Anda di halaman 1dari 9

Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990

(Zulfikar. 2012. Askep Gigitan Ular, (Online)

KEGAWATDARURATAN PADA KERACUNAN

Tujuan Umum
Setelah Setelah pembelajaran ini, mahasiswa Akper Intan Martapura semester V, dapat menguasai
konsep Keracunan dengan baik.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Akper Intan Martapura semester V, dapat menguasai konsep Keracunan dengan baik,
meliputi :
a. Pengertian keracunan
b. Penyebab keracunan
c. Gejala dan tanda keracunan secara umum
d. Penatalaksanaan keracunan secara umum
e. Penatalaksanaan keracunan yang spesifik
2. Mampu menerapkan penanganan keracunan di klinik.

Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Keracunan


Pengertian
Keracunan adalah masuknya suatu zat kedalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke
dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan
di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan dapat terjadi melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya kesehatan.
Penyebab terjadinya keracunan
Zat yang dapat menyebabkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, dan makanan.
2. Gas, misalnya CO.
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, dan zat kimia.

Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :


1. Tertelan melalui mulut, misalnya keracunan makanan, minuman dan obat-obatan.
2. Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO.
3. Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia.
4. Melalui suntikan atau gigitan, misalnya gigitan/sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking), dan
obat suntik.
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila
masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila
masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu adalah pernafasannya dan bila melalui kulit akan
terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun
tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
1. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
2. Penurunan respon
3. Gangguan pernafasan
4. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
5. Mual, muntah, diare
6. Lemas, lumpuh, kesemutan
7. Pucat atau sianosis

43
8. Kejang-kejang
9. Gangguan pada kulit
10. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
11. Syok
12. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun
bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun .
7. Awasi jalan nafas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk
identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi.
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
Penatalaksanaan Racun berdasarkan cara masuk ke dalam tubuh sebagai berikut :
1. Racun masuk melalui mulut
Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan sendirinya dapat merangsang
terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi korban. Namun, jika tidak disertai muntah, korban
dirangsang untuk memuntahkan racunnya atau dibantu dengan cara menekan tenggorokannya dengan
jari melalui mulut.Pada anak-anak, merangsang muntah dapat dilakukan dengan memberinya minum
air atau susu sebanyak mungkin, biasanya muntah akan terjadi dengan sendirinya.
a. Muntah tidak boleh dirangsang : beberapa catatan yang tidak boleh merangsang muntah adalah
keracunan yang disebabkan oleh bensin, minyak tanah, asam dan basa keras, serta apabila
penderita dalam keadaan tidak sadar. Memuntahkan zat tersebut malah akan merugikan atau
merusak saluran cerna korban.
b. Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan apabila racun masuk melalui mulut
kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan setelah lewat dari 3 jam, apabila
penderita sudah diberi minum susu dalam jumlah banyak terlebih dahulu. Pembilasan lambung
tidak boleh dikerjakan apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam atau basa
keras atau berupa bensin dan sejenisnya.
c. Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan melalui mulut : penderita diberi minum
air garam (satu sendok makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok makan bubuk
norit (arang) dalam satu liter air. Kemudian cairan tersebut dimuntahkan. Apabila penderita tidak
sadar, jangan melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi lambungnya.
d. Korban cepat dibawa ke rumah sakit.
2. Racun yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber masuknya racun melalui hidung.
Bawa korban ke tempat yang udaranya lebih segar. Bila perlu berikan pernapasan buatan.
3. Racun masuk melalui kulit
Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin, pakaiannya sudah dilepas
terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang dipakainya disiram dengan air mengalir atau dilepas.
Apabila sudah terjadi syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut.
4. Racun masuk melalui suntikan
Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk menghambat racun menjalar lebih
jauh di dalam tubuh, atau dapat pula dengan menyedotnya dari tempat suntikan dengan
mempergunakan alat penyedot.
5. Reaksi alergi berat : anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan biasanya berat. Anafilaksis
terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami perangsangan (sensitisasi) akibat pemaparan
terhadap suatu zat penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen, tapi
pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya baru terjadi reaksi alergi. Reaksi anafilaksis ini
terjadinya mendadak, berat dan sistemik (melibatkan seluruh sistem tubuh).

44
Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat asing/ alergen. Beberapa jenis obat-obatan
misalnya morfin, pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang
menyerupai anafilaksis, namun masih lebih ringan). Hal ini biasanay merupakan reaksi idiosinkratik
atau reaksi keracunan dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksis sesungguhnya. Paling sering terjadi pada gigitan atau sengatan serangga, alergi makanan
dan alergi obat. Jarang terjadi pada alergen yang berupa serbuk sari bunga.

Gejala yang muncul merupakan respon sistem kekebalan tubuh yang melepaskan antibodi dan diikuti
jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi penyempitan
saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas, gangguan pernapasan dan
timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram perut, muntah dan diare.

Tindakan pertolongan :
a. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera.
b. Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal
atau trakeostomi/krikotirotomi.
c. Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernapasan dan
meningkatkan tekanan darah.
d. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi
jantung dan peredaran darah berfungsi baik.
e. Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid misalnya prednison diberikan untuk
meringankan gejala lainnya.

Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah
anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu berikan
kortikosteroid, antihistamin atau efinefrin.

F. Macam-macam keracunan
1. Keracunan zat padat
a. Keracunan Obat
1) Salisilat
Dasar diagnosis : Ada riwayat makan salisilat.
Gejala klinis : Hiperventilasi, asidosis metabolik, muntah, dehidrasi, poliuri
kemudian oliguri. Kadang didapatkan perdarahan, edem paru, depresi pernapasan dan
nekrosis tubular akut.

Penatalaksanaan : Resusitasi jantung paru otak, emesis dengan sirup pekak, rehidrasi,
vitamin K 1 mg, im, alkalinisasi urin 2 mEq/Kg Na bikarbonat iv, dan jika keadaan berat
dilakukan transfusi tukar atau dialisis.

2) Obat hipnotik
Dasar diagnosis : Anamnesa dan gejala klinik
Penatalaksanaan : Resusitasi jantung paru otak, eliminasi, pemberian antidotum.

3) Asetaminofen
Dasar diagnosis : Anamnesa dan gejala klinik

Penatalaksanaan : Resusitasi jantung, paru otak, diberikan metionin, glutation atau N-asetil
sistein dengan dosis awal 140 mg/Kg BB dilanjutkan 70 mg/Kg BB tiap 4 jam. Bila muntah
diberikan melalui selang duodenum. Pada kasus berat dilakukan hemodialisis.

4) Asetosal/aspirin/naspro
Gejala keracunan asetosal/aspirin/naspro : Nafas dan nadi cepat, gelisah, nyeri perut, muntah
(sering bercampur darah), sakit kepala.

Pertolongan pertama :
a). Upayakan pertolongan dengan membuat nyaman pasien
b). Bila sadar beri minum air atau susu
c). Bawa ke sarana kesehatan

5) Luminal dan obat tidur sejenisnya


45
Gejala keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya : Refleks berkurang, depresi pernapasan,
pupil kecil dan akhirnya dilatasi (melebar), shock, dan bisa menyebabkan koma.

Pertolongan pertama :
a). Bila penderita sadar, berikan minum hangat serta upayakan agar penderita muntah
b). Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran pernafasan
c). Penderita dibawa ke sarana kesehatan terdekat

b. Keracunan Makanan
1). Singkong
Dasar diagnosis : Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida. Zat ini mengganggu oksidasi
jaringan karena mengikat enzim sitokrom oksidase. Beberapa jam setelah makan singkong timbul
muntah, pusing, lemah, kesadaran menurun sampai koma, dispneu, sianosis dan kejang.

Penatalaksanaan : Resusitasi, berikan Natrium tiosulfat 10-30 ml, iv, pelan-pelan. Sebelumnya
dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
3). Jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat muncul beberapa menit
sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun tersebut. Gejalanya berupa sakit perut yang
hebat, muntah, diare, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan. Gejala alami
mungkin muncul dalam jarak beberapa menit sampai 2 jam.

Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer Kalium Permanganat (1 gr Kalium
Permanganat dalam 2 liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan
napas, berikan pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah sakit.

Pertolongan pertama:
a. Netralisasi dengan cairan
b. Upayakan pasien muntah
c. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

4). Bongkrek
Dasar diagnosis : Zat beracun dalam bongkrek adalah toksoplavin.
Gejala klinik timbul sesudah 12-48 jam makan bongkrek, berupa pusing, diplopia, anoreksia,
lemah, ptosis, strabismus, sukar bernapas/menelan/berbicara. Kematian timbul dalam 1-8 hari.
Penatalaksanaan : Resusitasi, bilas lambung. Dapat pula diberikan antitoksin yang disertai
dengan pemberian glukose i.v, larutan garam fisiologik dan plasma.

5). Keracunan makanan laut


Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting, rajungan dan ikan lautnya dapat menyebabkan
keracunan ;
Gejala :
a. Masa laten 1/3 – 4 jam
b. Rasa panas disekitar mulut
c. Rasa baal pada ekstremitas
d. Lemah
e. Mual, muntah
f. Nyeri perut dan diare
Pertolongan pertama:
a. Netralisir dengan cairan
b. Upayakan muntah

6). Keracunan botulinum


Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi kedap udara (anaerobic),
yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu
yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora, karena cara hidup yang demikian itu,
memungkinkan kuman ini banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng yang diolah secara kurang
sempurna.
Gejalanya : muncul secara mendadak antara 18-36 jamm setelah mengkonsumsi makanan
tercemar kuman ini. Gejalanya berupa badan lemas yang kemudian diikuti dengan penglihatan
46
yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak
lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.
Penatalaksanaan : Korban harus dirawat di rumah sakit dengan penyuntikkan serum anti toksin
yang khas untuk botulinum. Sebelum disantap, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus
bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih untuk beberapa menit

7). Keracunan jengkol


Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol yang berlebih dalam
saluran kencing.
Gejalanya berupa nyeri pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan
kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing. Kadang juga
disertai darah akibat gesekan kristal asam jengkol saat keluar dan melukai saluran kemih. Bau khas
jengkol pada napas, mulut dan air kencing. Keracunan yang berat dapat mengakibatkan
berkurangnya air kencing atau tidak dapat kencing sama sekali.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada
keracunan yang berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

8). Keracunan singkong


Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan lemah, mata melotot, mulut
berbusa, pingsan, kejang-kejang.

Tindakan pertolongan :
a. Berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit sekali selama 15-30 detik.
b. Berikan pernapasan buatan.
c. Usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
d. Berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk diminum.
e. Selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam perjalanan usaha
pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi

2. Keracunan Zat Gas


a. Karbon monoksida
Dasar diagnosis : Sakit kepala, gangguan kesadaran, koma. Depresi pernapasan dan syok.
SGOT, SGPT meningkat, edem paru dan aritmia.
Penatalaksanaan : Berikan oksigen yang adekuat, bila mungkin gunakan ‘hyperbaric O2”.

b. Gas toksik iritan


Dasar diagnosis : Iritasi lokal di mata, hidung, faring seperti pilek dan batuk, dapat timbul edem
paru dan kematian. Pemeriksaan fisik dan foto paru periodik.
Penatalaksanaan : Pindahkan penderita dari daerah bahaya ke lingkungan udara segar. Resusitasi
jantung paru otak. Kortikosteroid dan antibiotika.

3. Keracunan Zat Cair


a. Keracunan Alkohol
Gejala keracunan alkohol :
1). Kekacauan mental
2). Pupil mata dilatasi (melebar)
3). Sering muntah-muntah
4). Bau alkohol

Pertolongan awal :
1). Upayakan muntah bila pasien sadar
2). Pertahankan agar pernapasan baik
3). Bila sadar, beri minum kopi hitam
4). Bawa ke sarana kesehatan

b. Keracunan arsen/racun tikus :


Gejala keracunan arsen/racun tikus :
1). Perut dan tenggorokan terasa terbakar
2). Muntah, mulut kering
47
3). Buang air besar seperti air cucian beras.
4). Nafas dan kotoran berbau bawang
5). Kejang dan syok

Pertolongan pertama :
1). Usahakan agar dimuntahkan
2). Beri minum hangat /susu atau larutan norit
3). Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

c. Keracunan bensin/minyak tanah


Gejala keracunan bensin/minyak tanah :
1). Inhalasi : nyeri kepala, mual,lemah, sesak nafas
2). Ditelan : Muntah,diare, sangat berbahaya jika terjadi aspirasi (terhisap saluran pernafasan)
Pertolongan pertama :
1). Jangan lakukan muntah buatan
2). Beri minum air hangat
3). Segera kirim kepuskesmas/rumah sakit

d. Keracunan Zat Kimia Industri


1). Metil Alkohol
Dasar diagnosis : Gangguan penglihatan, sakit kepala, muntah, sakit perut, hiperpnoe,
tremor, kejang, koma dan syok.
Penatalaksanaan : Resusitasi homeostasis, bilas lambung dengan larutan Na bikarbonat, berikan
etil alkohol sebagai kompetitif dalam proses alkohol dehidroge-nase, diuterikum dan hemodialisis.

2). Asam Sianida


Dasar diagnosis : Dispnea, sianosis, sakit kepala, kejang dan koma.
Penatalaksanaan : Berikan anti dotum Na nitrit dan Na tiosulfat.

3). Kaustik
Dasar diagnosis : Korosi mukosa mulut, esofagus, faring. Sakit di saluran pencernaan dan
sangat haus. Sakit menelan, mual dan muntah, diare dan kolaps. Inflamasi, pembengkaan, perionitis
dan striktura saluran cerna.
Penatalaksanaan : Resusitasi homeostasis. Jangan dibuat muntah dan dibilas lambung. Diberikan
‘venegarial lemon’ dan ‘orange pieve’ untuk menetralkan. Asam oleh susu atau ‘milk of
magnesium’ Opiat untuk mengurangi sakit, antibiotika dan prednison. Bila dapat menelan
diberikan makanan cair.

4). Hidrokarbon
Dasar diagnosis : Hidrokarbon menyebabkan perubahan paru paru dan Susunan saraf pusat.
Tanda dan gejala : Menekan zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa, muntah dan diare. Kadang
timbul distres pernapasan, sianosis, takikardi, demam dan kematian. Bensin, gasolin, karosen dan
minyak polish sangat bahaya.

Diagnosis dibantu dengan foto thorak adanya pneumonia hidrokarbon.


Penatalaksanaan : Resusitasi JPO / homeostasis. Observasi selama 24 jam. Berikan oksigen,
antibiotika dan kortikosteroid. Hindari penggunaan adrenalin. Jangan diberikan alkohol dan
minyak mineral karena akan mempermudah absorbsi. Boleh diberikan caffein pada depresi saraf
pusat.
Kontraindikasi : emesis dan bilas lambung

Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Linden,C.H., Burns,M.J., Poisoning and Drug Overdosage in Harrison’s Principles of Internal


Medicine Vol.2, 16th edition, International Edition, McGraw-Hill, 2005

Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM RI, 2014, Cara penanganan berbagai jenis keracunan,
http://www.SentraInformasiKeracunan Nasional.html

48
KEGAWATAN BENCANA ALAM
DAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan mata ajar ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami
tentang Kegawatan Bencana Alam dan Rsesusitasi Jantung Paru

TujuaKhusus
Setelah tatap muka ini mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik tentang :
1. Definisi Bencana Alam dan RJP, Penyebab Bencana Alam dan RJP , Pathofisiologi
Bencana Alam dan RJP
2. Penatalaksanaan Penanganan Bencana Alam dan RJP dan Asuhan Keperawatan pada
Bencana Alam dan RJP.

Konsep Kegawatan Bencana Alam dan Resusitasi Jantung Paru


DEFINISI
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam Kejadian Luar Biasa adalah Kejadian
yang melebihi keadaan biasa, pada satu / sekelompok masyarakat tertentu. Sebenarnya gejala alam
merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam
tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda),
kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
KLASIFIKASI
Ada 3 jenis Bencana Alam berdasarkan Penyebabnya, yaitu :
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen).
Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan.
Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung,
kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh :
hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

TRIASE
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
TUJUAN TRIASE
1. untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling
efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya.
2. untuk melakukan penanganan segera yang terbaik untuk pasien

PENANGANAN KEGAWATAN BENCANA ALAM


49
Antisipasi yang dapat diakukan adalah :
A. SEBELUM TERJADI GEMPA
1. Mengetahui secara teliti jalan-jalan keluar masuk dalam keadaan darurat di mana pun kita
berada. Ingat gempa dapat terjadi sewaktu-waktu.
2. Meletakkan barang-barang yang berat di tempat yang stabil dan tidak tergantung.
3. Matikan segera lampu, kompor minyak atau gas serta listrik agar terhindar dari bahaya kebakaran.
B. SAAT TERJADI GEMPA
1. Jika berada di dalam ruangan: diamlah sejenak, jangan panik dan segeralah keluar dari bangunan.
Secepatnya mencari perlindungan di bawah meja atau di dekat pintu. Jauhi tempat-tempat yang
mungkin mengakibatkan luka seperti kaca, pipa gas atau benda-benda tergantung yang mungkin akan
jatuh menimpa.
2. Jika berada di luar rumah: tinggallah atau carilah tempat yang bebas dari bangunan-bangunan,
pohon atau dinding. Jangan memasuki bangunan meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak
mustahil runtuhan bangunan masih dapat terjadi.
3. Jika berada di tengah keramaian: janganlah turut berdesak-desakan mencari jalan keluar, meskipun
orang-orang yang panik mempunyai keinginan yang sama. Carilah tempat yang tidak akan kejatuhan
runtuhan.
4. Jika berada dalam bangunan tinggi: secepatnya mencari perlindungan di bawah meja dan jauhilah
jendela atau dinding luar bangunan. Tetaplah berada di lantai di mana kamu berada ketika gempa
terjadi, dan jangan gunakan elevator atau lift yang ada.
5. Jika sedang mengendarai kendaraan: hentikan kendaraan kamu dan tetaplah berada di dalam mobil
dan pinggirkanlah mobil kamu. Jangan berhenti di atas jembatan, atau di bawah jalan layang. Jika
gempa sudah berhenti, janganlah langsung melintasi jalan layang atau jembatan yang membentang,
sebelum dipastikan kondisinya aman.
C. SETELAH TERJDI GEMPA
1. Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-pecahan kaca atau bahan-bahan yang
merusak kaki.
2. Periksalah apakah kamu mendapat luka yang memerlukan perawatan segera.
3. Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan kamu.
4. Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi kebocoran. Jika tercium bau gas usahakan segera
menutup sumbernya dan jangan sekali-kali menyalakan api dan merokok.
5. Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang biasanya disiarkan oleh pemerintah, bila
hal ini memungkinkan.
6. Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-gempa susulan. Dan berdoa agar terhindar
dari bencana yang lebih parah.
ORGANISASI PENANGANAN
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah sebuah Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam:
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan
secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada
saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan
pemulihan
BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008. Sebelumnya badan ini bernama
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2005, menggantikan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001.

RESUSITASI JANTUNG PARU


DEFINISI
RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena
sebab-sebab tertentu
RJP adalah Suatu usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau fungsi jantung serta
menangani akibat-akibat berhentinya fungsi-fungsi tersebut pada orang yang tidak diharapkan mati
pada saat itu
TUJUAN
Untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali.
INDIKASI
1. Korban tidak responsif
2. Tidak bernapas normal (yaitu, hanya terengah-engah)
3. Ditemukan korban tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri dengan gambaran 2 diatas
KONTRAINDIKASI
50
1. DNAR (do not attempt resuscitation)
2. Tidak ada manfaat fisiologis karena fungsi vital telah menurun
3. Ada tanda kematian yang reversibel (rigormotis (kaku mayat), dekapitasi,dekomposisi, atau
pucat
PROSEDUR RJP
 BilaAnda melihat seseorang yang tidak sadar maka tindakan Anda pertama-tama adalah Anda
harus berteriak untuk meminta tolong dan sekalian menjadi saksi mata
 Anda dekati penderita dan coba bangunkan penderita
 Jika tetap tidak sadar maka bersama-sama saksi (orang lain sebagai saksi) tersebut posisikan
penderita dalam keadaan telentang di tempat yang datar untuk melakukan tindakan RJP
 Tindakan pertama-tama adalah buka jalan napas dengan cara angkat dagu dan tengadah kepala
(Head tilt and chin lift) atau tindakan A (Airway)
 Periksa apakah penderita bernapas atau tidak
 Bila tidak bernapas, segera lakukan tindakan B (Breathing) yaitu beri napas buatan dua kali
 Periksa denyut nadi arteri besar (biasanya arteri carotis atau arteri femoralis)
 Bila tidak teraba denyut arteri besar maka segera lakukan C (circulation support buatan diikuti
30 kali pijat jantung luar ditambah 2 kali breathing support). Dengan demikian penderita
terhindar dari kekurangan oksigen baik ke otak maupun ke jaringan lain.
Tindakan RJP ini hanya boleh dihentikan bila :
 RJP sudah berhasil
 Ada orang lain yang menggantikan
 Penolong kelelahan
 Penderita sudah meninggal (pupil makin melebar)

Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai