Awal masa khalifah Abu Bakar adalah menghadapi persoalan yang cukup berat
dengan adanya Nabi-Nabi palsu yang memproklamirkan kenabiannya sehingga banyak
umat Islam yang mengikutinya dan keluar dari keislamannya.
Diantara nabi palsu itu yaitu Musailamah al-Kadzdzab (12H), Abu Bakar
mengantisifasi persoalan ini dengan mengirimkan para tentara untuk mengajak orangorang yang murtad kembali kepada Islam karena mereka tidak mau kembali, maka
terjadilah peperangan yang disebut peperangan Yamamah. Dalam peperangan tersebut
telah syahid 70 orang Qura (Hufadz/penghapal al-Quran), bahkan pertempuran di sumur
Maunah telah syahid pula 70 orang Hufadz al-Quran meninggal dunia.
Kejadian ini mendorong Umar bin Khattab mengusulkan kepada Khalifah Abu
Bakar untuk mengkodifikasikan (Jamul Quran) ayat al-Quran yang berserakan dalam
mushaf-mushaf para sahabat.
Alasan Umar bin Khattab untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yaitu :
1. Banyaknya para hufadz al-Quran yang meninggal dunia
2
sebagai mushaf sandaran. Mushaf yang disimpan oleh Khalifah Usman disebut mushaf
al-Imam.
Penyalinan ini dilakukan oleh 4 sahabat, yaitu :
1. Zaid bin tsabit
2. Abdullah bin Zubair
3. Said bin Ash
4. Abdurrahman bin Hisyam
Mushaf al-Quran yang ditulis pada masa Nabi sampai pada masa Khalifah Abu
Bakar ditulis dengan tulisan Arab Kufi (Kufah). Tulisan al-Quran tersebut belum memakai
tanda nuqtah (titik) dan syakal (baris).
Pada masa khalifah Muawiyyah bin Abi Sofyan (40-60 H), Abu Aswad ad-Dauly
memberi baris bagi huruf-huruf al-Quran, dan pada masa khalifah Abdul Malik bin
Marwan (65-86 H) melalui perantaraan panglima Hajaj bin Yusuf diperintahkan pula
supaya masing-masing huruf al-Quran yang serupa diberi tanda secukupnya
umpamanya : huruf ba, ta, tsa dan sebagainya dengan tujuan agar tidak timbul
kekeliruan dalam bacaan.
Usaha ini dilanjutkan oleh Nashar bin Ashim atas perintah al-Hajjaj yaitu dengan
memberi tanda titik pada masing-masing huruf yang diperlukan dengan secukupnya.
Khalil bin Ahmad mengubah sistem baris Abu al-Aswad dengan menjadikan alif
yang dibaringkan di atas huruf tanda baris di atas, dan yang di bawah huruf tanda baris
di bawah, dan waw tanda baris di depan, dan beliau juga yang memberi dan membuat
tanda mad (panjang bacaan/pembacaan) dan tasydid (tanda ganda huruf).
Maknanya ialah :
1. Sebagai jawaban kepada suatu kasus (kejadian) yang terjadi pada waktu itu
maka turun satu ayat atau beberapa ayat.
2. Suatu pertanyan yang diajukan kepada Nabi baik itu dari para sahabat atau
orang kafir.
3. memberi ketegasan tentang suatu hukum syara
4. perincian dari suatu urusan tentang agama (Islam).
saahabat
yang
mengetahui
sebab-sebab
turunnya
suatu
ayat/beberapa ayat.
1. ----------------------------------------------------------------2. ----------------------------------------------------------------3 -----------------------------------------------------------------4 -----------------------------------------------------------------C. kedudukan Dalam kerangka penerapan Syariat islam
Mengetahui asbabul nuzul memberikan kemudahan dalam penempatan suatu
kasus dalam hukum Islam dan menghilangkan kesamaran hukum yang tidak diinginkan.
Faidah yang berguna dalam istimbat (menartik kesimpulan) ahkam (hukumhukum), yaitu :
1. mengetahui hikmah yang terkandung dalam hukum.
2. Menentujan hukum dengan sebab menurut sebagian yang berpendapat bahwa
suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.
3. memberikan jalan yang terbaik dalam memahami makna al-Quran, membuka
tabir yang tersembunyi yang dapat memelihara beberapa ayat dalam
penafsirannya bagi orang yang tidak mengetahui asbabul nuzul.
4. menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hasr (batasan sempit) suatu
ayat yang zahirnya hasr.
5. mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta
memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan.
V. Aqsam al-Quran
Pengertian Al-Qasam yaitu sumpah. Sumpah yang diucapkan oleh seseorang
baru bersifat mengikat, apabila telah terpenuhi unsur-unsur, :
1. adanya harful qasam (Huruf sumpah)
2. adanya Muqsam bih atau suatu yang agung
Dibalik perumpamaan itu biasanya ada pesan-pesan atau hikmah yaitu : bahwa
manusia itu condong kepada keinginannya, contoh kisah Musa dan Hidir, dimana nabi
Musa banyak menolak dari keinginan Hidir.
Contoh amsal dalam al-Quran dan urgensinya
1. Al-Hasyr, 59 : 21, memotivasi manusia untuk berfikir
2. Al-Ankabut, 29 : 43) menggugah keilmuwan agar melakukan penalaran
3. al-Zumar, 39 : 27 menyuruh manusia agar berdzikir
4. Muhammad, 47 : 15
5. Al-Baqarah, 2 : 264 : orang yang berinfaq dengan riya (tidak ihlas)
6. Al-Baqarah, 2 : 275 : menggambarkan yang gaib dalam gambaran yang nyata
7. Al-Fath, 48 : 48 : 29, dan al-Araf,77 : 175-176.Memberi pengaruh psikologis
terhadap umat islam sebagai peringatan dan pelajaran dalam kaitannya dengan
perbuatan baik dan buruk.
VII. Qishah al-Quran (Ceritera dalam al-Quran)
Maksud qashas artinya : ceritera atau kisah, dan mengikuti atau menelusuti jejak.
Secara istilah : menelusuri kembali peristiwa sejarah dengan menyampaikanya
secara kronologis (berurutan).
Qashas yang ditampilkan dalam al-Quran berkenaan dengan, yaitu :
1. kisah para Nabi/rasul
2. Tokoh perseorangan atau individu
3. Kelompok atau golongan tertentu
4. peristiwa-peristiwa tertentu
Tafsir ialah penjelasan tentang makna yang lahir (zhahir) dari ayat al-Quran,
Kata-kata tawil dalam al-Quran : ali Imran, 3:7; an-Nisa , 4:4; al-Araf, 7:53;
Yunus, 10:39; Yusuf, 12:6,21,36,37,44, 45,100 dan 101; Al-Usra, 17:35 dan al-Kahfi,
18:78, 82.
C. Macam-Macam tafsir :
1. Tafsir bir Riwayah (tafsir bin Naqli/ bil Matsur).
Sebagaian ayat al-Quran adalah merupakan penjelas
Memindahkan suatu kalam dari suatu bahasa kepada bahasa yang lainnya.
11
12. Kebenaran
diumpamakan
dengan
pohon
yang
baik,
akarnya
teguh
12
11. Orang yang bakhil ditimpa bahaya, dia akan memandang dengan mata yang
berbalik-balik bagaikan orang yang pingsan karena akan mati. (al-Ahzab, 33:19).
12. Orang-orang mukmin di surga akan diberi bidadari-2 yang tidak liar pandangannya
dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur burung unta yang tersimpan
dengan baik. (ash-Shaffat, 37:48-50).
13. Orang-orang kafir bersenang-senang di dunia dan mereka makan seperti makannya
binatang-binatang.
14. Orang-orang yang menggunjing sesama Muslim diumpamakan dengan orang yang
memakan daging saudaranya sendiri. (Al-Hujurat, 49:12).
15. Orang-orang yang kafir ketika keluar dari kuburan, mereka menundukkan pandanganpandangannya, dan diumpamakan seperti belalang yang beterbangan. (al-Qamar,
54:6-7).
16. Kaum Ad dihancurkan oleh Allah dengan angin, kehancuran mereka diumpamakan
dengan pohon kurma yang tumbang. (al-Qamar, 54 : 18-20).
17. Kaum Tsamud dihancurkan oleh Allah dengan suatu suara yang keras mengguntur.
Kehancuran mereka diumpamakan dengan rumput-rumput yang kering. (al-Qamar,
54;31).
18. Tuhan menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya. Kejadian-kejadiannya
diumpamakan dengan kejapan mata. (al-Qamar, 54:49-50).
19. Salah satu bahan pokok bagi kejadian manusia adalah tanah kering yang
diumpamakan dengan tembikar
20. Bidadari-bidadari di surga diumpamakan dengan Yakut dan Marjan (ar-Rahman,
55:14).
13
21. Bidadari-bidadari di surga bermata jeli, Mereka diumpamakan dengan mutiara yang
tersimpan dengan baik. (al-Waqiah, 56:22-23).
22. Kehidupan
dunia
diumpamakan
dengan
permainan
dan
perhiasan
dunia
diumpamakan dengan tanaman yang subur karena mendapat siraman hujan, lalu
kering dan menguning. (al-hadid, 57:20).
23. Luas surga diumpamakan dengan seluas langit dan bumi (Al-Hadid, 57:21).
24. Orang-orang yang munafik diumpamakan dengan kayu yang tersandar, maksudnya
ialah untuk menyatakan sifat-sifat mereka yang jelek; meskipun tubuh mereka bagusbagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi otak mereka kosong, tidak dapat
memahami kebenaran. (al-Munafiqun, 63:4).
25. Kehancuran langit pada hari kiamat diumpamakan dengan luluhan perak, dan
gunung-gunung seperti bulu yang beterbangan.
26. Ketakutan oarng-orang kafir terhadap akhirat diumpamakan dengan keledai liar yang
lari terkejut daripada singa. (al-Mudatstsir, 74:50-51).
27. kejadian manusia pada hari kiamat diumpamakan dengan anai-anai yang bertebaran
(al-Qariah, 101:4).
28. kehancuran tentara gajah diumpamakan dengan daun-daun yang dimakan ulat. (AlFil, 105:5).
14