Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN STROKE ISKEMIK


DI RUANG HOSANA
RS BAPTIS KEDIRI

Oleh :
AGNES RUT DARMAYANTI 01.1.17.00799

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN DIPLOMA III
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LAPORAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA : AGNES RUT DARMAYANTI


NIM : 01.1.16.00799
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN STROKE ISKEMIK
DI RUANG HOSANA RS BAPTIS KEDIRI

Pembimbing Akademik Kediri, 31 Maret 2020


Pembimbing Klinik

Fidiana Kurniawati, S. Kep., Ns., M. Kep Wahyu S, Amd. Kep

Mengetahui,
Kepala Ruang Hosana
RS Baptis Kediri

Ririne, Amd. Kep


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
Anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
dengan Stroke Iskemik di Ruang Hosana RS Baptis Kediri.
Adapun Asuhan Keperawatan ini saya susun dan saya kerjakan jauh dari
sempurna masih mengingat banyak keterbatasan yang saya miliki, baik kemampuan
maupun pengalaman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan rasa suka cita
ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ririne, Amd. Kep selaku kepala bagian ruang Hosana yang telah mengijinkan
praktek klinik di ruang Hosana.
2. Wahyu S, Amd. Kep selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
3. Fidiana Kurniawati, S. Kep., Ns., M. Kep yang telah memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan, keterbatasan wawasan, sehingga
hasilnya mungkin masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu sumbangan pikiran,
kritik dan saran dari pemeriksa, pembaca sangat saya harapkan demi terwujudnya
kesempurnaan laporan kasus praktek klinik keperawatn selanjutnya.

Kediri, 31 Maret 2020

Penyusun
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Stroke didefnisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis sebagai
akibat iskemik atau hemoragik sirkulasi saraf otak (Harsono, 2012)
Stroke iskemik atau “bruin attack” adalah kehilangan fungsi yang
tiba-tiba sebagai akibat dari gangguan suplai darah ke bagian-bagian
otak, akibat sumbatan baik sebagian atau total pada arteri. Tipe stroke
ini terjadi hampir 80% dari kejadian stroke (Pahria, 2011).
1.2 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48
jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
1. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.
(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
1.3 Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokan sebagai berikut ::
1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan
DM.
2. Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.
3. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur atau
jenis penyakit jantung lainnya.
4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma
pada arteri dan penurunan faktor pembekuan darah (leukemia,
pengobatan dengan anti koagulan )
5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan pembuluh
darah arteri sebelumnya : penyakit jantung angina, TIA., suplai
darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di Oxford,Inggris bahwa penduduk yang
mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%
2. Iskemik Heart Attack 30%
3. TIA 24%
4. Penyakit arteri lain 23%
5. Heart Beat tidak teratur 14%
6. DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap
berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak
ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah:
1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada
bukti kaitan antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko
terjadinya stroke. Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti
yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara langsung.
Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan
MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko
yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria
lebih banyak daripada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih
besar, namun tidak ada bukti secara medis yang menyatakan hal
ini.
5. Riwayat keluarga.
1.4 Klasifikasi
1) Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala
kliniknya, yaitu:
a. Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2) Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat
yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja.
Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke
komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
1.5 Patofisiologi
Oklusi

Penurunan perfusi jaringan cerebral

Iskemia

Hipoksia

Metabolisme anaerob Nekrosis jaringan otak aktifitas elektrolit


terganggu
Volume Cairan Bertambah

Asam laktat Pompa Na dan K gagal


meningkat
Na dan K influk

Edema cerebral retensi air

TIK meningkat

1.6 Manifestasi klinis


GEJALA(ANAMNESA) INFARK PERDARAHAN
Permulaan Sub akut Sangat akut
Waktu Bangun pagi Saat aktifitas
Peringatan + 50% TIA -
Nyeri Kepala - +
Kejang - ++
Kesadaran menurun Kadang sedikit +++
Gejala Objektif Infark Perdarahan
Koma +/- ++
Kaku kuduk - ++
Kernig - +
pupil edema - +
Perdarahan Retina - +

Pemeriksaan
Laboratorium - +
Darah pada LP + Kemungkinan pergeseran
X foto Skedel glandula pineal
Angiografi Oklusi, stenosis Aneurisma
CT Scan. AVM. massa intra
Densitas berkurang hemisfer/vasospasme.
Massa intrakranial
densitas bertambah.

1.7 Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi
komplikasi , komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.
4. Hidrocephalus
1.8 Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgen kepala dan medula spinalis
2. Elektro encephalografi
3. Punksi lumbal
4. Angiografi
5. Computerized Tomografi Scanning (CT Scan)
6. Magnetic Resonance Imaging
1.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat :
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya
rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada
sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi. Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara
Ketidakmampuan berkomunikasi

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Kerusakan Integritas Kulit (00201)
Definisi: Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan

Faktor Risiko: 14. Mata protombin abnormal


1. Agens farmaseutikal 15. Masa masa tromboplastin parsial
2. Aterosklerosis aortik abnormal
3. Baru terjadi infark miokardium 16. Miksoma atrium
4. Diseksi arteri 17. Neoplasma otak
5. Embolisme 18. Penyalahgunaan zat
6. Endokarditis infektif 19. Segmen ventrikel kiri akinetik
7. Fibrilasi atrium 20. Sindrom sick sinus
8. Hiperkolesterolemia 21. Stenosis karotid
9. Hipertensi 22. Stenosis mitral
10. Kardiomiopati 23. Terapi trombolitik
11. Katup prostetik mekanis 24. Tumor itak (misalnya, gangguan
12. Koagulasi intravaskular diseminata serebrovarkular, penyakit
13. Koagulopati (misalnya, anemia sel neurologis, trauma, tumor)
sabit)

2. Hambatan mobilitas fisik


Hambatan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah

Batasan Karakteristik: Faktor yang Berhubungan:


1. Dispnea setelah beraktivitas 1. Agens farmaseutikal
2. Gangguan sikap berjalan 2. Ansietas
3. Gerakan lambat 3. Depresi
4. Gerakan spastik 4. Disuse
5. Gerakan tidak terkoordinasi 5. Fisik tidak bugar
6. Instabilitas postur 6. Gangguan fungsi kognitif
7. Kesulitan membolak balik posisi 7. Gangguan metabolisme
8. Keterbatasan rentang gerak 8. Gangguan muskuloskeletal
9. Ketidaknyamanan 9. Gangguan neuromuskular
10. Melakukan aktivitas lain sebagai 10. Gangguan sensoriperseptual
pengganti pergerakan (misalnya, 11. Gaya hidup kurang gerak
meningkatkan perhatian pada 12. Indeks massa tubuh di atas persentil
aktivitas orang lain, mengendalikan ke-75 sesuai usia
perilaku, fokus pada aktivitas 13. Intoleran aktivias
sebelum sakit) 14. Kaku sendi
11. Penurunan kemampuan melakukan 15. Keengganan memulai pergerakan
keterampilan motorik halus
12. Penurunan kemampuan melakukan
keterampilan motorik kasar
13. Penurunan waktu reaksi
14. Tremor akibat gerak

2.3 Intervensi Asuhan Keperawat


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi dibuktikan dengan keluarga pasien mengatakan tangan dan kaki
kanan pasien terasa lemah dan sulit untuk digerakkan, pasien tampak
lemah, tangan kanan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, mulut perot
kesulitan untuk berbicara
NOC: Perfusi jaringan : serebral (0406)
Definisi : Kecukupan aliran darah melalui pembuluh darah otak untuk
mempertahankan fungsi otak
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
040602
1 2 3 4 5
Tekanan intrakranial
040613
Tekanan darah
sistolik 1 2 3 4 5 NA
040614
Tekanan darah
1 2 3 4 5 NA
diastolik
040617
Nilai rata-rata
1 2 3 4 5 NA
tekanan darah
040615
Hasil serebral
1 2 3 4 5 NA
angiogram
040603
Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA
040604
1 2 3 4 5 NA
Bruit karotis
040605
Kegelisahan
1 2 3 4 5 NA
040606
Kelesuan 1 2 3 4 5 NA
040607
Kecemasan yang 1 2 3 4 5 NA
tidak dijelaskan
040608
Agitasi 1 2 3 4 5 NA
040609
1 2 3 4 5 NA
Muntah
040610
1 2 3 4 5 NA
Cegukan
040611
1 2 3 4 5 NA
Keadaan pingsan
040616
1 2 3 4 5 NA
Demam
040618
1 2 3 4 5 NA
Kognisi terganggu
010619
Penurunan tingkat 1 2 3 4 5 NA
kesadaran
040620
Refleks saraf 1 2 3 4 5 NA
terganggu

NIC : Manajemen Edema Serebral (2540)


Definisi: Keterbatasan injuri serebral sekunder akibat dari pembengkakan jaringan
otak
1. Monitor adanya kebingungan, 8. Catat perubahan pasien dalam
perubahan pikiran, pusing, pingsan berespon terhadap stimulus
2. Monitor status neurologi dengan 9. Dorong keluarga/orang yang sangat
ketat dan bandingkan dengan nilai penting untuk bicara pada pasien
normal 10. Sesuaikan pengaturan ventilator
3. Monitor tanda-tanda vital untuk menjaga PaCO2 pada level
4. Monitor karakteristik cairan yang diresepkan
serebrospinal : warna, kejernihan, 11. Monitor indeks tekanan volume
konsistensi 12. Lakukan latihan ROM pasif
5. Catat cairan serebrospinal 13. Monitor intake dan output
6. Biarkan TIK kembali ke nilai 14. Saring percakapan dalam
normal diantara aktivitas pendengaran pasien
keperawatan
7. Monitor TIK pasien dan respon
neurologi terhadap aktivitas
perawatan

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular


ditandai dengan pasien hemiparese, gerakan terbatas, ektremitas kanan
bahwah dan atas (2) tidak mampu untuk digerakkan, MMT: 5-2-5-2, ADL
dibantu perawat dan keluarga,
Indeks KATZ G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
NOC : Pergerakan
Definisi : Kemampuan untuk bisa bergerak bebas di tempat dengan atau
tanpa alat bantu
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
020801
1 2 3 4 5
Keseimbangan
020809
Koordinasi
1 2 3 4 5 NA
020810
Cara berjalan 1 2 3 4 5 NA
020803
Gerakan otot 1 2 3 4 5 NA
020804
Gerakan sendi 1 2 3 4 5 NA
020802
Kinerja pengaturan
1 2 3 4 5 NA
tubuh
020805
1 2 3 4 5 NA
Kinerja transfer
020811
Berlari
1 2 3 4 5 NA
020812
Melompat 1 2 3 4 5 NA
020813
1 2 3 4 5 NA
Merangkak
020806
Berjalan 1 2 3 4 5 NA
020814
Bergerak dengan 1 2 3 4 5 NA
mudah

NIC : Peningkatan Mekanika Tubuh (0140)


Definisi: Memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktivitas sehari-
hari untuk mencegah kelelahan dan ketegangan atau injuri muskuloskeletal
1. Kaji komitmen pasien untuk belajar 6. Edukasi pasien mengenai
dan menggunakan postur [tubuh] bagaimana menggunakan postur
yang benar] [tubuh] dan mekanika tubuh untuk
2. Kolaborasikan dengan fisioterapis mencegah injuri saat melakukan
dalam mengembangkan berbagai aktivitas
peningkatan mekanika tubuh, 7. Bantu pasien untuk memilih
sesuai indikasi aktivitas pemanasan sebelum
3. Kaji pemahaman pasien mengenai memulai latihan atau memulai
mekanika tubuh dan latihan pekerjaan yang tidak dilakukan
(misalnya, mendemonstrasikan secara rutin sebelumnya
kembali teknik melakukan 8. Bantu pasien melakukan latihan
aktivitas/latihan yang benar) fleksi untuk memfasilitasi
4. Informasikan pada pasien tentang mobilisasi punggung, sesuai
struktur dan fungsi tulang belakang indikasi
dan postur yang optimal untuk 9. Eukasi pasien/keluarga tentang
bergerak dan menggunakan tubuh frekuensi dan jumlah pengulangan
5. Edukasi pasien tentang pentingnya dari setiap latihan
postur [tubuh] yang benar untuk 10. Monitor perbaikan postur
mencegah kelelahan, ketegangan, [tubuh]/mekanika tubuh pasien
atau injuri 11. Berikan informasi tentang
kemungkinan posisi penyebab nyeri
otot atau sendi

2.4 Evaluasi
Adapun hasil evaluasi terhadap tindakan keperawatan dapat dikatakan
bahwa ketiga diagnosa keperawatan dapat diantara:
1. Nyeri semakin berkurang
2. Dapat mencapai peningkatan toleransi aktivitas
3. Dapat mengetahui tentang stroke iskemik

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria et al.2016.Nursing Intervention Classification.Jakarta:ELSEVIER


Harsono.2012.Buku Ajar Neurologi Klinis.Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta:Salemba
Medika
Moorhead, Sue et al.2016.Nursing Outcomes Classification.Jakarta:ELSEIVER
Nanda Internasional.2017.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017.Jakarta:EGC
Pahria, Tuti, dkk.2011.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta:EG

Anda mungkin juga menyukai