Tujuan Umum
Setelah Setelah pembelajaran ini, mahasiswa Akper Intan Martapura semester V, dapat menguasai
konsep Keracunan dengan baik.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Akper Intan Martapura semester V, dapat menguasai konsep Keracunan dengan baik,
meliputi :
a. Pengertian keracunan
b. Penyebab keracunan
c. Gejala dan tanda keracunan secara umum
d. Penatalaksanaan keracunan secara umum
e. Penatalaksanaan keracunan yang spesifik
2. Mampu menerapkan penanganan keracunan di klinik.
43
8. Kejang-kejang
9. Gangguan pada kulit
10. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
11. Syok
12. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun
bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun .
7. Awasi jalan nafas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk
identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi.
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
Penatalaksanaan Racun berdasarkan cara masuk ke dalam tubuh sebagai berikut :
1. Racun masuk melalui mulut
Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan sendirinya dapat merangsang
terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi korban. Namun, jika tidak disertai muntah, korban
dirangsang untuk memuntahkan racunnya atau dibantu dengan cara menekan tenggorokannya dengan
jari melalui mulut.Pada anak-anak, merangsang muntah dapat dilakukan dengan memberinya minum
air atau susu sebanyak mungkin, biasanya muntah akan terjadi dengan sendirinya.
a. Muntah tidak boleh dirangsang : beberapa catatan yang tidak boleh merangsang muntah adalah
keracunan yang disebabkan oleh bensin, minyak tanah, asam dan basa keras, serta apabila
penderita dalam keadaan tidak sadar. Memuntahkan zat tersebut malah akan merugikan atau
merusak saluran cerna korban.
b. Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan apabila racun masuk melalui mulut
kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan setelah lewat dari 3 jam, apabila
penderita sudah diberi minum susu dalam jumlah banyak terlebih dahulu. Pembilasan lambung
tidak boleh dikerjakan apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam atau basa
keras atau berupa bensin dan sejenisnya.
c. Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan melalui mulut : penderita diberi minum
air garam (satu sendok makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok makan bubuk
norit (arang) dalam satu liter air. Kemudian cairan tersebut dimuntahkan. Apabila penderita tidak
sadar, jangan melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi lambungnya.
d. Korban cepat dibawa ke rumah sakit.
2. Racun yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber masuknya racun melalui hidung.
Bawa korban ke tempat yang udaranya lebih segar. Bila perlu berikan pernapasan buatan.
3. Racun masuk melalui kulit
Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin, pakaiannya sudah dilepas
terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang dipakainya disiram dengan air mengalir atau dilepas.
Apabila sudah terjadi syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut.
4. Racun masuk melalui suntikan
Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk menghambat racun menjalar lebih
jauh di dalam tubuh, atau dapat pula dengan menyedotnya dari tempat suntikan dengan
mempergunakan alat penyedot.
5. Reaksi alergi berat : anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan biasanya berat. Anafilaksis
terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami perangsangan (sensitisasi) akibat pemaparan
terhadap suatu zat penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen, tapi
pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya baru terjadi reaksi alergi. Reaksi anafilaksis ini
terjadinya mendadak, berat dan sistemik (melibatkan seluruh sistem tubuh).
44
Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat asing/ alergen. Beberapa jenis obat-obatan
misalnya morfin, pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang
menyerupai anafilaksis, namun masih lebih ringan). Hal ini biasanay merupakan reaksi idiosinkratik
atau reaksi keracunan dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksis sesungguhnya. Paling sering terjadi pada gigitan atau sengatan serangga, alergi makanan
dan alergi obat. Jarang terjadi pada alergen yang berupa serbuk sari bunga.
Gejala yang muncul merupakan respon sistem kekebalan tubuh yang melepaskan antibodi dan diikuti
jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi penyempitan
saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas, gangguan pernapasan dan
timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram perut, muntah dan diare.
Tindakan pertolongan :
a. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera.
b. Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal
atau trakeostomi/krikotirotomi.
c. Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernapasan dan
meningkatkan tekanan darah.
d. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi
jantung dan peredaran darah berfungsi baik.
e. Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid misalnya prednison diberikan untuk
meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah
anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu berikan
kortikosteroid, antihistamin atau efinefrin.
F. Macam-macam keracunan
1. Keracunan zat padat
a. Keracunan Obat
1) Salisilat
Dasar diagnosis : Ada riwayat makan salisilat.
Gejala klinis : Hiperventilasi, asidosis metabolik, muntah, dehidrasi, poliuri
kemudian oliguri. Kadang didapatkan perdarahan, edem paru, depresi pernapasan dan
nekrosis tubular akut.
Penatalaksanaan : Resusitasi jantung paru otak, emesis dengan sirup pekak, rehidrasi,
vitamin K 1 mg, im, alkalinisasi urin 2 mEq/Kg Na bikarbonat iv, dan jika keadaan berat
dilakukan transfusi tukar atau dialisis.
2) Obat hipnotik
Dasar diagnosis : Anamnesa dan gejala klinik
Penatalaksanaan : Resusitasi jantung paru otak, eliminasi, pemberian antidotum.
3) Asetaminofen
Dasar diagnosis : Anamnesa dan gejala klinik
Penatalaksanaan : Resusitasi jantung, paru otak, diberikan metionin, glutation atau N-asetil
sistein dengan dosis awal 140 mg/Kg BB dilanjutkan 70 mg/Kg BB tiap 4 jam. Bila muntah
diberikan melalui selang duodenum. Pada kasus berat dilakukan hemodialisis.
4) Asetosal/aspirin/naspro
Gejala keracunan asetosal/aspirin/naspro : Nafas dan nadi cepat, gelisah, nyeri perut, muntah
(sering bercampur darah), sakit kepala.
Pertolongan pertama :
a). Upayakan pertolongan dengan membuat nyaman pasien
b). Bila sadar beri minum air atau susu
c). Bawa ke sarana kesehatan
Pertolongan pertama :
a). Bila penderita sadar, berikan minum hangat serta upayakan agar penderita muntah
b). Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran pernafasan
c). Penderita dibawa ke sarana kesehatan terdekat
b. Keracunan Makanan
1). Singkong
Dasar diagnosis : Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida. Zat ini mengganggu oksidasi
jaringan karena mengikat enzim sitokrom oksidase. Beberapa jam setelah makan singkong timbul
muntah, pusing, lemah, kesadaran menurun sampai koma, dispneu, sianosis dan kejang.
Penatalaksanaan : Resusitasi, berikan Natrium tiosulfat 10-30 ml, iv, pelan-pelan. Sebelumnya
dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
3). Jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat muncul beberapa menit
sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun tersebut. Gejalanya berupa sakit perut yang
hebat, muntah, diare, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan. Gejala alami
mungkin muncul dalam jarak beberapa menit sampai 2 jam.
Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer Kalium Permanganat (1 gr Kalium
Permanganat dalam 2 liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan
napas, berikan pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah sakit.
Pertolongan pertama:
a. Netralisasi dengan cairan
b. Upayakan pasien muntah
c. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
4). Bongkrek
Dasar diagnosis : Zat beracun dalam bongkrek adalah toksoplavin.
Gejala klinik timbul sesudah 12-48 jam makan bongkrek, berupa pusing, diplopia, anoreksia,
lemah, ptosis, strabismus, sukar bernapas/menelan/berbicara. Kematian timbul dalam 1-8 hari.
Penatalaksanaan : Resusitasi, bilas lambung. Dapat pula diberikan antitoksin yang disertai
dengan pemberian glukose i.v, larutan garam fisiologik dan plasma.
Tindakan pertolongan :
a. Berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit sekali selama 15-30 detik.
b. Berikan pernapasan buatan.
c. Usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
d. Berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk diminum.
e. Selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam perjalanan usaha
pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi
Pertolongan awal :
1). Upayakan muntah bila pasien sadar
2). Pertahankan agar pernapasan baik
3). Bila sadar, beri minum kopi hitam
4). Bawa ke sarana kesehatan
Pertolongan pertama :
1). Usahakan agar dimuntahkan
2). Beri minum hangat /susu atau larutan norit
3). Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
3). Kaustik
Dasar diagnosis : Korosi mukosa mulut, esofagus, faring. Sakit di saluran pencernaan dan
sangat haus. Sakit menelan, mual dan muntah, diare dan kolaps. Inflamasi, pembengkaan, perionitis
dan striktura saluran cerna.
Penatalaksanaan : Resusitasi homeostasis. Jangan dibuat muntah dan dibilas lambung. Diberikan
‘venegarial lemon’ dan ‘orange pieve’ untuk menetralkan. Asam oleh susu atau ‘milk of
magnesium’ Opiat untuk mengurangi sakit, antibiotika dan prednison. Bila dapat menelan
diberikan makanan cair.
4). Hidrokarbon
Dasar diagnosis : Hidrokarbon menyebabkan perubahan paru paru dan Susunan saraf pusat.
Tanda dan gejala : Menekan zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa, muntah dan diare. Kadang
timbul distres pernapasan, sianosis, takikardi, demam dan kematian. Bensin, gasolin, karosen dan
minyak polish sangat bahaya.
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM RI, 2014, Cara penanganan berbagai jenis keracunan,
http://www.SentraInformasiKeracunan Nasional.html
48
KEGAWATAN BENCANA ALAM
DAN RESUSITASI JANTUNG PARU
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan mata ajar ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami
tentang Kegawatan Bencana Alam dan Rsesusitasi Jantung Paru
TujuaKhusus
Setelah tatap muka ini mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik tentang :
1. Definisi Bencana Alam dan RJP, Penyebab Bencana Alam dan RJP , Pathofisiologi
Bencana Alam dan RJP
2. Penatalaksanaan Penanganan Bencana Alam dan RJP dan Asuhan Keperawatan pada
Bencana Alam dan RJP.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
TRIASE
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
TUJUAN TRIASE
1. untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling
efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya.
2. untuk melakukan penanganan segera yang terbaik untuk pasien
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.
51