Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari
curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam
sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-
gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses
mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat
atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi
lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah
(mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J.
Greene and Norman D.Harris, 2018 ).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari
lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2020).
C. Etiologi
Ada beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2018)
1. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding
pembuluh darah
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas/
hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
c. Arteritis: radang pada arteri.
2. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli:
a. Penyakit jantung reumatik
b. Infark miokardium
c. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang
dapat menyebabkan emboli cerebri
d. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
Faktor Resiko Terjadinya CVA (Brunner & Suddarth, 2020) :
a. Hypertensi, faktor resiko utama
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Kadar hematokrit tinggi
d. DM (peningkatan anterogenesis)
e. Pemakaian kontrasepsi oral
f. Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
g. Obesitas, perokok, alkoholisme
h. Kadar esterogen yang tinggi
i. Usia > 35 tahun
j. Penyalahgunaan obat
k. Gangguan aliran darah otak sepintas
l. Hyperkolesterolemia
m. Infeksi
n. Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa)
o. Lansia
p. Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
q. Asam urat
Faktor resiko CVA infark (Muttaqin, 2018) :
a. Hipertensi.
b. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung: Penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama
(khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif.
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Peningkatan hematokrit
f. Diabetes Melitus
g. Merokok
D. Klasifikasi CVA
Berdasarkan patologi dan manifestasi klinis :
1. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
(Djoenaidi Widjaja et. al, 2020).
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a) Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hypertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, pons dan serebelum. (Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan
Perawat Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2020).
b) Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub
arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri
dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia, dll). (Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf
Indonesia, Siti Rohani, 2020).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.
Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia danlain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah otak.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan +/- +++
Meningeal.
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
I. Penatalaksanaan
Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2018):
1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten
b. Kontrol tekanan Darah
c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
2. Terapi Konservatif
a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau
embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.
d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1.Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
2. Osmoterapi antara lain :
- Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-
30 menit, 4-6 kali/hari.
- Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3. Posisi kepala head up (15-30⁰
4. Menghindari mengejan pada BAB
5. Hindari batuk
6. Meminimalkan lingkungan yang panas
J. Farmakologi
1. Terapi farmakologi untuk stroke hemoragik
a. Obat analgesik, antipiretik, AINS,anti pirai.
Dengan pilihan obat paracetamol yang paling banyak digunakan. Penggunaan
paracetamol ini disebabkan karena pasien stroke juga disertai demam (hipertemi)
yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh mencapai 37,5 0C setelah 48 jam onset
stroke. Hipertemi diatasi dengan pemberian antipiretik, dosis yang diberikan adalah
500 mg hingga 4 kali sehari bila perlu.
b. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
dexamethasone yang digunakan untuk menghambat pembentukan edema akibat
cedera kepala pada perdarahan serebral yang diantaranya subdural, epidural,
intraserebral, dan batang otak.
c. Antiepilepsi dan antikonvulsi
obat fenitoin yang paling banyak digunakan untuk hampir semua jenis epilepsi atau
kejang, kecuali bangkitan lena. Kejang merupakan gejala neurologis paling umum
terjadi pada penderita stroke usia lanjut. Hal ini sering terjadi pada pasien dengan
malformasi arteriovenosa, stroke batang otak, perdarahan subarakhnoid atau riwayat
kejang atau epilepsi.
d. Obat yang mempengaruhi darah
Asam traneksamat. Digunakan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang pasca
serangan stroke perdarahan. Perdarahan ulang ini berdampak buruk karena dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian.
e. Antidiabetes parenteral
Novorapid merupakan insulin yang memiliki waktu kerja sangat cepat sekitar 3-5 jam
yang digunakan untuk pasien stroke hemoragik dengan penyakit diabetes melitus tipe
2. Mempertahankan kondisi normoglikemia menjadi bagian yang penting dalam
penatalaksanaan stroke. Kadar gula darah diusahakan secepat mungkin dikontrol
dalam rentang 100-150 mgl/dL. Sedangkan untuk penderita diabetes melitus,
disarankan target gula darah antara 100-200 mg/dL.
f. Obat kardiovaskular
Obat amlodipin paling banyak digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien stroke hemoragik. Pemantauan tekanan darah pasien sangat diperlukan untuk
membantu pengambilan keputusan bagi para klinis untuk memberikan terapi
antihipertensi.
g. Larutan elektrolit, nutrisi, dan lainlain
larutan elektrolit NaCL yang paling banyak digunakan sebagai penanganan pertama
pada pasien stroke hemoragik untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang akan
meningkatkan viskositas darah.
h. Obat saluran cerna
ranitidine yang paling banyak digunakan. Karena, pasien stroke hemoragik ada yang
memiliki masalah pada lambung. Selain itu juga, untuk mencegah terjadinya stress
ulcer, serta mengatasi obat-obat yang berefek samping pada lambung, akibat
pemakaian antiplatelet dan obat non steroid.
i. Vitamin dan mineral
vitamin C. Karena penggunaan vitamin pada pasien stroke berhubungan dengan kadar
homosistein dalam darah. Homosistein merupakan salah satu faktor risiko stroke yang
apabila kadarnya didalam darah tinggi maka risiko stroke akan meningkat.( Nony
L.dkk 2020)
Stroke iskemik
Pendekatan terapi pada stroke akut adalah menghilangkan sumbatan pada aliran darah
dengan menggunakan obat. Terapi yang dilakukan antara lain:
a. Trombolitik Intravena
1) Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian Recombinant Tissue
Plasminogen Activator (rtPA), pemberian agen trombolitik lain dan enzim
defibrogenating. Pemberian rtPA dapat meningkatkan perbaikan outcome dalam 3
bulan setelah serangan stroke apabila diberikan pada golden period yaitu dalam
onset 3 jam.
2) Trombolitik Intraarterial
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcome terapi stroke dengan perbaikan
kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh agen trombolitik intraarterial adalah
prourokinase.
b. Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi (pembukaan
kembali pembuluh darah yang tersumbat) spontan dan perbaikan mikrovaskuler
(pembuluh darah berukuran kecil). Contoh agen antiplatelet oral yaitu aspirin,
clopidogrel, dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin. Agen antiplatelet intravena adalah
platelet glikopotein IIb/IIIa, abciximab intravena (Ikawati, 2014)
K. Diet/Nutrisi
Berikut adalah jenis-jenis bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi untuk para
penderita stroke:
Sumber Protein Daging sapi dan ayam tidak Daging sapi dan ayam
Hewani berlemak, ikan, telur, susu berlemak, jerohan, otak, hati,
skim, dan susu penuh ikan banyak duri, susu penuh,
dalam jumlah terbatas keju, es krim, dan produk
olahan protein hewani yang
diawet seperti daging asap dan
dendeng
Sumber Protein Semua kacang-kacangan Semua produk olahan kacang-
Nabati dan produk olahan yang kacangan yang diawet dengan
dibuat dengan garam dapur, garam natrium atau digoreng
dalam jumlah terbatas
Sayuran Sayuran berserat sedang Sayuran menimbulkan gas
dimasak, seperti bayam, (sawi, kol, kembang kol,
kangkung, kacang panjang, lobak), sayuran berserat tinggi
labu siam, tomat, taoge, (daun singkong, katuk,
dan wortel melinjo, dan sayuran mentah
Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau Buah yang menimbulkan gas
disetup seperti pisang, seperti nangka dan durian,
pepaya, jeruk, mangga, buah yang diawet dengan
nenas, dan jambu biji natrium seperti buah kaleng
(tanpa bahan pengawet) dan asin
Sumber Lemak Minyak jagung dan minyak margarin atau mentega, santal
kedelai, minyak nabati kental, dan gorengan
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan d.d pola nafas abnormal (takipneu,
bradipneu)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri atau vena d.d nadi perifer menurun
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot menelan lemah
6. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kekuatan otot menurun
Bakri, A., Irwandy, F., & Linggi, E. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Perawatan Pasien Stroke Di Rumah Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1 SE-Articles).https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.299
Hardianto, Y., Rijal, R., & Adliah, F. (2020). Gambaran Efektivitas Penerapan Program
Rehabilitasi Stroke Berbasis Rumah di Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 11(1), 18–23.
Nony L. Poana, Weny I. Wiyono, Deby A. Mpila (2020) Pola Penggunaan Obat Pada Pasien
Stroke Hemoragik Di Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januaridesember 2018
Suharyanti S, Hartati S, Kresnawan T, Sunarti S, Hudayani F, Darmarini F. 2020. Penuntun Diet
Dan Terapi Gizi. 4th ed. EGC
Syah Reza Manefo, Endang Budiati, Dwi Yulia Maritasari. 2021. Karakteristik Pasien
Berdasarkan Indikasi Pembedahan Penderita Stroke Hemoragik. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah Stikes Kendal. Vol.11. No.2
Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati. 2018. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap
Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo Pati. Indonesia Jurnal
Perawat Vol.3 No.1