Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada system biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada
kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di
sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya
adalah gigitan binatang yang menyebab infeksi yang menyerang susunan saraf pusat (rabies).

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan
lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada
tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan
dalam jangka panjang

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Gadar Over Dosis dan Keracunan Obat


a. Pengertian Over Dosis
Yaitu keadaan dimana seseorang mengalami ketidak sadaran akibat
menggunakan obat terlalu banyak, ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat
tersebut terlewati ( melebihi toleransi badan).
Over dosis terjadi apabila tubuh mengabsorsi obat lebih dari ambang batas
kemampuan. Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya proses toleransi tubuh terhadap
obat yang terus menerus, baik digunakan oleh para pemula maupun para pemakai
yang kronis

b. Etiologi Over Dosis (OD) atau kelebihan dosis terjadi karena beberapa hal
1. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika
seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabila dia
memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar
terjadi OD
2. Kualitas barang konsumsi berbeda

c. Gejala Over Dosis


1. Tidak merespon pada sentuhan atau suara
2. Wajah pucat atau membiru
3. Tubuh dingin dan kulit lembab
4. Bernafas tetapi sangat lambat, kira-kira 2-4 kali dalam 1 menit
5. Keluar busa pada mulut
6. Sakit atau seperti ada tekanan yang sngat kuat di dada
7. Menggigil
8. Keringat dingin mengalir deras ( keringat jagung)
9. Pingsan

2
10. Kejang-kejang

d. Manifestasi Klinis
Umumnya manifestasi klinis yang timbul pada klien yang mengalami OD :
1. Keringat
2. Hiperaktifitas kelenjar luda
3. Gangguan saluran pencernaan
4. Kesukaran bernafas

Keracunan Ringan meliputi :

1. Anoreksia
2. Nyeri kepala
3. Rasa Lemah
4. Rasa takut
5. Tremor pada lidah, kelopak mata
6. Pupil miosis

Keracunan Sedang meliputi:

1. Nausea
2. Muntah-muntah
3. Kejang atau kram perut
4. Hipersaliva
5. Fasikulasi otot dan bradikardi

Keracunan Berat meliputi:

1. Diare
2. Reflek cahaya negative
3. Sesak nafas
4. Sianosis
5. Edema paru
6. Inkontenensia unine dan feces
7. Koma

3
8. Blokade jantung akhirnya meninggal

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnose keracunan IFO akut atau kronik (menurun sekian % dari
harga normal). Keracunan akut : Ringan 40-70%, Sedang 20-40 %, Berat <
20%. Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25-50% setiap
individu yang berhubungan dengan insejtisida ini harus segera disingkirkan dan
baru diizinkan bekerja kembali kadar KhE telah meningkat > 75 % N
2. Patologi Anatoni (PA)
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering
hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ-
organ lainnya.

f. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergency
A : Bebaskan Jalan Napas, Kalau perlu lakukan intubasi
B :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
C : Pasang infus bila keadaan pasien gawat dan perbaiki perfusi jaringan
2. Identifikasi penyebab keracunan
3. Eliminasi Racun
Racun yang ditelan bisa dieliminasi dengan cara :
a) Rangsangan Muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1
jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1
jam tidak perlu dilakukan rangsangan muntah kecuali bila bahan
beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas
(memperpanjang pengosongan) lambung

4
b) Bilas lambung akan sangat berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang
dapan menghambat pengosongan lambung

g. Asuhan Keperawatan OD
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran. Riwayat kesadaran : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya
2. Diagnosa Keperawatan
A. Tidak efektifnya pola napas
B. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
C. Gangguan Kesadaran
D. Tidak efektifnya koping individu
3. Intevensi
a) Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang
bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar
racun (antidotum) yang meliputi resusitasi air way, breathing,circulasi
eliminasi untuk menghambat absorsi
b) Melalui pencernaan dengan cara bilas lambung
c) Beri anti dotum sesuai advice dokter minimal 2x24 jam yaitu pemberian
SA
d) Perawatan sufortif, meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapai
menggigil, monitor perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,
sianosis, distress pernafasan, tanda-tanda kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian. Monitor vital sign setiap 15 menit
untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter

5
e) Jika pernafasan defresi berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator
mungkin bisa diperlukan

B. Asuhan Keperawatan Gadar Keracunan Makanan


a. Pengertian Keracunan makanan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner &
Suddarth Vol.3)

b. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan
sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

6
c. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Koma
h. Blokade jantung akhirnya meninggal

d. Penatalaksanaan

7
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan
nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat
3. Identifikasi penyebab
Bila memungkinkan lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah dan menguras lambung
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau
asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.

e. Asuhan Keperawatan Keracunan Makanan


1. Pengkajian : Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran menurun
b. Pernafasan : Nafas tidak teratur
c. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e. Gastrointestinal : Muntah, diare
f. Integumen : Berkeringat

8
g. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego : Gelisah, pucat
i. Eliminasi : Diare
j. Selaput lender : Hipersaliva
k. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
b. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
d. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
3. Intervensi dan Rasional
a. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru bersih
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang
baik untuk melancarkan respirasi
3. Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien
b. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi :
1. Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses
Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan
klien
2. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor
kulit

9
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan
mengamati sistem integuman.
3. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi :
1. Catat adanya muntah
Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien
muntah
2. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi
3. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan
lancar serta tidak lagi mengalami mual, muntah
4. Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen
d. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi :
1. Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit
2. Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi
dan kekuatan pada ekstremitas
3. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh
4. Evaluasi
a. suara nafas normal
b. Kebutuhan volume cairan tubuh terpenuhi
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

10
d. Gangguan perfusi jaringan keseluruh tubuh terpenuhi

C. Asuhan Keperawatan Gadar Gigitan Binatang Berbisa


a. Pengertian Gigitan Binatang Berbisa.
Yaitu gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular
dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Rasa gatal dengan
bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas,pingsan dan hampir meninggal
dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis.
b. Gejala dan Tanda Gigitan Binatang Berbisa
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori mayor :
1. Efek lokal

Digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa
sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat
berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan
jaringan sekitar sisi gigitan luka.

2. Perdarahan

Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat


menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut
atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan
syok atau bahkan kematian.

3. Efek system saraf

Bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular
kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot
pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,korban
dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.

4. Kematian otot

11
Bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia
dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris
dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein.
Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.

5. Mata

Semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata

c. Penatalaksanaan
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi :
1. Mengistirahatkan korban
2. Melepeskan benda yang mengikat seperti cincin
3. Memberikan kehangatan
4. Membersihkan luka
5. Menutup luka dengan balutan steril
6. Imobilisasi bagian tubuh di bawah tinggi jantung

Evaluasi awal departemen kedaruratan dilakukan dengan cepat meliputi :

1. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak

2. Menentukan dimana dan kapan gigitan ular terjadi dan sekitar gigitan
3. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala ( bekas gigi, nyeri, edema, dan eritem
jaringan yang digigit dan di dekatnya)
4. Menentukan keparahan dampak keracunan
5. Memantau tanda vital
6. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau ares pada beberapa
titik
7. Dapatkan data laboratorium yang tepat ( misalnya, HDL , urinalisis, dan
pemeriksaan pembekuan )
Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa dimana
terjadi gigitan, dan kesehatan umum, serta usia korban.
Pedoman umum meliputi:

12
1. Dapatkan data dasar laboratorium
2. Jangan gunakan es, tornikuet, heparin, kortikosteroid selama tahap akut.
Kortikosteroid dikontraindikasikan pada jam 6-8 jam pertama setelah gigitan
karena agens ini mendepresi produksi antibody dan menyembunyikan kerja
antivenin ( antitoksin untuk bisa ular)
3. Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalksanaan hipotensi. Jika vasopresin
digunakan untuk penanganan hipotensi penggunaan harus dalam jangka pendek
4. Bedah eksplorasi terhadap gigitan jarang di indikasikan
5. Observasi pasien dengan teliti selama 6 jam : pasien tidak pernah dibiarkan tanpa
perhatian.
6. Pemberian antivenin ( antitoksin ). Antivenin paling efektif diberikan
selama 12 jam dari gigitan ular. Dosis bergantung pada tipe ular dan perkiraan
keparahan gigitan. Anak membutuhkan lebih banyak antinenin dari pada orang
dewasa karena tubuhnya lebih kecil dan lebih rentan terhadap efek toksik bisa. Uji
kulit harus dilakukan sebelumnya untuk dosis awal untuk mendeteksi alergi
terhadap antivenin. Sebelum meberikan antivenin dan setiap 15 menit setelahnya,
sekitar bagian yang terkena diperiksa. Beri antivenin pada korban gigitan ular
koral sebagai standar perawatan jika korban datang dalam 12jam setelah gigitan,
tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat
muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang menjadi gagal nafas.
Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus
diperlukan jika korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir.
d. Asuhan Keperawatan Binatang Berbisa
1. Pengkajian
Pada gigitan ular dapat ditemukan data :
a. Tampak kebiruan
b. Pingsan
c. Lumpuh
d. Sesak nafas
e. Syok hipovolemik

13
f.Nyeri kepala
g. Mual dan muntah
h. Keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan
i. Miotoksisitas
e. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
b. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
c. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
d. Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
e. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak
adekuat
f. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Intervensi
1. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
2. Berikan kompres dingin
Rasional : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin
Rasional : mengurangi gatal – gatal
b. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
Intervensi
1.Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi(perdarahan luar)
Rasional : Mengurangi keparahan
2.Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
Rasional : Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran

14
3.Kaki di tinggikan dan di topang
Rasional : Meningkatkan suplai darah ke otak
4.Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
Rasional : Sirkulasi tidak terganggu
5.Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
Rasional: Mengetahui tingkat perkembangan pasien
c. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
Intervensi
1. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
Rasional : Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
Rasional : Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka
3. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU)
polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000 IU
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
d. Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas
2.Pantau frekuensi pernapasan
3.Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
4.Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
5.Observasi warna kulit dan adanya sianosis
6.Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
7.Batasi pengunjung klien
8.Pantau seri GDA
9.Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
10.Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
e. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
Intervensi

15
1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
2.Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3.Beri kompres mandi hangat
4.Beri antipiretik
5.Berikan selimut pendingin
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak
adekuat
Intervensi
1.Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2.Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
5.Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
6.Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
7.Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau
antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
8.Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
9.Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
10. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
4. Evaluasi
a. Meredakan nyeri
b. Menangani penyebab, Memperbaiki suplai darah ke jaringan
c. Mencegah peradangan akut

16
BAB III

KESIMPULAN

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu.

Over dosis (OD) yaitu keadaan dimana seseorang mengalami ketidak sadaran akibat
menggunakan obat terlalu banyak, ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat tersebut
terlewati (melebihi toleransi badan). Sedangkan keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba –
tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
(KMB Brunner & Suddarth Vol.3). Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang di
akibatkan oleh gigitan hewan.

Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan pada penderita dengan kasus over dosis, keracunan
makanan, gigitan binatang adalah sama. Yang harus selalu diperhatikan pada penderita keracunan,
over dosis, dan gigitan binatang hendaknya selalu monitor dan catat setiap perubahan-perubahan
yang terjadi yang meliputi airway, breathing, circulasi (ABC).

17

Anda mungkin juga menyukai