infarct baru,
Intraparenchymal hemorrhage, dan carotid stenosis. Komplikasi non-neurologis dapat berupa
deep vein thrombosis (DVT), emboli paru, aspiration pneumonia, urinary tract infection
(UTI), terjatuh, serta disfungsi bowel atau bladder. Selain itu, immobilisasi pada pasien
stroke juga dapat menyebabkan kontraktur, komplikasi orthopedic, atrophy, and parese saraf
akibat tekanan. Selain itu, pasien juga dapat mengalami subluxation pada bahu yang
terdampak.

Prognosis
Prognosis jangka pendek pasien stroke atherothrombotic akan selamat. Namun, prognosis
sebenarnya tergantung luas atau kecilnya daerah yang terkena, seberapa cepat dalam
bertindak, usia pasien serta adanya riwayat penyakit penyerta lainnya. Selain itu, angka
rekurensi terjadinya stroke kembali dalam waktu lima tahun adalah 25%.

Prognosis fungsional penderita stroke tergantung usia, komorbiditas, keparahan stroke, serta
waktu memulai rehabilitasi kembali. Selain itu, semakin cepat memulai rehabilitasi dapat
mencegah terjadinya komplikasi sekunder seperti kontraktur. 70% pasien stroke dapat pulih
secara fungsi dalam waktu empat minggu hingga tiga bulan.

Pada pasien yang belum menunjukan tanda pergerakan dalam waktu tiga minggu akan
mendapatkan prognosis yang buruk dalam pengembalian fungsinya.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Alfa A Y. Neurolofy in daily practice 1st ed: Penatalaksanaan stroke fase akut. 2018
2. PERDOSSI Guideline stroke. Jakarta: Penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI); 2011.
3. Lambert M. Practice Guidelines: AHA/ASA guidelines on prevention of recurrent
stroke. Am Fam Physician2011;83(8):993–1001.
4. Ropper A, Brown R. Adams and victor’s principles of neurology 8th edition. New

York: McGraw Hill; 2005.

5. Armar, Paresh. (2018). Stroke: Classification and diagnosis. Pharmaceutical Journal.


10. 10.1211/CP.2018.20204150.
6. Rymer MM, Summers D. Ischemic stroke: prevention of complications and secondary
prevention. Mo Med. 2010;107(6):396-400.
7. Delisa. Physical Medicine & Rehabilitation 5th edition. Philadelphia.2010
8.

30
31

Anda mungkin juga menyukai