Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian mencakup rancangan penelitian yang direncanakan untuk

melakukan studi kasus.

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu

unit penelitian secara intensif misalnya sati klien, keluarga, kelompok,

komunitas atau institusi (Nursalam, 2016). Penelitian studi kasus adalah studi

yang mengekspolasi suatu masalah dengan batasan terperinci memiliki

pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber

informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus

yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Data penelitian

diambil dengan menggunakan metode time series yaitu dilaksanakan

penelitian berupa studi kasus selama 2 hari berturut-turut pada masing-masing

responden dengan TBC paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri

yang beralamat di Jl. Brigjen Pol.I.B.H. Pranoto No 1-7 Kediri. Studi kasus

ini akan dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.

Ruang Inap di Rumah Sakit Baptis Kediri memiliki sumber daya sebagai

berikut.

111
112

1) Sumber Daya Manusia (SDM)

Tabel 3.1 Jumlah Klasifikasi Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis
Kediri Ruang Efrata dan Ruang Hosana.
Jumlah
No Ruangan Tingkat Pendidikan
Ketenagaan
D3 S1 Ners
Perawat
F % F % F %
Gedung Duvall
1 Lantai III Ruang 19 6 32 1 5 12 63
Efrata
Gedung Jones
3 Lantai III Ruang 13 8 62 0 0 5 38
Hosana
Sumber: Data jadwal dinas perawat di Ruang Efratadan Hosana bulan Januari
2020.

Berdasarkan data tabel 3.1 didapatkan bahwa jumlah perawat di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri di ruang Efrata berjumlah 19 perawat dan

Hosana berjumlah 13 perawat. Di ruang Efrata, persentase tingkat pendidikan

Profesi Ners lebih dari 50% yaitu sebesar 63%, persentase tingkat pendidikan

Diploma Keperawatan kurang dari 50%, yaitu sebesar 32%, persentse tingkat

pendidikan Sarjana Keperawatan kurang dari 50%, yaitu sebesar 5%. Di ruang

Hosana, persentase tingkat pendidikan Diploma Keperawatan lebih dari 50%,

yaitu sebesar 62%, persentase tingkat pendidikan Sarjana Keperawatan 0%,

persentase tingkat pendidikan Profesi Ners kurang dari 50% yaitu sebesar 38%.

1) Sarana dan Prasarana

Tabel3.2 Data Kapasitas Tempat Tidur dan BOR di Ruang Efrata dan Hosana
Rumah Sakit Baptis Kediri
No Ruangan Kapasitas Tempat Tidur BOR
1 Gedung Okt Nov Des Okt Nov Des
Duval Lantai 31 31 31 48% 56% 53%
III Ruang
Efrata
2 Gedung Jones 26 26 26 56% 60% 52%
Lantai III
Ruang

Sumber: Data Rekam Medis dalam bulan Oktober, November, dan Desember
2019
113

Hosana
Berdasarkan data tabel 3.2 didapatkan data Pra Penelitian hasil rata-rata

BOR 3 bulan terakhir bulan Oktober sampai dengan Desember 2019 yang

tertinggi adalah ruang Hosana 60%. Di ruang Efrata pada kamar isolasi

terdapat 4 kamar dan 4 tempat tidur.

2) Metode MAKP yang di terapkan

Tabel 3.3 Pembagian tim dalam MAKP di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall
Lantai III Ruang Efrata Rumah Sakit Baptis Kediri.
NO MAKP JUMLAH
1 TIM I 9 Perawat
2 TIM II 8 Perawat
Total 17 perawat
Sumber : Data jadwal dinas perawat Gedung Duvall Ruang Efrata dalam
bulan Januari 2020

Tabel 3.4 Pembagian tim dalam MAKP di Instalasi Rawat Inap Gedung Jones
Lantai III Ruang Hosana.
NO MAKP JUMLAH
1 TIM I 6 Perawat
2 TIM II 5 Perawat
Total 11 perawat
Sumber : Data jadwal dinas perawat Gedung Jones Ruang Hosana dalam
bulan Januari 2020

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri menerapkan metode Asuhan

Keperawatan Profesional metode tim. Dimana tim adalah perawat yang tidak

memiliki jabatan struktural seperti kepala ruang, wakil kepala ruang, dan

kepala instalasi. Perawat ruangan dibagi menjadi dua tim yang terdiri atas

ketua tim dan anggota tim. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri

pada Ruang Efrata terdapat 17 perawat sebagai anggota Tim 1 dan Tim 2 dan

Ruang Hosana terdapat 11 perawat sebagai anggota Tim 1 dan Tim 2. Shift

dinas yang diberlakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri

adalah dinas pagi (pukul 07.00 – 14.00 WIB), dinas siang (pukul 14.00 – 21.00

WIB), dan dinas malam (pukul 21.00 – 07.00 WIB).


114

1) Studi Kasus yang Pernah Dilakukan

Tabel 3.5 Penelitian yang Pernah Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Baptis Kediri
Penelitian
No. dan Tahun Judul Studi Kasus Hasil Studi Kasus
Penelitian
1 Astutik, Asuhan Keperawatan Terdapat kesenjangan antara teori
(2017) Pada Pasien dengan dan fakta, pada pengkajian
Tuberculosis Paru di didapatkan adanya kesenjangan.
Gedung Duvall Lantai Pada analisa diagnosa
III Ruang Efrata (Ruang keperawatan tidak terdapat
Isolasi) Rumah Sakit kesenjangan. Intervensi
Baptis Kediri keperawatan pada kedua
responden sesuai dengan teori dan
fakta. Implementasi yang
diberikan pada kedua responden
secara keseluruhan sesuai dengan
teori dan fakta. Intervensi mandiri
yang dilakukan adalah
memberikan pendidikan
kesehatan latihan batuk efektif
yang berdampak positif bagi
kedua responden sehingga tidak
terjadi penumpukan sekret.
2 Sari,(2018) Asuhan keperawatan Terdapat kesenjangan antara teori
pada Pasien dengan dan fakta, tidak semua diagnosa
Tuberculosis Paru di muncul untuk kedua responden
Instalasi Rawat Inap menurut teori. Pada intervensi,
Gedung Duvall Lantai ada kesenjangan antara teori dan
III Ruang Efrata (Ruang fakta, ada beberapa intervensi
Isolasi)Rumah Sakit yang tidak direncanakan karena
Baptis Kediri tidak sesuai dengan situasi kedua
responden. Pada implementasi
tidak ada kesenjangan antara fakta
dan teori, setiap implementasi
sesuai dengan intervensi.
Intervensi mandiri yang dilakukan
adalah memberikan pendidikan
kesehatan latihan batuk efektif
yang berdampak positif bagi
kedua responden sehingga tidak
terjadi penumpukan sekret.
3 Aulele, Asuhan keperawatan Tidak terdapat kesenjangan teori
(2019) pada Pasien dengan dan fakta pada diagnosa dan
Tuberculosis Paru dalam evaluasi. Pada intervensi dan
Pemenuhan Kebutuhan implementasi keperawatan
Oksigenasi di Instalasi memiliki kesenjangan antara teori
Rawat Inap Ruang dan fakta. Pasien dengan TBC
Efrata Rumah Sakit Paru yang mengalami masalah
115

Baptis Kediri keperawatan ketidakefektifan


bersihan jalan nafas dapat secara
Penelitian
No dan Tahun Judul Studi Kasus Hasil Studi Kasus
Penelitian
independen diberikan pendidikan
kesehatan tentang latihan batuk
efektif yang berdampak positif
bagi kedua responden sehingga
tidak terjadi penumpukan sekret.
Sumber: Jurnal Stikes Rumah Sakit Baptis Kediri

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun pelaksanaan studi kasus dilaksanakan mulai dari penyusunan

proposal mulai tanggal 18 November 2019 sampai 28 Pebruari 2020 dan

waktu pengambilan data tanggal 6 April 2020 sampai 12 Juni 2020 dengan

penyusunan laporan tanggal 6 April sampai 12 Juni 2020.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada studi kasus ini terdiri dari dua pasien dengan TBC

paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Kedua pasien yang menjadi

subyek penelitian merupakan pasien yang mengalami masalah keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Persiapan Pengumpulan Data

Setelah mendapat surat laik etik dari komite etik penelitian kesehatan

(KEPK) STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri dan mendapat izin dari ketua

STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri serta direktur RS Baptis Kediri,

kemudian peneliti menetapkan responden sebagai studi kasus penelitian

yang akan digunakan sebagai subjek studi kasus yaitu pasien TBC paru

dengan batasan masalah keperawatan adalah dalam pemenuhan kebutuhan

oksigenasi, selanjutnya peneliti melakukan pendekatan kepada kedua


116

responden. Dan menjelaskan tujuan pemberian asuhan keperawatan,

peneliti tetap memperhatikan etika penelitian dan peneliti merahasiakan

data dari hasil penelitian dan peneliti memberikan inform consent sebagai

persetujuan menjadi responden penelitian studi kasus. Setelah kedua

responden menyetujui menjadi sebyek penelitian dalam studi kasus ini

peneliti memberikan inform consent untuk ditandatangani oleh kedua

responden.

3.4.2 Tahapan pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian terdiri dari pengumpulan data umum (Data

demografi responden dan keluarga) dan pengumpulan data khusus terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini dilakukan pada 2

responden yang masing-masing responden dilakukan asuhan keperawatan

selama 2 hari. Responden I dan responden II pengumpulan penelitian terdiri

dari pengumpulan data umum. Data pengkajian meliputi riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit masa lalu, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan

laboratorium maupun hasil data penunjang lainnya, pengkajian dapat

dilakukan dengan cara IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi).

Diagnosa keperawatan meliputi penetapan masalah keperawatan (Problem),

etiologi dan tanda gejala (symptomp). Data pelaksanaan implementasi

didokumentasikan sesuai dengan jam penatalaksanaan tindakan dan

dilakukan evaluasi pada setiap selesai tindakan. Data perkembangan pasien

dievaluasi setiap hari dalam 2 hari dan didokumentasikan dalam catatan

perkembangan.
117

1) Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dari sumber data

sekunder yaitu dengan indeepth interview yang dilakukan kepada

pasien, perawat dan keluarga diawali dari proses pengkajian,

implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan. Adapun kisi-kisi

wawancara yang akan disampaikan dalam studi kasus pada pasien TBC

Paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasidengan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas berhubungan dengansekret kental atau

sekret darah, kelemahan, upaya batuk burukadalah sebagai berikut :

a) Apakah anda batuk ?

b) Apakah anda batuk disertai bercak darah ?

c) Sudah berapa hari anda batuk ?

d) Apakah anda pernah mengalami sakit batuk yang lama dan tidak

sembuh-sembuh ?

e) Apakah anda pernah memiliki riwayat penyakit sesak nafas ?

f) Apakah anda saat ini mengalami sesak nafas ?

g) Apakah sudah mengkonsumsi obat ?

h) Apakah anda pernah berobat tapi tidak teratur ?

i) Dengan siapakah anda tinggal ?

j) Apakah anda merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan

bebas, dan menarik diri saat bersama orang lain ?

k) Apakah anda memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol ?


118

2) Observasi

Observasi didapatkan dari sumber data primer yang dilaksanakan dengan

cara melakukan pengukuran dan pengamatan secara langsung kepada

pasien yang dapat berupa pemeriksaan fisik, serta mengobservasi respon

pada saat pasien diberikan tindakan keperawatan.

3) Dokumentasi

Studi dokumentasi yang akan dilakukan dalam studi kasus ini adalah

pengambilan data dengan sumber data sekunder. Adapun sumber data

sekunder untuk studi dokumentasi adalah catatan dokter, catatan

perawat, rekam medis berupa data demografis, dan riwayat penyakit

masa lalu maupun hasil pemeriksaan penunjang sebelumnya. Pada studi

kasus ini akan dilakukan studi dokumentasi untuk mengidentifikasi

faktor pencetuspredisposisi. Adapun data yang dikumpulkan adalah

sebagai berikut :

a) Identitas pasien.

b) Keluhan pasien.

c) Riwayat penyakit sekarang.

d) Riwayat penyakit masa lalu.

e) Hasil observasi ttv.

f) Hasil pemeriksaan fisik.

g) Hasil pemeriksaan penunjang.

3.5 Uji Keabsahan Data


119

Uji keabsahan data dilakukan untuk menguji kebenaran data yang dilakukan

dengan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien,

perawat dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah keperawatan

Oksigenasi. Keabsahan data dapat diterima dengan adanya kesesuaian

antara data subyektif dan obyektif yang diperoleh dari hasil wawancara,

pengamatan dan pengukuran langsung kepada responden dan keluarga serta

dapat diperoleh pula dari hasil studi dokumentasi berupa rekam medis.

Tabel 3.6 Uji Keabsahan Data Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Oksigen pada Responden

No Jenis data Sumber data Interpretasi


Pasien Perawat Keluarga
Masalah Keperawatan :Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal

1 Data
subyektif
2 Data
obyektif

3.6 Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penilaian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam,

observasi dan studi dokumentasi pada kedua responden penelitian. Teknik

analisis dilakukan dengan membandingkan data pada kedua responden dengan

teori keperawatan untuk menjadi dasar dalam memberikan rekomendasi dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif. Adapun langkah analisa

data adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data pada responden 1 dan responden II akan dilakuakn pada

tanggal 06 April 2020 sampai 12 Juni 2020. Dari hasil wawancara


120

mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Data diambil dari

perkembangan pasien di Gedung Duvall Lantai III Ruang Efrata dan di

Instalasi Rawat Inap Gedung Jones Lantai III Ruang Hosana Rumah Sakit

Baptis Kediri.

2) Mereduksi data subyektif dan obyektif sesuai dengan data gayut, sehingga

menemukan masalah keperawatan yang terjadi baik pada Responden I dan

Responden II pada analisa data selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa

keperawatan, menentukan tindakan keperawatan, melakukan

implementasiserta melakukan evaluasi sesuai dengan masalah dari pada 2

Responden studi kasus.

3) Penyajian data pada penelitian dilakukan dengan tabel dan teks naratif

untuk mengemukakan hasil analisa data yang terdiri dari data gayut,

masalah yang muncul, dan pemeriksaan fisik.

4) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menyusun hasil analisa data

sesuai dengan tujuan khusus yaitu:

a) Menganalisa pengkajian keperawatan padapasien TBC Paru Dalam

Gangguan Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis

Kediri.

b) Menganalisa diagnosa keperawatan padapasien TBC Paru Dalam

Gangguan Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis

Kediri.

c) Menganalisa intervensi padapasien TBC Paru Dalam Gangguan

Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.


121

d) Menganalisa implementasi padapasienTBC Paru Dalam Gangguan

Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.

e) MenganalisaevaluasipadapasienTBC Dalam Gangguan Oksigenasi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri

Tabel 3.6 Analisa Data Studi Kasus Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TBC

denganGangguan Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Baptis Kediri

No Topik Data Teori Responden I


1. Pengkajian
Etiologi Menurut Wahid & Suprapto (2013)
1) Infeksi bakteriMycobacterium tuberculosis
Manifestasi Klinis Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Gejala respiratorik
1) Batuk
2) Batuk darah
3) Sesak nafas
4) Nyeri dada
Gejala sistemik
1) Demam
2) Keringat malam
3) Anoreksia
4) Penurunan berat badan
5) Malaise
Penatalaksanaan Menurut Wahid & Suprapto (2013)
a) Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat batkerisid, dapat
membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa
hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif,
yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis
harian yang dianjurkan 5 mg/kg, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 10 mg/kg.
b) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
semi-dormant(persisten) yang tidak dapat
dibunuh oleh Isonaid. Dosis 10 mg/kg BB
diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
intermiten 3 kali seminggu.
c) Pirasinamid (Z)
Bersifat bakteisid, dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis
harian yang dianjurkan 24 mg/kg BB, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
122

No Topik Data Teori Responden I


diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan
15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang
sama. Penderita berumur sampai 60 tahun
dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur
60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
e) Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang
dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermitten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg BB.
Pemeriksaan Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Penunjang a. Darah
Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan diferensiasi pergeseran ke kiri.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena
dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberculosis sudah dapat dipastikan.
c. Tes Tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis tuberculosis
terutama pada anak-anak (balita).
d. Foto thoraks
Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal
merupakan pemeriksaan radiologi lain hanya atas
indikasi Tp foto, oblik, tomogram, dll.

5) Pemeriksaan Fisik Wahid & Suprapto (2013)


1. Pada tahap dini sulit diketahui
2. Ronchi basah, kasar dan nyaring
3. Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang
cukup dan pada auskultasi memberikan suara
umforik
4. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi
interkostal, dan fibrosis
5. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura

2. Diagnosa Keperawatan
1) Masalah (P) 1) Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Etiologi (E) 1) Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekret kental atau sekret darah, upaya
batuk buruk.
3) Tanda-gejala (S) 1) Menurut Wahid & Suprapto (2013)
a. Batuk lebih dari 3 minggu.
b. Batuk darah.
123

No Topik Data Teori Responden I


c. Sesak nafas.
d. Nyeri dada.
3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
(sesuai diagnosa yang muncul pada pasien)
1) Target Capaian Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Respon Pasien 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
a) Keefektifan bersihan jalan nafas.
b) Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi
kebutuhan individu.
2) Target Waktu Intervensi
3) Intervensi Menurut Wahid & Suprapto (2013)
Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan : sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal
Intervensi :
Independen :
a. Mengkaji fungsi respirasi, antara lain; suara,
jumlah, irama, dan kedalaman nafas serta
catatan pula mengenai penggunaan otot nafas
tambahan.
Rasional:
Adanya perubahan fungsi respirasi dan
penggunaan otot tambahan menandakan
kondisi penyakit yang masih dalam kondisi
penanganan penuh.
b. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
sekret atau batuk secara efektif.
Rasional:
Ketidakmampuan mengeluarkan sekret
menjadikan timbulnya penumpukan
berlebihan pada saluran pernafasan.
c. Mengatur posisi tidur semi atau highfowler
membantu pasien untuk berlatih batuk secara
efektif dan menarik nafas dalam.
Rasional:
Posisi semi atau highfowler memberikan
kesempatan paru-paru berkembang secara
maksimal akibat diafragma turun ke bawah.
Batuk efektif mempermudah ekpektorasi
mucus.
d. Membersihkan sekret dari dalam mulut dan
trakea, suction jika memungkinkan.
Rasional:
Pasien dalam kondisi sesak cenderung untuk
bernafas melalui mulut yang jika tidak
ditindaklanjuti akan mengakibatkan
stomatitis.
e. Meberikan minum ± 2500 ml/hari,
menganjurkan untuk minum dalam kondisi
hangat jika tidak ada kontraindikasi.
124

No Topik Data Teori Responden I


Rasional:
Air digunkan untuk menggantikan
keseimbangan ion tubuh akibat cairan
banyakkeluar melalui pernafasan. Air hangat
akan mempermudah pengenceran sekret
melalui proses konduksi yang mengakibatkan
arteri pada area sekitar leher vasodilatasi dan
mempermudah cairan dalam pembuluh darah
dapat diikat oleh mucus atau sekret.
Kolaborasi:
f. Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab.
Rasional:
Berfungsi meningkatkan kadar tekanan
parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.
g. Memberikan pengobatan atas indikasi:
(a) Mukolitik, ex:acetilcystein (mucomyst).
(b) Agen Broncodilator, ex: Theophylin,
Okstriphilien.
(c) Kortikosteroid (prednisone), ex:
Dexametason.
h. Memberikan agen anti infeksi, ex:
(a) Obat primer; isoniazid (INH),
ethambutol (EMB), rifampin (RMP).
(b) Pirazinamide (PZA), Paraamino salisilic
(PAS), Streptomisin.
(c) Monitor pemeriksaan laboratorium atau
sputum.
Rasional:
Mempertebal dinding saluran udara
(broncus).
Menurunnya keaktifan dari mikroorganisme
akan enurun respon inflamasi sehingga akan
berefek pada berkurangnya produksi sekret.

4) Evaluasi Hasil 1) Menurut Wahid & Suprapto (2013) sebagai


Capaian / Respon berikut:
Pasien a) Keefektifan bersihan jalan nafas.
b) Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi
kebutuhan individu.
3.7 EtikaPenelitian

Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip

Informed consent, prinsip Anonimity dan prinsip Confidentiality.

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada Responden I dan

Responden II dengan TBC Paru Dengan Gangguan Oksigenasidi Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri, peneliti memberikan lembar

persetujuan atau informed consent yang berisi tentang tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, batasan penelitian, hak-hak dan jaminan hak-hak kedua

responden. Setelah responden mengerti dan bersedia maka responden

diminta menandatangani pernyataan ketersediaan mengikuti penelitian

setelah kedua Responden menyetujui menjadi responden penelitian.

2. Anonymity (tanpa nama)

Memberikan jaminan kepada pasien dengan TBC Paru Dengan Gangguan

Oksigenasi dengan cara tidak mencantumkan nama responden dan hanya

menggunakan inisial saat hasil penelitian disajikan.

3. PrinsipConfidentiality (kerahasiaan)

Selama Responden I dan Responden II memberikan informasi hanya

melibatkan peneliti dan responden, sehingga responden dapat

menyampaikan dengan informasi sebanyak-banyaknya dengan bebas dan

leluasa tanpa hambatan dari pihak luar. Data yang telah didapatkan oleh

peneliti hanya digunakan sebagai penelitian dan tidak akan disebar luaskan.

125
DAFTAR PUSTAKA

Padila.2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika

Tarwoto& Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Hidayat, Alimul Aziz, dkk.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta:

Salemba Medika

Manurung, Nixson.2016. Aplikasi Asuhan Keperawtan Sistem

Respiratory.Jakarta: TIM

Mubarak, dkk. 2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba

Medika

Suprapto, Imam, dkk.2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem

Respirasi.Jakarta:TIM

126

Anda mungkin juga menyukai