Vika Endria,1506800874
A. Anatomi dan fisiologi
1. Sitem syaraf
Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
perifer. Sel saraf terdiri dari dua tipe sel yaitu neuron dan glial sel (Lewis,
Dirksen, heitkemper&bucher, 2014).
a) Neuron sel
Fungsi utama yaitu memiliki kemampuan untuk menerima rangsangan atau
membangkitkan rangsangan, mengantar rasngsangan/ impuls, dan
memepengaruhi neuron lain, sel otot, atau granular sel untuk merespon impuls
yang ditransmisikan. Sel neuron terdiri atas cell body, multiple dendrit, dan
akson. Dalam cell body terdapat intisel dan sitoplasma, berfungsi sebagai
pusat proses metabolisme sel. Dendrit berfungsi sebagai penerima transmisi
dari neuron lain atau impuls dari akson neuron yang lain.sedangkan akson
berfungsi sebagai penyalur impuls yang telah diproses ke neuron lain.
b) Glia sel
Fungsi utama sebagai penyokong, pelindung dan memberi nutrisi untuk
neuron. Sel ini terdiri dari dua tipe, microglia yang berfungsi sebagai fagosit,
dan macroglia yang terdiri dari astrocites, oligodendrocytes, dan ependymal.
Astrocytesbanyak ditemukan di gray matter, berfungsi sebagai konduksi
impuls anatar neuron. Oligodendrocytes banyak ditemukan di white matter
berperan dalam produksi myelin, dan ependymal terdapat di ventrikel otak,
dan berfungsi sebagai sekresi cairan cerebrospinal.
2. Sitem Saraf pusat
a) Spinal cord
Jaringan saraf yang memanjang dari batang otak dan keluar dari ruang kranial
melalui foramen magnum. Terdiri dari daerah gray matter dan dikelilingi oleh
white matter. Gray matter terdiri dari sel voluntary motor neuron,
pregangliotik aoutonomic motor neuron, dan interneuron, sedangkan white
matter terdiri dari axon impuls ascending sensory maupun descending sensory
b) Brain
Terdiri atas tiga komponen utama, cerebrum, brainstem dan cerebellum.
Cerebrum trediri dari hemisper kanan dan kiri dan terbagi menjadi 4 lobus,
frontalis, temporalis, parietalis dan oksipitalis. Bagian frontralis berfungsi
sebagai fungsi memori, kognitif, gerakan mata dan mototrik yang disadari
serta kemampuan bicara (broca’s area). Temporalis berfungsi sebagai
memperkuat ingatan visual, memahami bahasa (wernicke’s area), menyimpan
ingatan baru, emosi dan mengambl kesimpulan atau arti. Lobus parietal untuk
interpretasi informasi sensorik dari berbagai bagian tubuh, pengolahan
informasi, gerakan orientasi, persepsi visual, persepsi rangsangan, rasa sakit
dan sensasi sentuhan. Lobus oksipital bertanggung jawab dama persepsi visual
termasuk penerimaa dan pemrosesan visual serta pengenalan warna.
c) Brainstem
Terdari dari midbrain, pons, dan medulla. Di brainstem terdapat saraf cranial
III dan XII, fungsi vital dari brainstem adalah sebagai pusat pengatur
pernafasan, jantung dan vasomotor yang berada pada medulla.
d) Cerebellum berada di bagian belakang cranial fossa inferior kea rah lubus
oksipital. Berfungsi sebagai keseimbangan tubuh dan pergerakan yang
disadari. Cerebellum menerima informasi dari korteks cerebri, otot, persendian
dan pendengaran.
e) Ventricel cerebrospinal fluid
Cairan cerebrospinal dihasilkan oleh ventrikel lateralis. Cairan ini berfungsi
sebagai peredam mekanis terhadap kejut, serta memberikan elumas Antara
tulang sekitarnya dan otak dengan sumsum tulang belakang. Ketika seseorang
mngalami injuri cairan ini bertindak sebagai bantalan yang meminimalisir
cedera. Cairan ini ditemukan pada ruang subarachnoid, ventrikel otak dank
anal pusat sumsum tulang belakang. Normalnya setiap hari dihasilkan
sebanyak 500 ml cairan atau sekitar 21 ml/jam, namun yang dipakai hanya
150 ml.
3. Sirkulasi cerebral
Aliran darah ke otak disuplai oleh interna carotid arteri dan vertebral arteri.
Interna carotid arteri meperdarahi bagian depan dan sebagian cerebrum,
sedangkan vertebral arteri bergabung dengan basilar arteri memperdarahi batang
otak, cerebellum, dan posterior cerebrum.komunikasi aliran darah atau bentuk
kerjasama aliran darah basilar arteri dan interna carotid arteri dinamakan circle of
willis. (Lewis, Dirksen, heitkemper&bucher, 2014).
4. Saraf kranial
B. Pengertian
Stroke atau sering disebut juga dengan sebutan cedera vaskular serebral adalah cedera
otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stoke dibagi menjadi dua yaitu
stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah
arteri yang lama ke bagian otak yang diakibatkan karena adanya trombus (bekuan darah
di arteri serebril) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di
tubuh). Sedangkan stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak (Corwin,
2009). Di bawah ini adalah gambaran dari stroke hemoragik.
A. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian: (1) trombosis (bekuan darah
di dalam pembuluh otak atau leher); (2) embolisme serebral (bekuan darah atau material
lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain; (3) iskemia (penurunan aliran
darah ke area otak); dan (4) hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi. Pada stroke hemoragik
biasanya diakibatkan dengan hemoragi serebral yang dapat terjadi di luar durameter
(hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), di ruang
subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi
intraserebral) (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya stroke adalah (Smeltzer & Bare, 2002):
1. Hipertensi—faktor risiko utama 5. Peningkatan hemotokrit meningkatkan
2. Penyakit kardiovaskular – risiko infark serebral
embolisme serebral yang berasal 6. Diabetes
dari jantung, seperti penyakit arteri 7. Kontrasepsi oral yang disertai dengan
koronaria, gagal jantung kongestif, hipertensi, merokok, dan kadar
hipertrofi ventrikel kiri, ekstrogen tinggi
abnormalitas irama, penyakit 8. Merokok
jantung kongestif. 9. Penyalahgunaan obat, khususnya
3. Kolestrol tinggi kokain
4. Obesitas 10. Konsumsi alkohol
C. Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi karena adanya hematoma di dalam kranial (epidural, subdural,
atau intraserebral). Stroke hemarogik sering kali terjadi secara tiba-tiba, seperti saat
terjadi cedera kepala. Darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) di antara
tengkorak dan dura. Keadaan ini biasanya disebabkan dari fraktur tulang tengkorak yang
menyebabkan arteri meningeal putus atau rusak (laserasi), adanya penekanan pada otak
dari arteri ini menyebabkan hemoragik. Pada saat otak yang rusak membengkak atau
terjadi penumpukan darah yang cepat, menyebabkan peningkatan tekanan intrkranial
(TIK). Akibat dari peningkatan TIK dan edema serebral menyebabkan jaringan otak dan
struktur internal otak menjadi kaku. Perubahan posisi ke bawah atau lateral (herniasi)
terhadap struktur yang kaku menimbulkan iskemia, infark, kerusakan otak ireversible,
dan kematian. Terjadinya defisit neurologis menyebabkan pasien mengalami anosmia
(tidak dapat mencium bau-bauan), abnormalitas gangguan mata, defisit neurologik
(afasia, defek memori, kejang postraumatik, epilepsi). Pasien juga akan mengalami sisa
penurunan psikologis organik(melawan, emosi labil, tidak punya malu, perilaku agresif).
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan
iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragik
adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi arteriovenosa (hubungan yang
abnormal). Hemoragi dalam otak secara signifikan meningkatkan tekanan intrakranial,
yang memperburuk cedera otak yang dihasilkan (Corwin, 2009).
TIK
Herniasi
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik. Seperti:
perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
2. CT Scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark,
Catatan: mungkin tidak dengan segera menunjukkan semua perubahan tersebut.
3. Lumbal pungsi: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis,
emboli srebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subsrakhnoid atau perdarahan intra cranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan adanya proses inflamasi.
4. MRI: menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena (MAV).
5. Ultrasonografi Dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system
karotis [aliran darah/ muncul plak] arterioskerotik)
6. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas : kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral; kalsifikasi dinding parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subarakhnoid.
F. Pengkajian Keperawatan
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Tanda:
Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
Gejala:
Gangguan tonus Otot
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran
SIRKULASI
Tanda:
Adanya penyakit jantung , Keterangan : …………………………………
Polisitemia
Riwayat hipotensi postural
Gejala ;
Hipertensi arterial
Nadi, Frekwensi: …… kali/ menit, Kuat/ lemah. Regular/ ireguler. Disaritmia
Perubahan EKG
Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/ aorta yang abnormal
INTEGRITAS EGO
Tanda:
Perasaan tidak berdaya
Perasaan putus asa
Gejala:
Emosi yang labil
Ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira
Kesulitan untuk mengekspresikan diri
ELIMINASI
Gejala:
Perubahan pola berkemih sepert; inkontinensia/ anuria.
Distensi abdomen ( distensi kandung kemih berlebihan )
Bising usus negative ( ileus paralitik)
MAKANAN/ CAIRAN
Tanda:
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringea).
Obesitas (faktor resiko)
Gejala:
Nafsu makan hilang
Mual,
Muntah selama fase akut (peningkatan TIK)
Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan.
Dyspagia
Adanya riwayat diabetes , peningkatan lemak dalam darah ,……, normal:………
NEUROSENSORI
Tanda:
Status mental/ tingkat kesadaran =………E:….., M: ….., V: …. GCS = ……
Lethargi
Apatis
Menyerang
Penurunan memori
Pemecahan masalah
Ekstremitas/ paralysis
Genggaman tidak sama
Reflek tendon melemah secara kontralateral
Pada wajah terjadi paralisi/ parese (ipsilateral)
Afasia motorik
Afasia reseftif/ sensorik
Kehilangan rangsang visual
Kehilangan rngsang pendengaran taktil/ agnosia)
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saan pasien ingin menggunakannya
(apraksia)
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama
Dilatasi/ miosis pupil ipsilateral ( perdarahan/ herniasi) Kekakuan nukal biasanya
karena perdarahan.
Kejang karena adanya pencetus perdarahan
Gejala:
Sinkope/ pusing ( sebelum serangan CSV/ selama TIA)
Sakit kepala
Kelemahan/ kesemutan kebas
Penglihatan menurun
Penglihatan ganda
NYERI/ KENYAMANAN
Tanda:
Tingkah laku yang stabil/ gelisah, ketegangan pada otot/ fasia
Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda
Gejala:
Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda
PERNAFASAN
Tanda:
Ketidak mampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas
Timbulnya pernafasan sulit dan / atau tidak teratur
Suara nafas terdengar/ ronki (aspirasi sekresi)
Gejala:
Merokok (faktor resiko)
KEAMANAN
Tanda:
Motorik/ sensorik, masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan)
Kesulitan untuk melihat obyek kesisi kiri (pada stroke kanan)
Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali obyek , warna/ kata dan wajah yang pernah dikenalnya
dengan baik
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/
kurang kesadaran diri (stroke kanan)
INTERAKSI SOSIAL
Tanda:
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Tanda:Adanya riwayat hipertensi pada keluarga,
Stroke (faktor resiko)
Pemakaian kontrasepsi oral
Kecanduan alkohol
I. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan perfusi serebral dan oksigenasi serebral yang adekuat
2. Mencegah / meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat permanent
3. Membantu klien untuk menemukan kemandiriannya melakukan aktifitas sehari- hari
4. Memberikan dukungan terhadap prose koping dan mengintegrasikan perubahan dalam
konsep diri klien
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosisnya dan kebutuhan
tindakan/ rehabilitas
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Perubahan perfusi Perubahan perfusi Mempertahankan tingkat Mandiri Mempengaruhi penetapan intervensi.
jaringan serebral jaringan serebral kesadaran Tentukan faktor-faktor yang Kerusakan/kemunduran tanda/gejala
berhubungan dengan berhubungan biasanya/membaik, fungsi berhubungan dengan neurologis atau kegagalan memperbaikinya
interupsi aliran darah; dengan interupsi kognitif, dan keadaan/penyebab khusus selama setelah fase awal memerlukan tindakan
gangguan oklusif; aliran darah; motorik/sensori. koma/penurunan perfusi serebral dan pembedahan dan/atau pasien harus
hemoragi; vasospasme gangguan oklusif; potensial terjadinya peningkatan TIK. dipindahkan ke ruang perawatan kritis
serebral; edema hemoragi; Mendemonstrasikan tanda- (ICU) untuk melakukan pemantauan
serebral. vasospasme tanda vital stabil dan tak terhadap peningkatan TIK.
serebral; edema adanya tanda-tanda
serebral dapat peningkatan TIK. Pantau/catat status neurologist Mengetahui kecenderungan tingkat
diatasi. sesering mungkin dan bandingkan kesadaran dan potensial peningkatan TIK
Menunjukkan tidak ada dengan keadaan normalnya/standar. dan mengetahui lokasi, luas dan
kelanjutan deteriorasi/ kemajuan/resolusi kerusakan SSP.
kekambuhan deficit.
Pantau tanda-tanda vital, seperti catat :
o Adanya hipertensi/hipotensi, o Variasi mungkin terjadi oleh karena
bandingkan tekanan darah yang tekanan/trauma serebral pada daerah
terbaca pada kedua lengan. vasomotor otak. Hipertensi atau
hipotensi postural dapat menjadi factor
pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena
syok (kolaps sirkulasi vaskuler).
Peningkatan TIK dapat terjadi (karena
edema, adanya formasi bekuan darah).
Tersumbatnya arteri subklavia dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan
tekanan pada kedua lengan.
Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
kesamaan, dan reaksinya terhadap okulomotor (III) dan berguna dalam
cahaya. menentukan apakah batang otak tersebut
masih baik. Ukuran dan kesamaan pupil
ditentukan oleh keseimbangan antara
persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya. Respons terhadap
refleks cahaya mengkombinasikan fungsi
dari saraf cranial optikus (II) dan saraf
cranial okulomotor (III).
Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
seperti fungsi bicara jika pasien sadar. merupakan indikator dari lokasi/derajat
gangguan serebral dan mungkin
mengindikasikan penurunan/peningkatan
TIK.
Kolaborasi
Berikan oksigen sesuai indikasi. Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi seebral dan
tekanan meningkat/terbentuknya edema.
Pertahankan kaki dalam posisi netral Mencegah rotasi eksternal pada pinggul
dengan gulungan/ bantalan trokanter
Observasi daerah yang terkena: warna, Jaringan yang mengalami edema lebih
edeme atau tanda lain dari gangguan mudah mengalami trauma dan
sirkulasi penyembuhannya lambat
Bicara dengan nada normal dan Nada suara yang tinggi memicu
hindari percakapan yang cepat. ketidaknyamanan dan rasa marah
Berikan jarak waktu untuk klien
merespons
Kolaborasi
Konsultasikan kepada ahli terapi wicara Menentukan terapi yang tepat
Defisit perawatan diri Klien Klien dapat melakukan Madiri
berhubungan dengan menunjukkan ADL dibuktikan dengan dorong klien untuk menggunakan penggunan bagian tubuh yang tidak
kehilangan kemampuan penggunaan alat dan teknik bagian tubuh yang tidak terefek oleh terkena efek stroke akan meningkatkan
kemampuan dalam dalam yang adaptif stroke untuk mandi, menyikat gigi, kemampuan fungsional dan kemandirian
menggunakan bagian beraktivitas menyisir, berpakaian dan makan klien
tubuh tertentu (ADL) sebanyak
mungkin dalam
batasan tertentu ajarkan dan bantu memakai pakaian teknik ini memfasilitasi klien berpakaian
pada bagian tubuh yang terkena stroke dengan bantuan yang minimal
dahulu baru kemudian selanjutnya pada
bagian tubuh yang tidak terkena efek.
Kolaborasi
kolaborasi dengan terapi okupasi dalam mengikuti latihan terjadwal dan rutin
menjadwalkan latihan pada ektremitas akan meningkatkan kemampuan belajar.
yang penting untuk melakukan ADL. Pemggunaan alat bantu meningkatkan
Dorong klien untuk menggunakan alat kemandirian dan maminimalkan rasa
bantu untuk beraktivitas jika tidak mampu. Latihan ini meningkatkan
diperlukan konsep diri positif.
REFERENSI:
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Terj. Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. ( ). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaak dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Lewis, S., L., Shanon, R., D., Margaret, M., H., Linda, B.,& Mariann, M., H. (2014). Medical surgical nursing: assessment and management of clinical
problem.Missoury: Elsevier.
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8 Vol.1. Jakarta: EGC.