Anda di halaman 1dari 10

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Keracunan

Di susun untuk memenuhi tugas semester VI


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang dibimbing oleh
Anggia Astuti, S.Kp

Di susun oleh :
1. Ervin Dian K.
2. Nurul Fitriana
3. Oktavian Manda P.
4. Irene Tri Herysta
5. Siti Rakhmawati
6. Rizky Nanda

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
2015

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN MASALAH


KERACUNAN
A. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik,
baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya
kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating
karena masalah toksik.
B. Macam-macam Keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan

yang

dilakukan

adalah

menghilangkan

atau

menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan


pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan antidote
spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada

kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien

bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem


sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang
tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk

menurunkan efek toksin.

f.

Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu


system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena
oksigen tidak adekuat.

g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan


zat yang ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi

(proses

melewatkan

darah

melalui

sirkuit

ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon


atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke
pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha
bunuh diri
2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada
pasien atau keluarga
2. Keracunan melalui inhalasi
Penatalaksanaan umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan
jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.

c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.


d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan
Keracunan

makanan

adalah

penyakit

yang

tiba-tiba

dan

mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman


yang terkontaminasi. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyakbanyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan
lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama
neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan

awal

pertama

pada

daerah

gigitan

ular

meliputi

mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,


memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan
balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau
torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn
dilakukan dengan cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.

c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,


edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.
Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari
gejala

yang

berat

merupakan

prognosis

yang

paling

buruk.

Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut
C. Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar
ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
a. Keracunan ringan : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor
pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.

b. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,


bradikardi.
c. Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema
paru, inkontenesia urine dan feces, koma.
D. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan umum
1.

Penanganan pertama pada keracunan makanan


a. Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susus sesegera mungkin.
b. Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban
untuk muntah.
c. Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke
bawah dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar
tidak tersedak.
d. Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e. Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut
korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f. Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.

2. Penanganan di rumah sakit


A.

Tindakan emergency
Airway

: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan

inkubasi
Breathing

: Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas

spontan atau pernafasan tidak adekuat


Circulasi

: Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat

dan perbaiki perfusi jaringan.

B.

Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa
pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obatobatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan
nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab
racun

organo

fhosfat

akan

meracuni

lewat

mlut

penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face


mask atau menggunakan alat bag valve mask.
3. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan
dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering, takikardi,
midriasis, febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.

d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian


yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru
dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
E. Asuhan Keperawatan
I.

PENGKAJIAN
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa,
keadaan status jantung, status kesadran.
a. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan serta kapan
terjadinya.

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)

Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal

2)

Defisit volume cairan b.d muntah, diare

3)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

4)

Resiko gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

5)
III.

INTERVENSI & RASIONAL


1.

Devisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman


dalam rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi :
1)

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas
2)

Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang


baik untuk melancarkan respirasi
3)

Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam

Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien


2.

Defisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat


Intervensi :
1)

Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses

Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan


klien
2)

Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan

turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan
mengamati sistem integuman.
3)

Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi

Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien


3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia

Tujuan : nutrisi adekuat


Intervensi :
1)

Catat adanya muntah

Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien
muntah
2)

Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi


3)

Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi

Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan


lancar serta tidak lagi mengalami mual, muntah
4)

Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi

Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen


4.

Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2

Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan


Intervensi :
1)

Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa

Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit


2)

Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi

Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi


dan kekuatan pada ekstremitas
3)

Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi

Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh

Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3. Jakarta: EGC
Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC, Jakarta
2001 : 98-115.
Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan
Bagi Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.
Sartono, 2002, Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai