A. Pengertian
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001
:1)
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB
Brunner & Suddarth Vol.3)
Macam-macam Keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak
ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan
cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan
gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien
atau keluarga.
Penatalaksanaan umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya
atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3
kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam
dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan
cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi
dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik
yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan
korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan
kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan
imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan.
Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan
eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan
pembekuan).
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai
edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang
lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan
prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat
untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara lain:
Keadaan semacam itu sering di jumpai pada sejumlah orang yang menderita
penyakit Gastroenteritis akut . Contohnya adalah kasus keracunan makanan pada
kariawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan yang di alami para tamu
undangan di sebuah pesta. Keracunan makanan yang penyebabnya bukan bacteri
atau bahan makanan lain tidak selalu menimbulkan gejala yang sama, tetapi tetap
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Batasan dan penyebabkeracunan makanan perlu di pertegas dan di bedakan
dengan penyakit Gastroenteritis Akut biasa agar tidak menimbulkan polemic dan
masalah pada masyarakat awam. Secara sederhana, keracunan makanan
berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 jenis.
a) Bacterial Food Poisoning
b) Non Bakterial Food Poisoning
Botulism
Botulism atau botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di
sebabkan oleh Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum.
Organisme anaerobic ini banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam
saluran usus hewan. Dalam makanan kaleng, organisme ini akan membentuk
spora. Masa inkubasi botulisme cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit
berbeda dengan kasus Bacterial Food Poisoning yang lain karena eksotoksin
bekerja pada system saraf parasimpatik. Gejala Gastroin testinal yang di
timbulkan ringan walau ada beberapa gejala yang tampak dominan, seperti
Disfagia, Diplopia, Ptosis, Disarthria, kelemahan pada otot dan terkadang
Quadriplegia, walau demam biasa tidak ada, penyakit ini dapat menyebabkan
penurunan kesadaran dan berakibat fatal. Kematian terrjadi dalam waktu 4-8
hari akibat kegagalan pernapasan atau jantung.
Agar lebih aman, sebelum di konsumsi, makanan kaleng sebaiknya dimasak
dahulu pada temperature 100 derajat C selama beberapa menit karena toksin
Cl. Botulinum bersifat Thermolabil (tidak tahan panas). Pemberian obat
quinidine hidroklorida per oral dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat
mengurangi terjadinya Neoromuscular blok, di samping perawatan yang baik
juga sangat bermanfaat dalam pengobatan batulisme.
Cl. Perfringens Food Poisoning
Organisme Clostridium Perfringens (Cl. Welchii) dapat di temukan dalam
kotoran manusia dan binatang dalam tanah, air, dan udara. Keracunan terjadi
karena mengkonsumsi makanan berupa daging ternak (yang tentunya telah
terkontaminasi dengan bakteri ini) yang telah di masak dan di simpan begitu
saja selama 24 jam atau lebih serta di masak lagi untuk di sajikan. Masa
inkubasi penyakit ini sekitar 6-24 jam. Walau patogenisitas Cl. Perfringens
belum banyak di ketahui, organisme ini dapat berkembang biak dengan baik
pada suhu sekitar 30 derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya
Alpha Toxin dan Theta Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang
dapat menimbulkan gejala penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah
Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan keracunan
makanan. Gejala klinis berupa nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual,
dan muntah jarang terjadi. Penderitanya dapat sembuh dengan cepat,
sementara penyakit ini tidak berakibat fatal.
Faktor Resiko
a. Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami sepenuhnya arti
kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh latar
belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung.
b. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi yan
berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang di
sebabkan, antara lain oleh faktor faktor psikologi dan rahasia usaha
c. Produsen kurang / sama sekali tidak mendapat bimbingan dan petunjuk dari
instansi yang berwenang dengan masalah kesehatan dan keselamatan makanan
d. Kurang / belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang berhubungan
dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan setiap jenis makanan yang di
produksi, sebelum di edarkan untuk di pasarkan.
B. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a) Escherichia coli patogen
b) Staphilococus aureus
c) Salmonella
d) Bacillus Parahemolyticus
e) Clostridium Botulisme
f) Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Singkong
c) Tempe Bongkrek
d) Bayam beracun
e) Kerang
C. Pathofisiolgi
D. Manifestasi Klinis
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
E. Komplikasi
1. Syok Neurogenik
2. CHF
3. Gagal ginjal
F. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag valve
mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik
Keracunan Akut : Ringan 40 70 %
: Sedang 20 40 %
: Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 2550%.
3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ
organ lainnya.
H. Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif
dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu
80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluar
c) TEORI MEDIS
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Makanan Cairan
3. Eliminasi
4. Nyaman/ nyeri
5. Keamanan
INTOKSIKASI MINUMAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 21 tahun
Pekerjaan :-
Alamat : Waihaong
No. RM : 09 20 27
B. Data Pengkajian
1. Keluhan utama masuk RS : keluar cairan dari mulut berwarna putih
2. Riwayat keluhan utama : menurut keluarga klien sempat minum susu kadaluarsa
10 menit yang lalu, muntah 1 kali dan keluar cairan dari mulut berwarna putih, wajah
klien juga tampak kemerahan. Oleh karena itu keluarga memutuskan untuk
membawanya ke RS. Setelah di lakukan pengkajian oleh perawat klien mengatakan
lemas, mual, nyeri ulu hati dan tidak nafsu makan.
3. Keluhan yang menyertai : muntah 1 kali, wajah tampak kemerahan, lemas,
mual, nyeri ulu hati dan tidak nafsu makan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas
b. Brithing : Pola napas baik
c. Circulation : Nadi cepat, tidak ada sianosis
d. Disability : Compos mentis ( GCS = E4 V5 M6 = 15 )
e. Exprosure : Tidak ada kelainan
f. KU : Lemah
g. Full vital sign
1) TD : 80/60 mmHg
2) Suhu : 360C
3) Nadi : 99 x/m
4) Pernapasan : 20 x/m
h. Head to toe assesment
Data Subjektif :
Data Objektif :
Data Objektif :
Circulation : Nadi cepat, tidak ada
sianosis
Disability : Compos mentis (
GCS = E4 V5 M6 = 14 )
Exprosure : Tidak ada kelainan
KU : Lemah
Full vital sign
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m
Wajah nampka kemerahan
Takikardi
E. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d intake dan output tidak seimbang
Data Subjektif :
Data Objektif :
1. Kaji TTV
Rasional : untuk membantu dalam merencanakan tindakan selanjutnya
Hasil :
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m
Hasil :
G. Tujuan Tindakan
Racun keluar dari dalam tubuh
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Tidak terjadi syok Hipovolemik
H. Hasil yang Diharapkan
Tidak terjadi syok berkelanjutan
Tidak terjadi takikardi.
I. Evaluasi Diri