Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOKSIKASI ATAU KERACUNAN

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. Pengertian

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001
:1)

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB
Brunner & Suddarth Vol.3)

Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara lain:

1. Penderita menyantap jenis makanan yang sama


2. Penyakit menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan
3. Sumber penyebab yang sama
4. Gejala-gejala penyakitnya mirip satu dengan lain

Macam-macam Keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :

a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak
ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan
cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan
gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien
atau keluarga.

2. Keracunan melalui inhalasi

Penatalaksanaan umum :

a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya
atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3
kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam
dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan
cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi
dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik
yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan
korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan
kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan
imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan.
Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan
eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan
pembekuan).

5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai
edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang
lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan
prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat
untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara lain:

1. Penderita menyantap jenis makanan yang sama


2. Penyakit menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan
3. Sumber penyebab yang sama
4. Gejala-gejala penyakitnya mirip satu dengan lain

Keadaan semacam itu sering di jumpai pada sejumlah orang yang menderita
penyakit Gastroenteritis akut . Contohnya adalah kasus keracunan makanan pada
kariawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan yang di alami para tamu
undangan di sebuah pesta. Keracunan makanan yang penyebabnya bukan bacteri
atau bahan makanan lain tidak selalu menimbulkan gejala yang sama, tetapi tetap
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Batasan dan penyebabkeracunan makanan perlu di pertegas dan di bedakan
dengan penyakit Gastroenteritis Akut biasa agar tidak menimbulkan polemic dan
masalah pada masyarakat awam. Secara sederhana, keracunan makanan
berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 jenis.
a) Bacterial Food Poisoning
b) Non Bakterial Food Poisoning

Bacterial Food Poisoning


Bacterial Food Poisoning terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi
dengan bacteri hidup terkontaminasi toksin yang dihasilkan bacteri tersebut.
Bacterial Food Poisoning dapat di bedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
Salmonella Food Poisoning
Salmonella food poisoning merupakan Zoonotik (berasal dari hewan) yang
dapat terjadi di mana-mana. Penyakitini di tularkan kepada manusia melalui
produk ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu, atau telur. Tikus juga
merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui makanan.
Binatang ini mengkontaminasi makanan melalui urin atau kotorannya.
Insidensi penyakit ini meningkat di Negara barat akibat beberapa factor
berikut:
a) Peningkatan pedagangan internasional berupa produk bahan makanan
yang berasal dari hewan ternak.
b) Penggunaan deterjen secara luas pada rumah tangga mempengaruhi
pengolahan air kotor.
c) Distribusi dan pemakaian makanan jadi atau makanan kaleng meningkat di
mana-mana.
d) Terdapat lebih dari 50 spesis Salmonella, yang menyebabkan penyakit
pada manusia adalah Salmonella Typhimurium, Salmonella Cholera-suis,
Shigella Sonnel, dan lain-lain.
Staphylococcal Food Poisonin
Staphylococcal food poisoning merupakan kasus keracunan makanan yang di
sebabkan oleh Enterotoksin yang di hasilkan oleh Staphylococcus Aureus.
Kuman stafilokokus akan mati sewaktu makanan di masak, tetapi entrotksin
yang di hasilkan memiliki sifat tahan panas sehingga dapat bertahan pada
temperatur100 derajat C selama beberapa menit.
Staphylokokus banyak di temukan dalam bagian-bagian tubuh, seperti di
hidung, tenggorok dan di kulit manusia, selain itu juga dapat di temukan
menempel pada debu di dalam kamar. Organisme ini dapat menyebabkan
infeksi pada manusia dan binatang. Staphylokokus juga dapat
mengkontaminasi makanan, seperti salad, custard, susu, dan produk yang di
hasilkannya. Masa inkubasi penyakit akibat organisme ini relative pendek,
yaitu sekitar 1-6 jam karena toksin yang di hasilkan organism ini.
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi makanan yang terkontaminasi
toksin. Toksin tersebut memiliki laju reaksi yang cepat dan langsung
menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala penyakit ini, antara
lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan terdapatnya darah dan lender
dalam feses. Kematian akibat penyakit ini jarang terjadi. Penderita dapat
sembuh kembali dalam waktu 2-3 hari.

Botulism
Botulism atau botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di
sebabkan oleh Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum.
Organisme anaerobic ini banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam
saluran usus hewan. Dalam makanan kaleng, organisme ini akan membentuk
spora. Masa inkubasi botulisme cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit
berbeda dengan kasus Bacterial Food Poisoning yang lain karena eksotoksin
bekerja pada system saraf parasimpatik. Gejala Gastroin testinal yang di
timbulkan ringan walau ada beberapa gejala yang tampak dominan, seperti
Disfagia, Diplopia, Ptosis, Disarthria, kelemahan pada otot dan terkadang
Quadriplegia, walau demam biasa tidak ada, penyakit ini dapat menyebabkan
penurunan kesadaran dan berakibat fatal. Kematian terrjadi dalam waktu 4-8
hari akibat kegagalan pernapasan atau jantung.
Agar lebih aman, sebelum di konsumsi, makanan kaleng sebaiknya dimasak
dahulu pada temperature 100 derajat C selama beberapa menit karena toksin
Cl. Botulinum bersifat Thermolabil (tidak tahan panas). Pemberian obat
quinidine hidroklorida per oral dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat
mengurangi terjadinya Neoromuscular blok, di samping perawatan yang baik
juga sangat bermanfaat dalam pengobatan batulisme.
Cl. Perfringens Food Poisoning
Organisme Clostridium Perfringens (Cl. Welchii) dapat di temukan dalam
kotoran manusia dan binatang dalam tanah, air, dan udara. Keracunan terjadi
karena mengkonsumsi makanan berupa daging ternak (yang tentunya telah
terkontaminasi dengan bakteri ini) yang telah di masak dan di simpan begitu
saja selama 24 jam atau lebih serta di masak lagi untuk di sajikan. Masa
inkubasi penyakit ini sekitar 6-24 jam. Walau patogenisitas Cl. Perfringens
belum banyak di ketahui, organisme ini dapat berkembang biak dengan baik
pada suhu sekitar 30 derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya
Alpha Toxin dan Theta Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang
dapat menimbulkan gejala penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah
Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan keracunan
makanan. Gejala klinis berupa nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual,
dan muntah jarang terjadi. Penderitanya dapat sembuh dengan cepat,
sementara penyakit ini tidak berakibat fatal.

Diagnosis banding (differensial diagnosis) perlu di lakukan karena Bacterial


food Poisoning (keracunan makanan akibat bakteri sering kali di diagnosis
sebagai penyakit kolera, disentri basiler akut, atau keracunan zat arsentik.

Non-Bacterial Food Poisoning


Non-bacterial food poisoning adalah kasus keracunan makanan yang bukan di
sebabkan oleh bakteri maupun toksin yang di hasilkannya. Kasus keracunan
semacam ini dapat di sebabkan oleh, antara lain:
a) Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan
Banyak sekali kasus keracunan makanan yang di sebabkan oleh tumbuh-
tumbuhan. Contohnya antara lain keracunan singkong, keracunan jengkol,
keracunan jamur, keracunan atropan Belladona yang berisi alkaloid dari
belladonna, dan keracunan apel,berikut ini penjelasannya.
Keracunan Singkong: singkong atau ubi kayu adalah jenis bahan tidak
semua jenis singkong dapat di konsumsi langsung. Jenis singkong yang
mengandung asam sianida dan biasanya di pergunakan ssebagai bahan
baku tepung tapioca harus di olah terlebih dahulu ssebelum di jadikan
tepung dan di konsunsumsi. Gejala yang muncul akibat keracunan
singkong, antara lain mual, muntah, pernapasan cepat, sinosis kesadaran
menurun, dan bahkan sampai koma.
Keracunan jengkol: Jengkol merupakan salah satu sayur lalapan yang
mengandung asam jengkolat. Apabila di konsumsi secara berlebihan, akan
terjadi penumpukan dan pembenttukan Kristal asam jengkolat di dalam
ginjal sehingga mennimbulkan rasa mual, muntah, nyeri perut hilang timbul
yang berupa dengan kolik ureter,rasa sakit bila buang air kecil dan urin
berbau jengkol, selain dapat menyebabkan uremia dan kematian.
Keracunan jamur beracun: di Indonesia, terdapat ratusan jamur terkenal
dan dapat di konsumsi, seperti jamur merang, jamur sampinyo dan
sebagainya. Namun, tidak semua jenis jamur dapat di konsumsi karena
ada beberapa jenis yang mengandung racun. Jenis racun biasa yang di
temukan adalah Amanitin dan muskarin. Apabila tanpa sengaja
mengkonsumsi jamur beracun, racun jamur itu akan bekerja sangat cepat
dan mengakibatkan rasa mual, muntah, sakit perut, penguaran banyak
ludah dan keringat, miosis, diplopia, bradikardi, dan bahkan konvulsi
(kejang-kejang).
Atropa Belladonna yang berisi alkaloid dari belladonna: Gejala keracunan
akibat mengonsumsi subtansi teersebut serupa dengan gejala keracunan
atropine, yaitu mulut kering, kulit kering, pandangan mata kabur, dilatasi
pupil, takikardi, dan halusinasi.
Datura Stronomium (apel): Datura Stonomium mengandung stronomium
alkkoloid. Gejala klinis akibat kereacunan stronomium ini seperti dengan
gejala klinis keracunan Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik untuk
keeracunan zat tersebut. Gejala klinis berupa gangguan pada susunan
saraf perifer dapat dinetralisasikan dengan pemberian pilokarpin, tetapi
obat ini tidak dapat menetralisasikan gangguan pada sistem saraf pusat.
Penguaran racun pada korban keracunan dapat di lakukan dengan induksi
muntah untuk mengosongkan lambung atau dengan bilasan lambung

b) Keracunan akibat kerangdan ikan laut


Kasus keracunan kerang dan ikan laut memiliki gejala yang dapat terjadi
secara langsung dalam menit atau bahkan kurang dari itu setelah
mengonsumsi kerang atau ikan laut.Gejala yang muncul, antara lain,
kemerah-merahan, pada muka, dada, dan lengan, gatal-gatal , urtikarya,
anggioderma, edema, takikardi, palpitasi, sakit perut dan diare. Pada kasus
yang berat dapat terjadi gangguan pernapasan.

c) Keracunan akibat bahan kimia


Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan keracunan makanan antara lain,
zat pewarna makanan, logam berat, bumbuh penyedap, dan bahan pengawet.
Berikut beberapa jenis penyakit antara lain yang sering di temukan antara lain:
1. Chinese Restaurant Syndrome: Sebagian orang yang mengonsumsi
makanan cina dalam 10-20 menit akan mengalami gejala semacam rasa
tidak enak, dan rasa terbakar di leher bagian belakang, kesemutan pada
lengan atas bagian belakang dan di depan dada. Kemunculan gejala
tersebut berfariasi, biasanya akan berlangsung selama 45 menit sampai 2
jam. Kemungkinan penyebab adalah monosodium klutamat yang sering di
pakai sebagai bumbuh penyedap masakan cina.
2. Hot Dog Headache: Pada beberapa orang yang mengonsumsi hot dog
akan mengalami sakit di bagian kepala dan muka memerah yang muncul
dalam 30 menit setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kondisi itu
mungkin di sebabkan oleh natrium nitrit yang di gunakan pada proses
pembuatan hot dog.

3. Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan semacam ini terjadi karena


seseorang tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya mengonsumsi
zat kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia beracun
tersebut, antara lain, racun tikus, insektisida, natrium klorida yang di
sangka susu, atau barium bikarbonat yang di sangka tepung. Beberapa
peralatan makanan yang di lapisi dengan bahan tertentu (misalnya,
antimon atau zinkum) tidak boleh di gunakan untuk mewadahi makanan
yang mengandung zat tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu
akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus
lainnya adalah keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau
hasil laut lain yang mengandung logam berat seperti mercury (hg),
penyebab penyakit mina mata , atau mengandung cadmium (Cd),
penyebab penyakit Itai-itai di Jepang.

Faktor Resiko
a. Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami sepenuhnya arti
kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh latar
belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung.
b. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi yan
berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang di
sebabkan, antara lain oleh faktor faktor psikologi dan rahasia usaha
c. Produsen kurang / sama sekali tidak mendapat bimbingan dan petunjuk dari
instansi yang berwenang dengan masalah kesehatan dan keselamatan makanan
d. Kurang / belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang berhubungan
dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan setiap jenis makanan yang di
produksi, sebelum di edarkan untuk di pasarkan.
B. Etiologi

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a) Escherichia coli patogen
b) Staphilococus aureus
c) Salmonella
d) Bacillus Parahemolyticus
e) Clostridium Botulisme
f) Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Singkong
c) Tempe Bongkrek
d) Bayam beracun
e) Kerang

C. Pathofisiolgi

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor


bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (
sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah dikarenakan
iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim
asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat tempat tertentu, sehingga
timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek
muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP ).
FATOFLOW

D. Manifestasi Klinis

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis

3. Keracunan sedang

a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat

a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal

E. Komplikasi

1. Syok Neurogenik
2. CHF
3. Gagal ginjal

F. Penatalaksanaan

1. Tindakan Emergensi

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan


atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.

2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag valve
mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus

5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik
Keracunan Akut : Ringan 40 70 %
: Sedang 20 40 %
: Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 2550%.

3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ
organ lainnya.

H. Pencegahan

1. Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif
dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu
80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
jangakauan anak anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluar
c) TEORI MEDIS
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktifitas dan istirahat

Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi

2. Makanan Cairan

Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati


Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak

3. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus


menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat

4. Nyaman/ nyeri

Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala


Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah

5. Keamanan

Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia

B. Diagnosa keperawatan yang timbul adalah :


a. Tidak efektifnya pola nafas
b. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.
c. Gangguan kesadaran
d. Tidak efektifnya koping individu.
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR SISTEM PENCERNAAN

INTOKSIKASI MINUMAN

DI RUANGAN IRD RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan :-

Alamat : Waihaong

No. RM : 09 20 27

Diagnosa medis : Intoksikasi minuman

B. Data Pengkajian
1. Keluhan utama masuk RS : keluar cairan dari mulut berwarna putih
2. Riwayat keluhan utama : menurut keluarga klien sempat minum susu kadaluarsa
10 menit yang lalu, muntah 1 kali dan keluar cairan dari mulut berwarna putih, wajah
klien juga tampak kemerahan. Oleh karena itu keluarga memutuskan untuk
membawanya ke RS. Setelah di lakukan pengkajian oleh perawat klien mengatakan
lemas, mual, nyeri ulu hati dan tidak nafsu makan.
3. Keluhan yang menyertai : muntah 1 kali, wajah tampak kemerahan, lemas,
mual, nyeri ulu hati dan tidak nafsu makan.

4. Pemeriksaan fisik
a. Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas
b. Brithing : Pola napas baik
c. Circulation : Nadi cepat, tidak ada sianosis
d. Disability : Compos mentis ( GCS = E4 V5 M6 = 15 )
e. Exprosure : Tidak ada kelainan
f. KU : Lemah
g. Full vital sign
1) TD : 80/60 mmHg
2) Suhu : 360C
3) Nadi : 99 x/m
4) Pernapasan : 20 x/m
h. Head to toe assesment

Kulit kepala Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak


ada ketombe, tidak mudah rontok / tidak ada
kelainan
wajah Tampak lemas, kemerahan
Mata Simetris, tidak mengalami gangguan penglihatan,
tidak anemis, tidak ada kelainan
Hidung Penafasan spontan, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut Mucosa bibir lembab,
Telinga Pendengaran baik, bersih, tidak ada serumen
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ada ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat
bendungan vena jugularis
Dada Bentuk simetris, tidak ada tarikan intercosta, jantung
berdenyut-denyut ( takikardi )
Abdomen Nyeri uluhati, sakit perut.
Genetalia Tidak ada kelainan

Anus Tidak ada kelainan


Ekstermitas Kulit dan kuku tidak ada kelainan
C. Klasifikasi Data

Data Subjektif :

keluar cairan dari mulut berwarna putih


muntah 1 kali
wajah tampak kemerahan
lemas
mual
nyeri ulu hati
tidak nafsu makan.

Data Objektif :

Circulation : Nadi cepat, tidak ada sianosis


Disability : Compos mentis ( GCS = E4 V5 M6 = 14 )
Exprosure : Tidak ada kelainan
KU : Lemah
Full vital sign
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m
Wajah nampka kemerahan
Takikardi
D. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Intake dan Resiko
output tidak kekurangan
keluar cairan dari mulut berwarna seimbang volume
putih
muntah 1 kali cairan
wajah tampak kemerahan
lemas
mual
nyeri ulu hati
tidak nafsu makan.

Data Objektif :
Circulation : Nadi cepat, tidak ada
sianosis
Disability : Compos mentis (
GCS = E4 V5 M6 = 14 )
Exprosure : Tidak ada kelainan
KU : Lemah
Full vital sign
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m
Wajah nampka kemerahan
Takikardi
E. Diagnosa keperawatan

1. Resiko kekurangan volume cairan b/d intake dan output tidak seimbang

Data Subjektif :

keluar cairan dari mulut berwarna putih


muntah 1 kali
wajah tampak kemerahan
lemas
mual
nyeri ulu hati
tidak nafsu makan.

Data Objektif :

Circulation : Nadi cepat, tidak ada sianosis


Disability : Compos mentis ( GCS = E4 V5 M6 = 15 )
Exprosure : Tidak ada kelainan
KU : Lemah
Full vital sign
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m
Wajah nampka kemerahan
Takikardi
F. Prinsip Tindakan dan Rasional

1. Kaji TTV
Rasional : untuk membantu dalam merencanakan tindakan selanjutnya
Hasil :
1. TD : 80/60 mmHg
2. Suhu : 360C
3. Nadi : 99 x/m
4. Pernapasan : 20 x/m

2. Monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress


pernafasan, sianosis.
Rasional : untuk mengetahuan keadaan umum pasien.

3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral


Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan
/mencegah hipotensi dan untuk membantu mengembalikan kebutuhan cairan
pasien.
Hasil : Terpasang IVFD RL 20 tts/menit

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian sulfas atropin


Rasional : Sebagai penawar racun ( antidotum )
Hasil :

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat ondansentron\

Rasional : Sebagai obat antiemetik

Hasil :

6. Lakukan irigasi lambung atau pemasangan NGT

Rasional : Agar racun yang masuk kedalam lambung bisa keluar.

Hasil : Terpasang NGT

G. Tujuan Tindakan
Racun keluar dari dalam tubuh
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Tidak terjadi syok Hipovolemik
H. Hasil yang Diharapkan
Tidak terjadi syok berkelanjutan
Tidak terjadi takikardi.

I. Evaluasi Diri

Setelah dilakukan tindakan keperawtan maka hasil evaluasi yang di harapkan


adalah :

IVFD terpasang dengan baik ,tetesan tetap lancar


Pasien tampak lebih tenang setelah di berikan Therapy
Irigasi Lambung atau NGT terpasang dengan baik
KU normal

Anda mungkin juga menyukai