Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KERACUNAN PADA ANAK

Kelompok 3 :
1. Anjas Sukmaningsih (153191002)
2. Hesti Hanafi A (153191007)
3. Monica Angelina Sinaga (153191011)
4. Nabila Zulfika S (153191012)
5. Vina Rafmawatik (153191016)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu
dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan-bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah
menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983
tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan
luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan
manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan
merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang
di perlukan antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan
tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung
racun, makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena
makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION ).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu keracunan pada anak?
2. Bagaimana etiologi keracunan?
3. Bagaimana patofiologi keracunan ?
4. Bagaimana penanganan keracunan?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar mahasiswa paham tentang keracunan pada anak,
klasifikasi, dan penanganan pada keracunan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Racun adalah suatu zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi.
Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular, pernapasan,
sistem syaraf pusat, hati, pencernaan.

B. Klasifikasi keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan
racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk      menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu
system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen
tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan
zat yang ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha
bunuh diri
2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien
atau keluarga

2. Keracunan melalui inhalasi


  Penatalaksanaan  umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan
jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan
yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.  
Secara sederhana, keracunan makanan berdasarkan penyebabnya dapat
dibagi menjadi 2 jenis.

a) Bacterial Food Poisoning


Bacterial Food Poisoning terjadi akibat konsumsi makanan
yang terkontaminasi dengan bacteri hidup terkontaminasi toksin yang
dihasilkan bacteri tersebut.
b) Non Bakterial Food Poisoning
Non-bacterial food poisoning adalah kasus keracunan makanan
yang bukan di sebabkan oleh bakteri maupun toksin yang di
hasilkannya.
Pertolongan pertama pada keracunan makanan
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-
banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih
tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa egera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan
cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak  keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).

5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.
Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala
yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
C. Etiologi Keracunan Pada Anak
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a) Escherichia coli patogen
b) Staphilococus aureus
c) Salmonella
d) Bacillus Parahemolyticus
e) Clostridium Botulisme
f) Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Singkong
c) Tempe Bongkrek
d) Bayam beracun
e) Kerang

D. Patofisiologi
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
1. Makanan
2. Bahan-bahan kimia
3. Obat-obatan
4. Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison) : oleh
karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang terjadi
pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada di rumah atau
sekitar rumah.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang muncul adalah:
1. Gejala yang paling menonjol, meliputi:
- Kelainan visus
- Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- Gangguan saluran pencernaan
- Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan - Anoreksia
- Nyeri kepala
- Rasa lemah
- Rasa takut
- Tremor pada lidah dan kelopak mata
- Pupil miosis
3. Keracunan sedang - Nausea
- Muntah-muntah
- Kejang dan kram perut
- Hipersaliva
- Hiperhidrosis
- Fasikulasi otot
- Bradikardi
4. Keracunan berat
- Diare
- Reaksi cahaya negatif
- Sesak nafas
- Sianosis
- Edema paru
- Inkontinensia urine dan feses
- Kovulsi
- Koma
- Blokade jantung yang berujung kematian

F. Penatalaksanaan Segera
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam
saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu
respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha –
usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan
dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan
karbon aktif dan membersihkan usus.
5. Meningkatkan eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Cuci lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila
kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut
dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, katarsis dan cuci lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam
jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan,
terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual
atau gangguan fungsi.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah : Obat-obatan, Gas toksin, zat kimia industri, zat
kimia pertanian, makanan, bisa ular atau serangga.
Gejala Keracunan pada Anak: Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung,
Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah, Mual,
muntah, haus, buang air besar cair, Sakit kepala, telinga berdenging, sukar
mendengar, dan pandangan kabur, Bingung, Koma yang dalam dan kematian karena
kegagalan pernafasan, Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus,
banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :Makanan, Bahan-bahan kimia, Obatobatan, Bahan-
bahan keperluan rumah tangga (Household poison).

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para mahasiswa kebidanan
maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan penatalaksanaan pada pasien
keracunan pada anak dengan baik dan benar.
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG
PADA AN.G USIA 5 TAHUN
DI BPM IBU SUHARTI
No Register/Rekam Medik : 00.88.45
Tanggal Pengkajian : 12 Juni 2021
Jam : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Ibu Suharti Sumowono

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
a. Identitas Bayi / Balita
Nama :An. G
Tanggal lahir :5 tahun , 1 mei 2016
Jenis kelami :Laki-laki
Anak ke :Pertama
b. Identitas Orang Tua
Ibu Bapak
Nama :Ny.L Nama :Tn. T
Umur :25 Umur :30
Agama :Islam Agama :Islam
Suku :Jawa Suku :Jawa
Pendidikan :SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan: Swasta
Alamat :Semanding, Sumowono Alamat :semanding, Sumiwono

2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya demam sejak malam dan tidak sengaja minum susu yang sudah
basi.
4. Riwayat Kesehatan
a. Imunisasi
Hbo : Tanggal 1 Mei 2016
BCG : Tanggal 2 Mei 2016
DPT 1 : Tanggal 10 Mei 2016
DPT 2 : Tanggal 23 Agustus2016
DPT 3 : Tanggal 23 oktober2016
Polio 1 : Tanggal 21 Desember 2016
Polio 2 : Tanggal 21 Januari 2017
Polio 3 : Tanggal 23 Februari 2017
Polio 4 : Tanggal 23 Maret 2016
HB 1 : Tanggal 10 Mei 2016
HB 2 : Tanggal 23 Februari 2016
HB 3 : Tanggal 23 Maret 2017
b. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya demam dan disertai diare sebanyak 3 kali.
c. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas sejak tadi malam.
d. Riwayat penyakit keluarga / menurun
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak
ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung,
ginjal, hepatitis, hipertensi, DM dan penyakit menular seperti
TBC dan pneumonia.
6. Data Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Makanan yang disukai
Ibu mengatakan anaknya makan 3 kali sehari nasi lauk tahu tempe daging dan juga
sayur, minum susu segelas setiap hari, dan minum 6 gelas sehari anak makan sesuai
dengan keinginan anaknya.
2. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
3. Selama sakit : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan hanya minum
susu saja.
b. Istirahat / Tidur
1. Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur tidur siang + 2 jam dan tidur malam +
10 jam.
2. Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur + 6 jam karena sering menangis, rewel
dan sulit untuk ditidurkan.
c. Eliminasi
1. Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya BAB sehari 1 kali, BAK sehari 4 kali.
7. Data Psikososial.
1. Pengasuh
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang tuanya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga.
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang sebaya dengannya.
4. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak rumah berdekatan dengan
rumah yang lain.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Sedang
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV : R : 32 x/menit, S : 38,2ºC, N : 110 x/menit
4) BB / TB : 10 kg / 102 cm
5) LK : 40 cm
2. Pemeriksaan Fisik:
1) Kulit : Kulit terasa hangat, tidak timbul bercak-bercak campak, turgor kulit lembab.
2) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.
3) Muka : Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.
4) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih dan
bersih.
5) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar.
6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak bengkak/berdarah,
mulut tidak berbau.
7) Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lendir berwarna jernih dan encer kulit hidung
bagian luar tampak kemerahan.
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.
9) Dada : Tidak ada tarikan dinding dada waktu bernafas, tampak simetris, pernafasan
mengorok.
10) Perut : Perut terasa nyeri dan kembung.
11) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan.
2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan.
C. ANALISIS DATA
1.Diagnosa: Anak “G” umur 5 tahun, jenis laki-laki demam dengan suhu 38,2°C Sejak tadi
Malam.
2.Data Dasar :
DS: Ibu mengatakan anaknya mengalami demam sejak malam.
DO: Kesadaran: Composmentis
TV : R : 32 x/menit, S : 38,2ºC, N : 110 x/menit
Perut terasa nyeri dan BAB sebanyak 3 kali konsistensi cair.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu mengenai kondisi anaknya yang suhunya mencapai 38,2°C
Hasil: Ibu mengetahui kondisi anaknya saat ini.
Hasil: ibu merasa lega dan senang dengan hasil pemeriksaannya.
3. Menganjurkan ibu untuk tidak memandikan anaknya dengan air dingin.
Hasil:Ibu mau melaksanakan anjuran untuk tidak memandikan anaknya dengan air
dingin
4. Menganjurkan untuk banyak minum air putih agar tidak dehidrasi.
Hasil: Ibu mau melaksanakan anjuran untuk banyak memberikan minum air putih
pada anaknya.
5. Membantu membuat etikat bidan yaitu memberikan pamol syrup (paracetamol 5
ml terdapat 125 mg). 3 x 1 sendok takar sebanyak 5 mL dan zink (lacto B) 3x sehari 1
bungkus.
Hasil: Sudah dilakukan pengambilan dan pembuatan etiket pada syrup pamol.

Anda mungkin juga menyukai