Anda di halaman 1dari 32

Saling memanfaatkan

 Banyak yg menyebut, narasumber sbg


jantung utama wartawan.
 Tanpa narsum yg tepat dan lengkap, bisa-
bisa berita yg ditulis tak lebih dari opini.
 Dg narsum yg banyak, bisa membuat
berita punya angle yg lebih baik.
 Dlm bbrp hal, menjadi wartawan berarti
membangun kemampuan dengan
mengembangkan sumber berita.
 Luasnya kontak informasi, adalah faktor yg
menentukan.
 Tidak berarti hubungan wartawan dg
narsum, bebas nilai.
 Masing-masing punya kepentingan
menggunakan media, sebagai alat
penyampaian pesan.
 Idealnya, seorg wartawan berkewajiban
mengabarkan kebenaran kpd khalayak.
 Narsum dibutuhkan untuk memperkuat
upaya memperjelas suatu peristiwa
kepada pembaca.
 Tapi terkadang narsum tertutup. Bahkan
melakukan intimidasi & memberi
imbalan.
 Tuntutan media agar mendapatkan
berita “laik jual”, menyebabkan
wartawan terpaku pada berita sensasi.
 Konvensi jurnalisme yg mementingkan
nilai berita ketokohan, menyebabkan
wartawan mengabaikan tugas
utamanya.
 Sering pula, rutinitas menjebak kritisisme
wartawan.
 Sbg contoh, seorg wartawan yang terbiasa
mengutip pernyataan pejabat (name
makes news), akan lebih mementingkan
pernyataan petinggi (petinggi kepolisian,
militer, pemerintahan).
 Padahal, yg berhak mendptkan perhatian,
seharusnya para penduduk yg menjadi
korban. Merekan tidak tahu permainan
politik.
Rutinitas Baku
 Kesegeraan dan kandungan berita.
 Tema-tema penting tidak selamanya
menarik perhatian pembaca.
 Ketika berita itu terus-menerus dimuat,
sangat mungkin muncul kejenuhan.
 Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan
kejelian wartawan mengolah hal biasa
menjadi menarik.
Elitisme dan Hierarki
 Penelitian media menunjukkan, penyajian
berita seorg wartawan, selama ini biasanya
didasarkan pada sumber yg terbatas. (Dennis
McQuail. Media Performance: Mass Communication and the
Public Interest, Sage: London, 1992)

 Terdapat unsur-unsur hierarki yg berbeda


dlm memperlakukan sumber antara satu
surat kabar dg surat kabar yg lain.
 Tulisan feature tentang bintang sinetron dan
selebriti, lebuh banyak dimuat pada tabloid
nasional, ketimbang koran atau majalah berita.
 Sifat elitis di kalangan media
mainstream, akan nyata pada peliputan
berita politik.
 Pemilihan sumber berita di wilayah
peliputan seperti budaya, ekonomi, dan
sosial, juga memiliki sifat mementingkan
orang yg sudah beken atau elite, dan
terkenal di pasar penjualan media.
Sumber Berita Primer &
Sekunder
 Kebanyakan wartawan membagi
sumber berita, dlm dua kategori utama:
primer dan sekunder (James Aitchison ,
Writing for the Press, Hutchinson: London,1998).
 Di tingkat lokal, pemda, polisi, DPRD dll
dikategorikan sumber berita primer.
 Sekolah, PT., TNI, Ornop, dan lembaga
amal, perkumpulan dan masyarat lokal,
adalah sumber beri sekunder.
 Sumber alternatif terabaikan.
 Sumber lainnya seperti pengamen,
kaum miskin, anak yatim piatu, para
penumpang kendaraan umum, dll,
benar-benar jarang – kalau tidak mau
dikatakan “tidak” – mendapat tempat.
Sumber On atau Off-diary
 Sumber tertentu yg kerap dihubungi via tlp, tak
jarang mendpt perhatian khusus. Misalnya
dikirimi kartu ucapan selamat. Dlm Kamus
Bahasa Jurnalistik, sumber ini dikenal dg
istilah sumber on-diary.
 Dlm salah satu penyelidikan ttg sumber berita
dalam praktik jurnalistik, PhillipSchlessinger
menyatakan bahwa sebanyak 80% berita
BBC berasal dari sumber on-diary.
 Sedangkan sumber off-diary, mrk yg berada di
luar sumber rutin (Putting Reality Together, Methuen:
London, 1978).
 Pada tingkat lokal, pengguna telepon
semakin melembagakan rutinitas pencari
berita (menjaga sumber) via olahraga.
 Ngobrol untuk mendapatkan angle.
 Bob Franklin & David Murphy, dalam
studinya terhadap 865 berita pers lokal di
Inggris, menemukan 67,7% sbg narsum
dari pejabat pemerintah lokal, pengadilan,
polisi dll (What’s News?, Reoutledge: London, 1991).
 Dalam bbrp penelitian, seperti mengenai
pemberitaan kerusuhan Mei 1998 (tim
LSPP, 1998) yg dilakukan beberapa
pemantau media, hasilnya juga tak jauh
beda. Didominasi para elite.
 Itulah kelompok-kelompok dan individu-
individu yang disebut sebagai sumber
berita “on-diary” karena rincian kegiatan
didaftar dalam buku catatan harian.
 Sekarang, semua kegiatan dicatat dg
komputer.
Refresentasi
 Seorg narsum dipilih wartawan, sering
sekali karena memiliki hubungan
kelompok atau lembaga yg besar.
 Sumber biasa dan sumber pejabat.
 Saat demo mahasiswa, disebut jubir sbg
kerewakilan.
 Hal ini wartawan dianggap gagal
memahami atau menghargai suatu
dimensi politik yang penting dalam
perjuangan mahasiswa saat itu.
Kredibilitas & Otoritas
 Buku panduan, dipastikan menyebutkan
kredibilitas dan otoritas narasumber.
 Narsum yg dipilih hrs selalu memiliki
keahlian, pengalaman, dan otoritas.
 Saksi mata suatu peristiwa sering
terabaikan, pdhal mereka menyaksikan.
Bias & Netralitas
 Para wartawan diajarkan untuk tdk
mengutamakan pendpt pribadi satu
kelompok saja.
 Dalam peliputan dan penulisan berita,
“cover both sides” selalu menjadi
“mantra”.
 Pertanyaannya, benarkah wartawan
bisa benar-benar netral?.
Para Ahli
 Para ahli sering kali digunakan para
wartawan sbg narasumber.
 Mrk memainkan peran sangat penting,
karena pandangan mereka dianggap
memiliki otoritas & kemandirian.
 Tapi para ahli, bisa saja salah & dipakai
sebagai alat propaganda kekuatan.
Media
sebagai Sumber Berita
 Bacalah berbagai media bila ingin punya
segudang ide.
 Begitu nasehat seorg redaktur pada
reporternya.
 Untuk mengisi kelemahan dan angle
berita yg lebih baik.
 Dlm dunia jurnalistik, perilaku seperti itu
disebut dengan “media junkies” alias
“pecandu media”.
 Biasanya, redaksi berlangganan bbrp
media sekaligus.
 Kondisi objektif seperti ini, memperlihatkan
betapa pentingnya media mainstream bagi
wartawan.
 Masih banyak media informasi lain yg
penting diketahui wartawan; terbitan
berkala, koran kampus dll.
 Termasuk media luar negeri
 Mengoleksi media memiliki banyak
keuntungan.
Kliping
 Kebanyakan media memiliki kliping, yg
memiliki sumber daya penting.
 Termasuk freelance.
 Tapi, dalam melakukan kegiatan, bisa
saja wartawan mendapatkan informasi
rinci yang keliru.
 Periksalah kliping itu, agar tidak terjadi
pengulangan kesalahan.
Pengolahan Lebih Lanjut
 Pengolahan lebih lanjut butir-butir berita,
adalah gambaran ajek liputan surat
kabar.
 Seperti komentar dalam The News
Machine (Thomson Foundatio: Cardiff,
1972); “Mingguan mengtip dari terbitan
sore, terbitan sore mengutip dari terbitan
pagi, dan harian nasional mengutip
secara selektif, dari setiap orang.”
Bencana Disinformasi
 Informasi yg ditelan mentah-mentah,
bisa menimbulkan bencana disinformasi
On & Off the Record
Kerahasiaan Narasumber

 On the record
 Kepercayaan, landasan yg memperkuat
hubungan antara wartawan dan narsum.
 Ketika kepercayaan itu dilanggar, maka
hubungan dg narsum pun terputus.
 Kebanyakan berita diberikan dalam bentuk
on the record.
 Off the record
 Suatu pernyataan tertutup, memiliki sifat
berbeda.
 Informasi diberikan kepada wartawan, tapi
sifatnya yg peka, info itu tdk boleh disiarkan.
 Jika kesepakatan tertutup dilanggar, maka
kepercayaan pun hilang.
Pengaburan Identitas
 Seseorang berbicara, tapi identitasnya
diminta dirahasiakan.
Pengarahan Latar Belakang
 Pada masa reformasi, ketika pers
mendapatkan kebebasan, kalimat seperti
sumber di …….., muncul dengan teratur
dalam pers nasional.
 Pada masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, banyak media, salah
satunya Tempo, yang sengaja
menyamarkan latar belakang sumbernya,
ketika pemberitaan pertarungan di tingkat
elite pemerintahan.
 Sehingga, ada pembaca memprotes sikap
Tempo yg merahasiakan narsum sebagai
“trial by the press” dan blm tentu bisa
dipertanggungjawabkan.
 Informasi tertutup atau pengaburan
indentitas, memberikan keuntungan kedua
pihak.
 Para wartawan hrs menghargai sikap
tersebut, dan jangan mencoba, untuk
tergoda membubuhkan nama seseorang,
sekadar ingin memperkuat berita yg dibuat.
 Ketika wartawan investigasi mendptkan
tanpa memberitahukan identitas
profesional mrk, surat kabar seharusnya
tidak mencantumkan nama-nama
narsum dlm tulisan mereka.
Membocorkan Informasi
 Cukup banyak wartawan yg kegirangan,
begitu mendapatkan bocoran informasi.
 Wartawan penurut seperti, dapat
dimanipulasi, untuk meluncurkan uji coba
suatu kebijakan.
 Bocoran, dapat juga dibuat, untuk
mendiskreditkan lawan politik mereka.
 Kasus Jaksa Agung Andi Ghalib dan
Presiden Habibie.
 Informasi seperti itu, terkadang nilainya
dilebih-lebihkan.
Kontroversi Sekitar Kerahasiaan
 Pengaburan identitas narsum, penting
bagi wartawan dan media.
 Terutama jika dikaitkan dengan alasan
keamanan negara.
 Peristiwa diadilinya H.B.Jassin, dalam
perkara pemuatan cerpen “Langit Makin
Mendung” karangan Ki Panjikusmin,
dalam majalah Sastra yg dipimpinnya.
Dengan Bantuan Komputer
 Informasi paling berharga, kepustaan di
kantor sendiri.
 Kompas yg didirikan pada 1966, memiliki kliping
berita Kompas.
 Tempo: PDAT – 1000 pengakse se bulan.
 Associated Newspaper di London : 84 juta
koleksi kliping, 12 juta foto sejak 1910. dibuka
24 jam dan melayani 600 permintaan dari
wartawan
 Dengan perkembangan IT, tak hanya
sekadar kliping dan teks-teks referensi.
 Penyimpanan dilakukan di awan (cloud)
Teks-teks Referensi
 Wartawan diharapkan membeli buku-
buku teks penting, sbg kepustakaan
pribadi.
 Profil ornop
 Eksiklopedi Indonesia
 Kompilasi profil Apa dan Siapa
 Undang-Undang
 KUBI/KBBI

Anda mungkin juga menyukai