LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE INFARK DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
a) Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah
b) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah cerebral
c) Arteritis: radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan
darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
a) Penyakit jantung reumatik
b) Infark miokardium
c) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
d) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
aliran darah ke otak akibatnya perfusi otak akan menurun dan terjadi
nekrosis jaringan otak.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001) gejala dari stroke non
hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan
pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi
8
neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi
tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises
(kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi
oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab
afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut:
a) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab menghasilkan bicara.
b) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
c) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan
sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak
menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihata.
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu
kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian
tubuh.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada
lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi.
f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin
mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol
motorik.
9
6. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008: 253)
a. Dalam hal imobilisasi:
a) Infeksi pernafasan (Pneumoni),
b) Nyeri tekan pada dekubitus.
c) Konstipasi
b. Dalam hal paralisis:
a) Nyeri pada punggung
b) Dislokasi sendi, deformitas
c. Dalam hal kerusakan otak:
a) Epilepsy
b) Sakit kepala
d. Hipoksia serebral
e. Herniasi otak
f. Kontraktur
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqqin (2008) Periksaan penunjang pada pasien CVA
infark:
a. Laboratorium :
a) Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien
CVA ada peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit
(TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor
(PAF), fibrinogen.
b) Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien
CVA infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal
60 mg/dl, Laju endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan
mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung
darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun
LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama,
misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145
nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,).
10
b. Terapi Konservatif
a) Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
b) Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
c) Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosisiatau embolisasi dari tempat lain ke sistem
kardiovaskuler.
d) Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
(a) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35
mmHg
(b) Osmoterapi antara lain :
- Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali
dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari.
- Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
c. Posisi kepala head up (15-30⁰)
d. Menghindari mengejan pada BAB
e. Hindari batuk
f. Meminimalkan lingkungan yang panas
g. Penatalaksanaan nutrisi yang dianjurkan pada klien dengan stroke
infark yaitu dengan memberikan makanan cair agar tidak terjadi
aspirasi dan cairan hendaknya dibatasi dari hari pertama setelah
cedera serebrovaskuler (CVA) sebagai upaya untuk mencegah
edema otak, serta memberikan diet rendah garam dan hindari
makanan tinggi lemak dan kolesterol.
12
d. Patofisiologi
17
e. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : - Infark batang otak Bersihan jalan
Do: dyspneu, nafas tidak
ronkhi + Nervus 12 mengalami penurunan efektif
Tersedak
kesadaran
menurun Kerusakan mobilitas fisik
Afasia
Gangguan persepsi
6. Ds : - Hemiplegi dan hemiparesis Gangguan
perawatan diri :
Do :
ADL
hemiplegi, Kerusakan mobilisasi fisik
hemiparesis
Kelelahan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama dan
Paraf
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi secret dan ketidak mampuan batuk efektif
sekunder akibat cedera serebrovoskular yang ditandai dengan
adanya sekret pada saluran pernapasan, suaran napas ronkhi,
adanya suara nafas tambahan
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral,
edema serebral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, kelemahan, parestesia, paralisis.
4. Gangguan komunikasi verbal / non verbal berhubungan dengan
gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler, kelemahan umum.
5. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori, transmisi, integrasi, stres psikologik.
6. Gangguan perawatan diri : ADL berhubungan dengan defisit
neuromuskuler, menurunnya kekuatan otot dan daya tahan,
kehilangan kontrol otot, gangguan kognitif.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1) Jelaskan kepada 1) Pengetahuan yang diharapkan
nafas tidak tindakan keperawatan klien mengapa membantu mengemba
1x24 jam pasien terdapat kepatuhan klien terhadap re
efektif
menunjukkan bersihan penumpukan terapeutik
berhubungan jalan nafas setelah secret di saluran 2) Membantu pengenceran
dengan dilakukan tindakan pernapasan dan sehingga memperm
keperawatan. kegunaan batuk pemngeluaran
peningkatan
Kriteria Hasil: ronkhi efekif 3) Batuk yang efektif
sekresi secret tidak terdengar Px 2) Beri minum mengeluarkan secret dari s
dan ketidak menunjukkan batuk yang hangat jika pernapasan.
efektif, frekuensi nafas keadaan 4) pengisapan lender dilakukan
mampuan batuk
16- 20 x/menit. memungkinkan mengurangi adanya penump
efektif 3) Ajarkan pasien secret dan durasinya pun
sekunder akibat batuk efektif. dikurangi untuk mencegah b
cedera 4) Lakukan hipoksia.
pengisapan 5) Mengatur ventilasi dan melep
serebrovoskular lender, batasi secret karena relaksasi
yang ditandai durasi brokosposme.
dengan adanya pengisapan 6) Mengetahui keberhasilan tinda
20
jangan paksa
pasien untuk
berkomunikasi).
4) Gunakan kata-
kata sederhana
secara bertahap
dengan bahasa
tubuh.
5) Berikan respon
terhadap
perilaku non
verbal.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC.